All Chapters of Pria Menyebalkan Itu Penawarku: Chapter 31 - Chapter 40
92 Chapters
BAB 31
Jane terbangun pada jam setengah satu siang. Dengan pandangan memburam, mengedar dan tatapannya hanya tertuju pada bola lampu yang ada di atas plafon. Tak terasa ujung matanya secara tiba-tiba basah ketika mengingat apa yang terjadi. Menghela nafas pelan ketika untuk yang kesekian kali, percobaan bunuh dirinya gagal kembali. Ya, Jane pernah melakukan hal semacam itu beberapa kali. Masa lalunya yang sudah getir, ia perjuangkan untuk untuk menjadi lebih baik dan layak tetap berpijak di bumi. Ketika semua sudah sempurna, kedua orang tuanya kembali seakan ingin membuatnya hancur. Jane tidak tahu sebenarnya apa niat orang tuanya menemui dirinya kembali setelah dibuang dan setelah semua luka yang dirinya terima selama ini. Jane sangat ingin bertanya, namun hanya dengan menatap mereka saja tubuhnya sangat lemas. Ia seperti kembali ditarik paksa ke masa lalu, masa kelamnya. ‘Apakah semua telah berakhir?’ batinnya dengan air mata yang masih mengalir. Ingatannya kemudi kembali pada berita se
Read more
BAB 32
“Seseorang bersembunyi di balik berita ini,” ucap Thomas ketika ia duduk di hadapan pria muda yang nampak sekali memiliki ambisi besar untuk memiliki modelnya. Ia sempat tersenyum kecil ketika melihat bagaimana pria itu sangat posesif dan defensif saat dirinya mencium kening Jane ketika wanita itu tidur. “Ini sesuau yang biasa sebenarnya karena kami dan Jane sering menangani hal semacam ini. Kau tahu dunia hiburan memang sangat beracun dan tidak pernah menutup kemungkinan semua orang akan kena imbasnya.” “Lalu?” “Aku ingin kali ini kau yang melakukan segalanya. Aku tahu kau memiliki banyak koneksi di kota. Banyak hal yang perlu dikerjakan dan kurasa waktuku untuk membantu Jane telah selesai.” Alis kanan Vincent bertaut, memandang pria yang lebih tua itu dengan agak bingung. Awalnya ia pikir Thomas adalah sugar daddy dari Jane, namun melihat bagaimana tutur kata yang disampaikan oleh Thomas, ia berpikir jika pria itu tidak sebrengsek yang dirinya kira. Jadi ketika Thomas secara te
Read more
BAB 33
Vincent terlihat sangat berbeda ketika mengenakan pakaian formal. Jeremy bahkan harus beberapa kali menarik kekasihnya kembali menghadap padanya, Jasmine nampak terpesona dengan ketampanan Vincent. Rahang tegas, rambut mulet dan hidungnya yang tinggi, jangan lupakan bagaimana lengannya yang berotot terlihat segar ketika menggulung kemeja putihnya ke siku. “Bisakah kau cepat pergi?” ucap Jeremy sembari mengenakan pakaian kerjanya. Hari ini adalah pertama kalinya ia akan masuk ke tempat kerjanya yang baru, dan ia sungguh merasa jengkel lantaran Jasmine malah perhatian pada Vincent ketimbang dirinya. Tidak!! itu hanya bualan belakang pria pencemburu. Jasmine juga sangat perhatian padanya, hanya saja wanita itu sesekali melirik Vincent yang memang ikut tinggal di apartemen yang dekat dengan milik Jane. Sementara Jane, wanita itu belum keluar kamar. Ia memilih mengasingkan dirinya di kamar ketimbang pergi kemanapun. Agensi, atau lebih tepatnya Thomas juga tidak pernah memaksa wanita it
Read more
BAB 34
