All Chapters of CEO Brondong itu Kekasihku: Chapter 21 - Chapter 30
122 Chapters
Bab 21. Calon Mantu
Aku terbangun, di sebelahku ibu masih tertidur dengan ponsel di genggaman. Senyumku terbersit mengingat tadi malam. “Malam-malam kok masih telponan, to, Nduk. Apa tidak tidur?” “Iya, Bu. Ini Alex sungkan karena tadi tidak pamit,” jawabku sekenanya. Tidak mungkin aku bilang, kami telponan gara-gara dia kirim pesan- aku kangen. Justru ini awal mula kejadian. Ibu justru bergabung video call dengan kami. Dari ruang depan, dan pindah ke dalam kamar. Pembicaraan yang lama-lama didominasi, membuatku tersingkir dengan teratur. Entah sampai pukul berapa ibu dan Alex berbincang. Aku pun tidak kuat, menyerah, dan tertidur. Jarum jam menunjuk angka tiga, aku masih ada waktu untuk menulis. Sekali lagi aku menatap ibu. Wajahnya yang menunjukkan usia, terlihat damai dengan senyum tersungging. Mungkin bermimpi bertemu bapak, atau justru memimpikan terkabul keinginannya. Bersalaman di resepsi pernikahan dengan membusungkan dada, seolah menyatakan kalau anak semata wayangnya bukan wanita yang tida
Read more
Bab 22. Perhatian
“Aku turun di sini,” seruku sambil menunjuk gerbang kampus yang sudah dekat.“Kenapa?”“Pokoknya__”“Iya, iya,” jawabnya, kemudian memelankan mobil dan akhirnya berhenti.Di depan ATM, tidak jauh dari pintu gerbang. Untuk ke perpustakaan, aku lumayan jauh berjalan. Akan tetapi tidak apalah, dari pada mendapat tatapan aneh dari orang-orang. Raya yang biasanya naik ojek onlen, sekarang naik mobil. Itupun mobil aneh yang jarang ditemui di parkiran kampus. Mungkin, malah tidak pernah.Kalau dosen membawa mobil seperti yang dikendarai Alex, bisa mendapat dakwaan korupsi. Diusut tuntas asal muasal harta dan bisa jadi berujung di balik terali besi.“Kamu malu diantar kekasih sepertiku?”Aku tertawa. “Belum waktunya kita terlihat bersama. Terus, memang sejak kapan kita menjadi sepasang kekasih?”Dia menatapku lekat, kemudian senyum dikulum.“Tadi malam bukankan kita sudah melakukan seperti sepasang kekasih? Aku pun sudah menyatakan I love you.”“Alex. Mana bisa itu menjadi awal sebuah hubung
Read more
Bab 23. Trending Topic
Pasangan itu disebut pacaran, kalau ada deklarasi. Kalau belum, bagaimana bisa menyebut dia kekasihku?“Harus seperti itu, Raya? Apa yang yang kulakukan kurang menunjukkan kalau aku ini kekasihmu?”“Ck! Dasar anak kemarin sore. Negara merdeka saja ada proklamasi. Begitu saja kok tidak mengerti,” ucapku sambil mencuri pandang ke arahnya.Dia justru tertawa terbahak-bahak. Aku makin kesal. Dipikirnya ucapanku lawakan, apa?Banyolannya yang mengatakan aku ini cinta pertamanya saja, tidak aku tertawa. Bahkan itu masih menjadi beban pikiran.Coba kalau dia menyisihkan otak pintarnya untuk berpikir. Bukan dipenuhi dengan penelitian dan bisnis saja. Dia pasti tahu, kalau ada istilah ‘hari jadi.’ Setiap tanggal itu, pasangan akan merayakan. Bukan untuk pamer foto di media sosial, tetapi untuk menilik apakah hubungan baik-baik saja, sekaligus menjadi momen untuk mengucapkan syukur.Kalau tidak ada tanggal yang pas bagaimana? Misal ada yang tanya, jadian mulai kapan? Terus apa harus menjawab, m
Read more
Bab 24. Surat Cinta
