Semua Bab Pengantin Pengganti Tuan CEO: Bab 21 - Bab 30
66 Bab
Bab 21 : Kenangan di Pulau Masa Kecil
"Hati-hati, Am!" ujar Frans dari dalam mobil seraya menunduk untuk melihat jelas posisi temannya. Tangannya melambai akrab.Amora mengernyitkan dahinya, "Harusnya, aku yang mengatakan hati-hati padamu," ucapnya.Frans kembali tertawa tanpa suara. Ekspresi seperti itu semakin membuat ketampanannya bertambah. "Rumahmu jauh lebih bahaya dari jalanan kota," ujarnya seraya terkekeh pelan."Sembarangan kau ini, haha …" Amora ikut tertawa pelan. "Tapi … by the way, thank you Frans." Amora tersenyum lembut. Lesung Pipit itu sangat manis ketika muncul karena Amora tersenyum bahagia, bukan tersenyum sinis seperti biasanya. Senyum manis itu yang menjadi daya tarik Amora di mata Frans. Frans sangat menyukainya. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk membuat Amora sering tersenyum manis ketika bersamanya.Frans mengangguk dengan tatapan bak memuja kepada Amora. Kelopak matanya tak pernah menutup, hanya untuk memperhatikan senyu
Baca selengkapnya
Bab 22
“PERGI!!!” bentak seseorang dengan tatapan melotot tajam berhasil membuat Amora memejamkan matanya sejenak. Amora menghela nafas pelan. Seorang pasien tengah memberontak di atas ranjang saat ini. Lima orang perawat berusaha memegangi tangan dan kaki pria itu untuk diikatkan ke tiang ranjang. “Berikan obat penenang untuknya!” titah Amora kepada kelima perawat itu seraya berjalan ke luar ruangan. Dadanya bergemuruh, tangannya sedikit bergetar. Amora harus meninggalkan situasi itu secepatnya.“Astaga!”Amora mengusap dadanya pelan, menetralkan rasa kaget yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat seperti tengah lari marathon. Sang pelaku hanya nyengir menampilkan gigi putih nan rapinya kepada korban. “Aku bukan hantu, Am!” Frans terkekeh pelan melihat Amora yang nampak melotot kearahnya. Dengan wajah tanpa dosanya itu, Frans berdiri tepat di depan pintu.“Ini masih pagi, Frans! Tolong jangan banyak ulah,” kesal Amora seraya mel
Baca selengkapnya
Bab 23
“Kita tuntaskan sekarang juga!” Amora melirik sang suami yang sudah berdiri berkacak pinggang menghadapnya. Padahal sedari tadi suasana hatinya sangat baik. Tapi setelah Aksen datang dan berbicara dengan nada sedikit tegas, senyum Amora kembali memudar.“Apa yang hendak kaubicarakan? Aku sedang sibuk,” ungkap Amora kembali menyibukkan dirinya dengan Ipad di tangannya. Tanpa diduga, Aksen merebut paksa Ipad itu dari tangan Amora. Sontak Amora menatap Aksen dengan tajam. “Aku tak mengganggumu hari ini, kenapa kau mengusikku?” tanya Amora kemudian.“Aku ingin mengakhiri semuanya!” Amora mendelikkan matanya. Ia melipat kedua tangannya dibawah dada seraya menaikkan kaki kanan untuk diletakkan di atas kaki kirinya. “Apa yang ingin kau akhiri?”Aksen nampak tak habis pikir dengan pertanyaan Amora. “Pernikahan konyol settinganmu ini!” Amora menghela napas. “Apa kau tidak memikirkan dampaknya? Kau akan keh
Baca selengkapnya
Bab 24