Lilibet dan Jasmine sudah pulang ke rumah masing-masing ketika Vincent sampai kembali ke apartemen Jane. Pria itu sudah berganti pakaian dengan baju santai yang biasa digunakan, kaos besar dan celana pendek coklat. Rambutnya basah dan masih ada handung melingkar di lehernya ketika ia sampai di apartemen Jane. Lilibet sempat mencibirnya aneh sebelum berlenggang pergi, berbeda dengan Jasmine yang semat terpaku sejenak. Wanita muda itu seperti tengah menikmati pemandangan malam paling indah yang pernah ia lihat di dua puluh dua tahun hidupnya. Terlebih ketika dengan senyuman kecil,Vincent mengusap rambut basahnya. Nampak hot sekali. Sayangnya momen mari mengagumi ketampanan Vincent harus hancur ketiak pria itu mencium kening Jane dan Jeremy yang datang dengan tampang kasihan. Pria itu mengeluh jika pekerjaannya berjalan lancar namun sang bos lebih kejam ketimbang bosnya yang lama, membuat Jasmine yang kasihan pada sang kekasih memilih untuk ikut menginap di apartemen tempat tingga
Read more
BAB 35
Jane terus menggenggam tangan Vincent yang kini duduk di sampingnya. Pandangan mereka tertuju pada dua orang yang juga berada di balik kaca. Mereka nampak berantakan dan pucat. Sejak dua menit lalu, keheningan berlalu. Tidak ada seorangpun yang memulai pembicaraan, bahkan Vincent sekalipun juga memilih bungkam. Pria itu berpikir jika ia hanya menemani dan tidak ingin mengintervensi masalah keluarga Jane. Disisi lain, sejujurnya Jane tidak memiliki sesuatu yang bisa ia katakan lantaran semuanya sudah dilupakan. Kebencian, dendam, dan kenangan tentang kedua orang tuanya sudah sejak lama ia hilangkan dari memorinya. Ia–tidak ingin bertemu dengan mereka lagi. Namun, lihat kini. Mereka bertemu tanpa kata. Meskipun sebenarnya, pertemuan itu adalah langkah awal yang diambil Jane untuk menyelesaikan segalanya. Semua hal yang pernah terjadi di masa lalunya.“Apa kabar, Jane?”“Aku tidak pernah baik,” ucap Jane dingin. Ia berusaha mempertahankan raut wajah datarnya. Tidak ingin menunjukkan
Read more
BAB 36
Jane menyentuh sebuah berkas yang tadi sempat diberikan Thomas. Kepalanya miring ke kanan terlihat berpikir keras ketika tahu apa yang ada dalam berkas-berkas tersebut. Sebuah laporan tentangan orang tuanya yang memang sudah lama menghilang. Banyak hal terjadi, salah satunya adalah kejahatan yang dilakukan ayahnya. Bukan sesuatu yang baik untuk ia lihat, sebenarnya. Namun Jane sudah mengantisipasinya dengan obat penenang sesuai dosis yang diberikan Lilibet. Sudut bibir Jane terangkat. Entahlah, ada banyak hal yang kini ia pikirkan sampai-sampai semuanya terasa sangat runyam. Ayah dan ibunya benar-benar menjadi penjahat.Ada banyak kasus perampokan, penculikan, dan baru-baru ini satu pembunuhan juga menimpa ayahnya. "Jika kau mengajukan data-data ini, kedua orang tuamu akan memiliki masa hukuman yang jauh lebih berat." "Lalu—bagaimana dengan Jack?" Thomas mengedikkan bahu. "Aku sudah menemuinya dan ku dengar kekasihmu juga sempat melarangnya mencoba mendekatimu. Kali ini ia han
Read more
BAB 37
Niat yang sudah Jane bulatkan kini kembali mendapatkan rintangan. Jane meremas tangan Vincent. Jika biasanya dirinya hanya akan berdiri di belakang Lukas, dengan Vincent, ia berdiri di samping pria yang kini nampak tenang. Bahkan ketika beberapa paparazi terus membombardir pria itu dengan pertanyaan yang sungguh memuakkan. “Jadi benar Anda meninggalkan kekasih Anda hanya untuk mengejar Jane?” tanya seorang paparazi yang masih dengan setia menyodorkan mic perekam berada dekat dengan bibir Vincent. Mereka tengah berada di pusat makanan di waktu yang hampir tengah malam. Tak banyak orang lalu lalang dan pria itu kira tidak akan ada banyak orang yang datang atau mengenali mereka. Namun ternyata dugaannya salah. Banyak paparazi yang berjalan ke arah mereka. Menyiapkan banyak pertanyaan tak masuk akal dan kadang-kadang gak nyambung sama sekali. Ujung mata Vincent melihat Jane yang juga terlihat tenang, seperti biasa, gadis itu pandai sekali mengendalikan raut wajahnya meskipun ia b