Seperti lagu yang sering diputar ibu, penyanyi Vina Panduwinata itu mewakili apa yang aku rasakan. Hatiku berlomba menyanyikan lagu cinta. Dengan alasan yang masuk akal, aku menyelinap ke jajaran rak-rak buku.“Tidak lama kan, Yak?”“Tidak, Mbak. Cuma memastikan hitungan buku yang selisih,” ucapku tadi sambil beranjak.Aku mengambil buku Bioteknologi Pertanian. Buku tebal ini aku jadikan cover lembar kertas yang aku keluarkan dari amplop biru.Sesaat aku menghela napas, meredam jantung yang tak mau kalah dengan hati. Senyumku mengembang melihat tulisan yang terlalu indah untuk ukuran laki-laki. Tinta hitam ini seperti menari membentuk tulisan latin yang indah.Kata demi kata merajut dan perlahan melemparkan aku ke dunia lain. Tidak ada tumpukan buku atau rak-rak yang menjuang. Sepanjang mata memandang hanya ada taman bunga dengan kupu-kupu berterbangan. Bibirku tersenyum membaca keromantisan ala Alexander Dominic.~~Nayaka Raya, Saat mata ini membaca namamu, seketika itu juga otakk
Read more
Bab 25. Bukti
Tidak peduli dengan tatapan heran Mbak Leni dan teman-teman lainnya, tangan ini dipaksa mengikutinya. Tidak mungkin aku berbuat drama dengan menolaknya. Terpaksa aku pasrah saat pintu mobil dibuka dan aku di dorong masuk. Sepintas, aku mendengar bisik-bisik mereka.“Saya duluan,” serunya sambil melambaikan tangan dan senyuman seperti biasa.Mobil hitam ini berjalan pelan, melewati jalan yang dipadati dengan karyawan yang bersamaan pulang. Namun, setelah masuk ke jalan raya, aku merasa kecepatan semakin bertambah.Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Jarum penunjuk kecepatan bergeser dari angka seratus. Ingin berbicara. Akan tetapi melihat wajahnya mengeras. Aku pasrah sampai mobil berhenti dengan sendirinya.“Apa maksudnya ini?”Dia menunjukkan ponsel dengan menghujam tatapan tajam.Mataku mengerjap. Melihat wajahnya yang begitu serius, diri ini mengerut dengan sendirinya. Bukannya takut, tetapi rasa bersalah mendominasi.“A-aku bingung.”Dia memejamkan mata sambil menghela napas.“A
Read more
Bab 26. Jawaban
Aku merasa kehilangan raga dan tidak menapak di bumi. Mata ini tetap tertuju pada bukti kisah cinta pertama. Mungkin bagi orang lain ini terlihat romantis, tapi bagiku ini patut disembunyikan."Kenapa, Ray?".Kedua tangan besarnya menangkup bahuku dan menghadapkan badan ini ke arahnya. Manik hazel menilik tajam memaksa diriku untuk menatapnya seorang."Aku mau pulang sekarang," ucapku kemudian mengurai kedua tangannya, dan bergegas berdiri.“Raya! Kita perlu bicara.”“Bicara apa? Aku sudah tahu kalau aku terlalu tua untuk kamu!”Tak kuindahkan panggilan Alex. Langkah cepatnya tergesa untuk mensejajariku yang setengah berlari. Tujuanku hanya satu, segera berkemas dan pulang. "Raya!" teriaknya sembari mencekal tanganku.Mungkin dia kebingungan melihat reaksiku ini. Yang seharusnya tersenyum senang karena ungkapan cinta pertama yang tersematkan kepadaku, adalah nyata. Namun, kasusku ini lain. Dia jatuh cinta kepadaku disaat dia masih bocah, dan kenyataan yang tidak bisa diubah ini sema
Read more
Bab 27. Pertanyaan Ibu
“Kalian tahu salahnya, apa?”Ibu duduk tegak setelah membenarkan ikatan rambut. Tidak ada terbersit senyuman menyambut calon menantu seperti biasanya. Aku mengangkat kepala sedikit dan kembali menunduk setelah mendapati ibu yang tidak main-main. Sorot matanya serius dengan kedua alis mata berbaut, dan sekarang tangannya berlipat di depan dada. Sama persis kalau dulu dia marah kepadaku."Kalian ini sudah bukan anak kecil. Yang tidak tahu waktu kapan pulang. Seharusnya tanpa diberi tahu sudah mengerti," tambahnya lagi semakin membuat keder.Aku dan Alex yang duduk di depannya, diam, dan menekuri lantai. Jempol kaki aku gerak-gerakkan sambil mendengar omelan yang menyambar. Kebiasaanku kalau kena marah, mengalihkan perhatian, bahkan saat kecil dulu aku mampu menulikan pendengaran tanpa menutup telinga.“Kalian itu laki-laki dan wanita yang sudah dewasa. Memang kalian sudah berkomitmen, tetapi kalau belum ada ikatan yang sah, dilarang berduaan apalagi sampai petang seperti ini. Kalian tah