Suara ponsel yang tiba-tiba berdering mengalihkan pandangan Amora dari beberapa berkas yang ada di hadapannya. Sembari terus berkutat di atas beberapa kertas, tangan sebelah Amora mencoba meraih ponsel itu untuk menjawab panggilan.“Ya,” singkat Amora memberi isyarat jika ia sudah menerima panggilan dari seberang sana.“Maaf mengganggu, Bu. Hari ini Pak Arta akan berkunjung ke rumah sakit untuk menemui anda,” ucap Riri sopan.Amora mengernyitkan dahinya. “Kenapa kakek hendak menemuiku?”“Maaf Bu, saya kurang mengetahui informasi mengenai hal itu. Hanya saja sebelum pergi, beliau sempat bertanya tentang keberadaan anda saat ini. Dan saya diperintahkan untuk memberitahu anda untuk segera ke lobi rumah sakit,” jelas Riri panjang lebar.Amora terdiam sejenak.“Oke, Ri. Terima kasih,” ucap Amora seraya langsung memutuskan panggilan kemudian membereskan beberapa berkas di depannya itu.Segera setelah mejanya lumayan rapi, Amor
Baca selengkapnya
Bab 25
“Kukira kau tak akan datang,” ucap seorang gadis dengan segelas anggur di tangannya.Amora tersenyum menanggapi. “Aku hanya kasihan kepada sahabat tercintaku ini. Masa dia harus minum sendirian malam ini.”Amora memanggil seorang pelayan dan memesan satu botol minuman soda kesukaannya. Meskipun pergaulannya diantara orang-orang yang selalu main ke club, Amora tidak begitu sering minum seperti teman-temannya.Anna memanyunkan bibirnya mendengar pernyataan dari Amora yang mengecewakan.“Kenapa kau tiba-tiba mengajakku minum?” tanya Amora setelah meneguk setengah kaleng minuman sodanya.“Aish! Aku mumet sekali minggu ini. Klien-klienku sangat menyebalkan,” sahut Anna kembali meminum sedikit minuman di tangannya.Amora tertawa kecil. “Jika suatu nanti aku punya kasus, apakah kau sukarela menjadi pengacaraku, Na?” Amora sedikit terkekeh.“NO! Aku akan menolaknya! Klien sepertimu hanya akan membuatku stres!” ungkap perempuan i
Baca selengkapnya
Bab 26
Sepulang dari rumah Arta, tak ada terdengar di antara keduanya mencoba membuka pembicaraan. Sepanjang perjalanan pulang pun, baik Amora maupun Aksen tak ada yang mau bicara. Aksen sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang selalu mengintai otaknya. Ucapan dan pernyataan Arta tadi sangat mengusik pikirannya. Ia banyak penasaran dan ingin tahu banyak hal tentang Amora di masa lalu semenjak mereka berpisah.Sementara Amora pun sibuk dengan pikirannya sendiri. Entah apa yang akan ia lakukan setelah ini, Amora sangat bingung. Ia bisa melihat kebahagiaan terpancar di wajah Arta ketika mengetahui dan mempercayai jika cucunya hidup penuh cinta bersama Aksen.Padahal ia tak tahu bagaimana yang terjadi di dalam. Di dalam kenyataan, bahwa Aksen hanya akting. Bukan benar-benar menyayangi Amora. Memikirkan itu membuat Amora seketika menghela napas pelan.Setelah sampai di pekarangan rumah Aksen, Amora segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Ia harus m
Baca selengkapnya
Bab 27
Sepulang Rina dari rumahnya, Aksen kembali turun ke bawah dan mengekori Amora menuju dapur. Ia bersandar di daun pintu seraya melipat kedua tangannya di bawah dada. Dari tempatnya berdiri, Aksen bisa melihat apa saja yang sedang dikerjakan istrinya. Wanita itu sangat sibuk memainkan alat dapur dan memotong beberapa bahan masakan dengan cekatan. Aksen tidak bisa berbohong jika saat ini Amora terlihat menarik dengan kemeja kebesaran membalut tubuh mungilnya sampai ke pha. Rambut yang diikat asal memperlihatkan leher jenjangnya yang sangat putih.“Cari alasan supaya kita tidak jadi pergi,” ucap Aksen tiba-tiba. Amora diam saja. Wanita itu sama sekali tak menghiraukan ucapan Aksen yang pasti akan membuatnya terus berdebat dengan lelaki itu.Menyadari Amora tak merespon ucapannya, Aksen berdecak sebal. “Kenapa aku harus melewatkan tawaran sebagus itu?” sahut Amora tanpa menoleh ke wajah suaminya.“Oke, jika kau mau pergi maka Aurel
