Sebagai seorang model ternama tentu banyak orang mengenal Jane. Ia juga merupakan anak emas agensi. Muda, kaya, dan terkenal. Siapa yang tidak ingin memiliki tiga hal tersebut dalam hidup yang katanya hanya satu kali. Namun, kebahagiaan itu secara mendadak berubah menjadi sesuatu yang menyiksa Jane, ketika bayangan masa lalunya muncul. . Masa lalu yang pernah ia lalui begitu kelam, menyeruak menghancurkan kewarasannya. Hingga suatu hari, Lilibet, sang psikiater menyarankannya untuk rehat dan berlibur ke sebuah tempat dengan pemandangan pantai dan air lautnya yang indah. Disanalah ia bertemu dengan sosok Vincent. Seorang pria pemilik kafe yang ramah meskipun seringkali membuatnya kesal. Mereka tak sering bertemu, namun ketika bertemu akan saling berbagi cerita layaknya kawan lama. Entah apa yang membuat Jane yang begitu tertutup, bahkan pada Lilibet sekalipun, bisa begitu bebas bercerita pada Vincent. Hari-hari Jane di tempat baru terasa menyenangkan, sampai kemudian masalah lain muncul membuatnya terpaksa kembali ke ibu kota. Semuanya tambah runyam dan membuat karir Jane di ujung jurang. Jane pikir penderitaannya di masa lalu telah berakhir, namun ternyata belum. Ia putus asa. Wanita keras kepala dan dianggap egois itu, hampir menyerah akan hidupnya. Di saat itu, sosok Vincent kembali hadir, merengkuhnya dan memberikannya kehangatan. Pria yang selalu membuat Jane nyaman menjadi dirinya sendiri. "Kesuksesan itu—seperti ketika kau menukarkan jiwamu dengan iblis. Kau harus rela menjadi budak dari sebuah kesempurnaan.” Ketika kau mendapatkan sesuatu, maka kau juga harus rela kehilangan sesuatu yang lain.”
Lihat lebih banyakAngin pantai membawa pasir ke teras. Butir-butir pasir yang kecil terlihat sangat kecil sehingga Jane sering kesulitan membersihkannya. Setelah sekian lama melakukan apa yang belum pernah ia lakukan, kini Jane merasa benar-benar memulai hidup dari awal. Sebenarnya hal itu tidak menjadi masalah, karena apapun keputusan yang selalu diambilnya, maka apapun resiko yang akan diambilnya.Ujung jari Jane menyentuh inti kayu. Pandangannya yang tertuju ke lantai kini beralih ke pemandangan di hadapannya. Lautan biru membuat Jane merasa nyaman."Tidak mau masuk?" tanya Vincent yang baru saja keluar rumah. Laki-laki hanya mengenakan kemeja lengan pendek dan celana selutut. Rambutnya berantakan, namun wajahnya terlihat lebih segar dibandingkan beberapa saat yang lalu. “Nanti, suasana hari ini–sangat indah,” kata Jane. Matanya belum beralih dari laut. Suara gesekan membuat Jane berbalik, Vincent duduk di sebelahnya dengan handuk Amish yang tergantung di bahu kanan pria itu. "SAYA-"Jane ti
"Jika tahu begini, ku rasa bukan waktu yang tepat untuk aku mulai mengajar," ucap Jane sembari mendengus. Sementara Vincent hanya bisa menepuk dadanya pelan. Pria itu juga yidka menyangka jika ternyata sekolah hang digunakan oelh anak-anak itu tidak lah layak. Bangunan sekolah sudah tak layak di huni, bebebrpa anak kuga tampak tak terlalu serius menyimak pelajaran."Ya, memang weperi ini. Kami juga sudah beberla kali bertanya pada pusta. Tapi tak ada respon hang baik. Terpaksa anak2 harus belajar seadanya. Semilir angin membawa daun kering jatuh kw tananh membuat suasa sekolah yang atdinua memang tak sman semakin tak aman. Ajne melihtanya miris. Tak tahu jika ternyata hal ini masiha da di luar sana dan keungkinan bahkan jal semacam ini terjadi di luar. Jane bemar-bemqr miris terlebih ektin aia teringat tidak terlalu eoduli dengan sekolah.