Read more
Bab 28. Peluncuran
“Jadi aku sudah bisa di-launching?”“Hemm?” Aku menoleh ke arahnya.“Hari ini bisa diluncurkan? Aku kan kekasih baru Nayaka Raya,” ucapnya memperjelas yang dimaksud.Aku yang sedang berkutat dengan ungkapan ibu semalam, hanya mengangguk mengiyakan.‘Apa ibu tidak menyadari kalau jarak usia kami jauh, ya?’ pikirku dalam hati. Aku menoleh ke arahnya dan memperhatikan sosoknya yang tinggi besar.Memang kalau sekilas, tidak ada perbedaan yang mencolok di antara kami, yang merujuk pada usia. Alex yang selalu berpakaian rapi dan ketika bertemu orang, pembawaannya serius, seperti menutupi usia yang sebenarnya. Terlebih orang sekitar memanggilnya dengan sebutan Pak Alex.“Jangan memandangku terus. Nanti jadi benci. Benar-benar mencintai,” celetuknya dengan tetap konsentrasi mengemudi. “Tapi tidak apalah, itu yang aku harapkan.”“Kamu ini pagi-pagi sudah gombal.”“Ada apa? Ada yang kamu pikirkan?”Kali ini dia menoleh kepadaku setelah mobil berhenti karena lampu merah. Dia menatapku penuh per
Read more
Bab 29.  Kencan Pertama
“Bukankah hari ini hari jadi kita? Dimulai titik nol, untuk angka-angka berikutnya yang tidak terhingga,” ucapnya saat video call.Aku protes dengan perlakuannya. Entah berapa uang yang dititipkan ke Pak Wira, sampai seniorku itu dengan senang hati membantu proses syukuran itu.“Tapi bukan begitu caranya. Kamu tahu tidak, semua orang memandangku dengan tatapan aneh.”“Itu hanya perasaanmu saja. Yang penting, mereka akan menjagamu untuk aku.”“Maksudnya?”“Iya, lah. Semua orang tahu kalau Nayaka Raya kekasih Alexander Dominic. Tidak akan ada laki-laki yang macam-macam mendekatimu.”Aku merasa sungguh kesal. Selalu aku kehabisan kata-kata saat berpeda pendapan dengannya.Niatku menyembunyikan hubungan ini untuk menghindari keriuhan, dia justru mengumumkan dengan pengeras suara. Desas-desus yang mengatakan aku mempunyai kekasih, sekarang semakin menyeruak.Seperti mendapat panggung, semua orang berasumsi dengan hubungan kami.“Sudah, tidak usah didengar.Anggap saja itu supporter yang men
Read more
Bab 30. Seperti Spiku
“Nak Alex mana?” tanya Ibu yang baru keluar dari kamar mandi.Bukan anaknya yang ditanya, sekarang malah si brondong itu. Ada rasa cemburu yang mencuat, selama ini sebagai anak tunggal perhatian ibu hanya kepadaku seorang.“Dia langsung kembali. Katanya masih ada kerjaan. Ini ada untuk ibu.” Aku menyodorkan tas berisi menu yang sama, ikan bakar madu.“Ini dari Nak Alex?”Aku mengangguk. Sepertinya ibu tidak tahu anggukanku, dia justru sibuk membuka bungkusan yang menguar baru sedap yang disertai beberapa jenis sambal di wadah kecil. Ibu menutup dengan tudung saji, katanya nanti aja akan dimakan.“Nak Alex itu baik, ya. Sudah sopan, perhatian sama orang tua lagi.”“Ibu tidak tanya tentang aku?” ucapku setelah mengambil minum dan duduk di sebelahnya. Kami berdua duduk menghadap meja makan.Ibu tersenyum, mendekat, kemudian mengambil tangan ini. Sambil menepuk punggung tanganku, dia berucap.“Dari awal pintu terbuka, mata ibu awas memastikan anak ibu ini baik-baik saja. Wajah terlihat
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status