Baca selengkapnya
Bab 28
“Kau”“Kau!”Aksen mengerutkan dahinya. Terlihat dari wajah bingungnya, lelaki itu seakan bertanya kepada masing-masing individu yang tengah bersamanya, apakah mereka orang yang saling mengenal.“Kita bertemu lagi. Ah, aku sangat yakin kalau kita adalah jodoh!” pria yang tadi bertemu Amora di lobi kini tengah berada di ruangan Aksen. Dilihat dari caranya menyapa ataupun berinteraksi, Amora bisa tahu jika pria itu sangat humoris dan asik untuk diajak ngobrol. Setelan yang tidak formal juga pasti membuat siapapun yang mengobrol dengannya bisa bersikap santai.Pria itu mendekat ke arah Amora yang masih mematung di tempat. Selain Amora yang hanya diam saja, Aksen pun terlihat bingung dengan pergerakan pria itu yang mendekati Amora.“Perkenalkan namaku Diego, kita belum sempat berkenalan tadi!” ujar pria itu seraya tersenyum ramah. Tangannya terulur mengajak wanita di depannya untuk berjabat tangan.Pandangan Amora tertuju p
Baca selengkapnya
Bab 29
“Kau senang dia mendekatimu?” dengus Aksen mengarah pada Amora yang tengah berjalan menuju ranjang. Wanita itu tak ambil pusing, ia lebih memilih masuk ke dalam selimut dan menariknya sebatas dada. “Apa maksudmu?” sahut Amora dengan pandangan masih dengan ponsel yang sedari tadi di tangannya. Ia mengecek beberapa jadwal yang harus di alih tanggung jawabkan kepada Dokter lain untuk liburan besok.“Diego”“Oh sepupumu,” cuek Amora tak melirik sedikitpun kepada pria di sampingnya itu. Sesekali Amora mencoba menghubungi seseorang untuk memastikan jadwalnya. Ia harus mematangkan semua persiapan terutama pekerjaan yang akan ia tinggalkan selama tiga hari mendatang. Amora tak mau jika nanti ia tiba-tiba menerima telepon agar bisa kembali sedangkan ia masih dalam masa liburan bersama Aksen.Meskipun Amora tahu, liburan nanti tidak akan seindah ekspektasinya. Aksen pasti akan sibuk dengan pekerjaannya, dan ia terlantar begitu saja. Aks
Baca selengkapnya
Bab : 30
Setelah 15 menit berlalu mereka sampai di pantai laut utara. Pantai asri dengan air yang begitu jernih dan karang yang menghiasi pantai dengan berbagai bentuk. Ombaknya pun tidak begitu besar, airnya begitu tenang sampai batu-batu di bawah terlihat dengan jelas.Amora menghirup udara segar dengan mata terpejam. Telah lama ia tak meditasi seperti ini karena sibuk bekerja, dan hari ini rasanya ia mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Dari jauh ia bisa melihat Aksen berdiri di atas karang yang paling tinggi. Baju Aksen berkibar oleh angin pelan yang menghantamnya dengan indah. Tubuh Aksen yang tegap dan tinggi, semakin membuatnya lebih tampan meskipun dilihat dari arah belakang.Amora tersenyum senang melihat Aksen yang sama sekali tak mencoba untuk menghindarinya. Semoga ini adalah awal yang baik untuk hubungan rumah tangga mereka ke depannya. Meskipun Amora tak berharap banyak, ia sudah memikirkan rencana yang matang. Amora tahu diri dan mungkin semuanya tak masalah jika tak sesuai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status