"Aku sering melihat foto kakak," ucap seorang anak ang Jane temui di dekat pantai hari ini. Ini mungkn bisa dikatakan pertemuan pertamanya dan acara pertamaya bisa berbicara dnegan soranga anak yang tinggal di pesisir. DI sana, masih jarang anak muda dan banyak anak-anak yang memilih untuk sekolah dekat dengan perbatasan ibu kota. Namun , beberapa keluarga yang memang tidak mampu emmilih untuk tetap menetap di sana. Semilir angin laut membawa pasir lebih dekat dnegan mereka dan bocah kecil itu menarik lengan Jne, mengajaknya beteduh dari sengatn mata hari di pendopo yang ada di sana. Jan memeprhtaikan gadis itud negan seksama. KUlitnya berwarna tan dengan beberap atahi lalat yag menyear di bawahnya. Terlihat manis dnegna gig susu yang sehat. "Di mna kau melihat fotooku?" tanya Jane degan seikitrasa enasaan."Hmm, di majalan dan beberwa buu yang milik kakakku."Jane tahu kakak gadis itu memangs aah satau pegaai kafe vincentd an ia juga menganalnya. " Jika sudah besar anati aku jug
Pukul dua siang, mereka sudah berhasil menata barang-barang di tempatnya. dengan berbagai alasan, Vincent memaksa Jane untuk tidur satu kamar. Di kamar utama, kamar yang dulu pernah di tinggali Jane ketika tinggal di pesisir. Pandangan Jane kini tertuju ke luar jendela dapur, di tangan kanannya segelas air putih yang telah berhasil menghalau dahaganya. GrepJane tersentak ketika tangan pria itu memeluo pinggangnya erat. Dapat ia rasakan nafas hangat Vincent di lehernya juga rambut-rambut pria yang telah menemaninya yang kini membuat dirinya terkekeh. "Kau kelihatan lelah sekali" ucap Jane dan mengundang dengusan dari sang pria. "Bagaimana tidak, mereka membuatku bekerja dua kali," ucapnya sembari menunjuk pada dua staf kafe yang kini memang tengah menberishkan taman. Jane terkekeh, mengingat dua staf kafe yang tadi memang membantunya. Namun insiden beberapa saat kalau membuat rumah yang tadinya telah bersih, hari kembali di bersihkan. "Terpenting, mereka mau membantu."
Tumpukan barang-barang sudah memenuhi ruang tamu apartemen Jane. Beberapa barang lain yang kemungkinan tidak akan dibawa juga sudah terbungkus lapisan plastik. Tak ada yang tersisa, dipastikan semuanya tetap rapi dan tidak berdebu karena Jane membencinya. Menghela nafas, Jane merebahkan tubuhnya di pinggir karpet, memiringkan tubuh dan menatap dua koper besar yang akan ia bawa. TakPandangannya teralihkan pada sosok pria yang selalu menemaninya. Selalu ada untuknya dan kini bahkan rela mengambil penelitian di masa kuliahnya yang memang bisa dikatakan cukup singkat di tempat yang jauh dari ibu kota. "Jus jeruk, tak masalahkan?" Jane terkekeh dan emggekeng, bangun dari posisi tiduran dan meraih segelas jus dingin yang Vincent buat. Pandangannya kini teralihkan pada Vincent yang nampak mengitari ruangan, masuk ke kamarnya dan mengambil dua koper lain. "Aku membutuhkan barang yang ternyata melebihi perkiraan," ucap Jane. Vincent tak langsung menjawab, pria itu meletakkan koper terse
Siang itu cukup terika ketika Vincent keluar dari area kampusnya. Udaranya tak terlalu segar lantaran sudah tercampur dengan plusi di area di mana ia memarkirkan mobil. Pandangannya melihat sekitar, dan menghela nafas sebelum kemudian ia masuk dalam mobil. Menjalankan mobilya e sebuah tempat yang belum ia kunjungi sendirian. Vincent sudah mengatakan pada Jane untuk tidak menunggunya di jam makan siang hari ini lantaran ia mungkin akan pulang sore hari. Perjalanan akan memakan waktu banyak biarpun banyak kendaraan lalu lalang. Bangunan berwarna coklat dengan aksen hitam yang tampak seperti sebuah tanda. Kantor polisi, ya, pria itu pergi ke kantor polisi untuk bertemu dengan pria yang menjadi keluarga tunggal sang kekasih.