Read more
BAB 38
Selasa pagi terasa cerah dengan semua orang yang kembali bekerja, aroma kue dapat Jane cium ketika ia berlalu melewati kopi shop yang ada di dekat agensi. Sayangnya Jane sudah terlampau hafal jika akan ada yang merusak hari indahnya ketika kaki jenjang miliknya menapaki lobi kantor sendirian, tanpa Jasmine dan Lucas. Kepergian Vincent bersamaan dengan badai yang kembali menerpa Jane. Wanita itu menghela nafas pelan. Belum juga apa yang tengah dihadapi berlalu, ada lagi hal yang membuat ia merasa seperti narapidana mati ketika berkunjung ke agensi. Banyak pandangan yang menyesakkan tertuju padanya. Orang-orang yang dulu terlihat menghormatinya, menunjukkan sikap aslinya. Buka hal baru, pun Jane juga tak terlalu ingin peduli pada apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya. Ada banyak hal yang yang ia lakukan dan sungguh–mendengarkan perkataan orang lain tidak akan membuat perutnya kenyang. "Bukankah sangat memalukan jika ia benar-benar mantan seorang pemain? WTF, terlebih ketika
Read more
BAB 39
Jane masih belum bisa mengatakan apapun pada pria yang sedari kedatangannya hanya menatapnya. Tatapannya yang tajam benar-benar membuatnya muak. Ini bahkan sudah hampir tengah malam, namun pria itu tak kunjung pergi dari ruangannya setelah pembicaraan yang tak pernah Jane inginkan sama sekali. “Kenapa harus aku?! bukankah sudah ku katakan jika aku tidak pernah ingin menjadi kekasih gelapmu?” ucap Jane dengan suara lantang. Jack terdiam. Pria itu berdiri dari posisi duduknya dan mendekat pada Jane yang berdiri membelakanginya. Pandangan wanita itu masih fokus pada bangunan-bangunan yang ada di ibu kota yang kini terlihat mirip taburan bintang. Tanpa diduga pria itu malah memeluknya. Erat. Kepala Jack menumpu di bahunya dan nafas tenang Jack membuat Jane merinding. Kepanikan itu ada padanya, namun sungguh akan lucu jika pria bajingan itu tahu kelemahannya. “Jane—aku tak pernah menginginkan pernikahan itu, bukankah kau tahu jika semuanya hanya karena bisnis. Kau tahu jika—” “Stop J
Read more
BAB 40
Bunyi gedebuk kecil tak membuat Jane beranjak dari tempat tidurnya, bahkan hanya untuk membuka mata pun wanita itu terlihat enggan sekali. Ia bahkan mengabaikan tirai jendela kamar yang terbuka, juga cahaya matahari yang beranjak masuk. Jane tipe wanita malas dengan rutinitas pagi normal seperti sekedar membuka jendela, oleh karena itu ketika ia merasa ada sedikit kejanggalan, barulah ia sedikit terusik. Namun tetap saja, hal itu juga tak lantas membuatnya langsung beranjak bangun dan memeriksa apa yang terjadi. Tubuhnya yang masih cukup pegal lantaran pekerjaan kemarin/ Ditambah lagi dirinya yang terlalu lama duduk di kursi. Thomas seperti sengaja membuatnya sibuk di ruangan seharian. Ia merasa jengkel, namun juga tidak bisa protes pada sang bos. Ketika alam bawah sadarnya menariknya kembali ke alam mimpi, bunyi gedebuk keras membuat Jane mengernyitkan dahi. Agak terganggu dan merasa kesal secara bersamaan karena rencana yang sudah ia pikirkan sejak semalam adalah bangun siang, t
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status