Keputusan besar yang sebenarnya sudah lama ingin Jane lakukan adalah keluar dari agensi. Selain karena ia memang sudah memiliki tujuan lain dalam hidupnya, Jane kira sudah cukup membantu Thomas dalam mengelola agensi. Banyak tim yang memahami konsep yang Jane berikan beberapa di antaranya terasa begitu ketat dan anggotaatkan banyak pihak. Thomas menghela napas, menampilkan yang tadi hanya fokus pada layar komputer kini berkumpul pada Jane. Ia mendongak dan kembali, wajah Jane yang sungguh repot menyambutnya.“Aku sungguh akan keluar meski kau tidak mengizinkannya,” ucap Jane lagi untuk menegaskan jika ia memang tidak ingin lagi bertahan. Sudah sejak lama Jane mengutarakan niatnya untuk keluar, namun Thomas seperti memiliki banyak cara untuk membuat dirinya tetap bertahan. “Lalu, jika kau keluar apa yang akan kau lakukan?” tanya Thomas sambil melirik surat pengunduran diri yang ada dalam kertas coklat di depannya.Jane mengedikkan bahu, kedua tangannya bersedekap dan bersandar di san
Jane hanya diam, memandang sesuatu yang sungguh baru kali ini ia lihat dalam hampair tig apuluh tanhun hidupnya. DI depannya sang ayah tengah menikmati makan siang yang ia buatkan, sesuatu yang sungguh tak prnah terdug."Apa makanannya enak, Paman?" tanya Vncent. Ayah Jane yang mendengarnya mendongak, mata sayu yang menunjukkan umur pri at mematai pria muda yang menatapnnya soan. SUngguh berbeda dengan tatapan yang juga pernah ia terma di masa lalu. Ia mengangguk."Ah, sudah ku duga. Makanabutan Jane memang snagat nikmat. Lain kali—"ucapan Vincent terhenti ketika Jane berdiri dari posisinya. Wanita itu tak mengatakan papaun, a hanya diam menatap snag ayah yang juga menatapnya hingga ke sedkian detik, ia beranajk pergi dengan Vincent yang lebih dulu berpesan pada petugas uuntuk menyuruh ayah Jane menyelesaikan makannya dulus ebelum dibawa kembali e sel."Pamn tak erlu khawatir tentang jane dia adalah wnita yang heba dan aku akan menjaganya,' uccap VVincent kemudian dan tersenyu. Pr
Hampa. Satu kata yang Jane rasakan adalah hampa. Pandangannya mengedar, agak bergidik ketika merasakan hawa dingin menyapa kulitnya. Tatapannya tertuju pada hujan serta gemuruh langin yang belum juga reda dari esok hari. “Kenapa harus hujan,” gumamnya sembari menghela nafas. Jane menundukkan kepalanya, menaikkan selimut untuk menutupi pundak yang telah dbaluk dengan switer tebal milik Vincent. Ketukan air yang terdengar dari balkon cukup nyaring, mengisi kekosongan ruangan yang memang sengaja Jane tempati sebagai tempat istirahatnya hari ini. Sebelum esok ia kembali bekerja. “Aku, bahkan tidak merasakan kesedihan sedikit pun,” ucap Jane lagi. Senyuman terukir sebentar, sebelum kekosongan itu kembali melanda. Tak ada siapapun di tempat itu, hanya dirinya yang berdiri di depan jendela. Sampai kemudian langkah kaki menggema di ruangan lain dan geseran pintu terdengar dengan munculnya seorang pria dengan rambut setengah basah. Vincent datang dengan satu kantung makanan yang ia leta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.