Semua Bab Benih Satu Milyar: Bab 11 - Bab 20
86 Bab
Salahkah Aku?
"Rencana lo apa sih, Ra? Kenapa lo nggak balik aja ke hotel, terus tidur bareng ma si Azlan, biar lo cepat hamil," cerocos Flora tanpa jeda.Aku membenahi posisi dudukku, mencari posisi nyaman untuk bicara. "Dengarkan gue, Flo. Lo tau nggak rasanya dipandang rendah ma orang kaya?""Ya taulah ... gue kan pernah rasain juga. Waktu ketahuan jadi simpenannya Om Jony. Lo tau juga kejadiannya, gue dijambak. Dihajar habis-habisan di depan umum, hancur martabat gue waktu itu."Tampak wajah Flora berubah sedih karena ingat peristiwa yang sangat memalukan waktu itu. Walaupun kami hidup dari hasil morotin kekayaan om-om, tapi tetap saja sebagai manusia normal, kami punya perasaan dan tak suka jika direndahkan.Begitulah, terkadang mereka yang beruntung dari aku dan Flora justru hanya mencela. Pandangan mereka terhadap orang sepertiku jelas merendahkan. Padahal, kami begini juga karena terpaksa. Siapa, sih, yang ingin kehidupannya jadi parasit? Jika boleh memilih, aku pun akan memilih kehidupan s
Baca selengkapnya
Mencari Nara
(PoV Flora)Sepulang dari menemui Nara, aku sengaja menghindar dari Azlan dan Elina. Bahkan memilih telat mengambil sarapan, dan setelahnya memilih menghabiskan waktu dengan mengunjungi beberapa destinasi wisata lainnya.Drrrrttt ... drrrttt ....Ponselku bergetar, sebuah panggilan dari Azlan."Flo, kamu di mana? Apa kamu sudah menemukan Nara?" tanya Azlan tanpa basa-basi, terdengar dari nada suaranya ada kekhawatiran."Belum. Gue nyari dari pagi kaga ketemu. Capek!" Sengaja aku berbohong, tak mungkin aku mengatakan hal yang sebenarnya, kan?Ah, Nara! Kau membuatku jadi pembohong hari ini, gerutuku dalam hati."Terus sekarang kamu di mana?""Gue masih istirahat, ntar kalau dah ilang capeknya, gue balik ke hotel!" ucapku untuk mengakhiri pembicaraan, segera kuputuskan panggilan.Kurasa saat ini Azlan dan Elina sedang kebingungan mencari Nara, apalagi mereka sangat membutuhkan bantuan Nara. Mau tidak mau ya harus mencarinya.Setelah selesai menikmati jalan-jalan ke berbagai destinasi, k
Baca selengkapnya
Flashback
POV Flora"Nara! Ra! Lo di mana sih? Masa iya diseret Nyi Roro Kidul?!" keluhku setelah hampir dua jam menyusuri tepi pantai dan sekitarnya.Rasa lelah mulai mendera, hingga aku kesal dan berteriak pada lautan lepas. Tanpa peduli langit gelap dan angin malam yang menyapa kulit, aku susuri pantai demi menemukan Nara yang hilang entah ke mana. Hanya saja otakku mulai berpikir, mana mungkin Nara ada di pantai? Kalau hanya di pantai atau sekitar hotel, tidak mungkin juga dia sesulit ini untuk ditemukan. Sudah pasti dia pergi jauh dari tempat kami menginap."Dasar, kelakuan tuh bocah emang, ya. Awas aja sampai ketemu, gue suruh pijitin nih kaki!" gerutuku sangat kesal.Jam yang semakin bergerak menuju tengah malam, dan Nara yang belum kembali. Sudah lelah kaki ini berjalan kian kemari, menyerah dan berakhir dengan duduk di tepi jalan."Flora, gimana? Ketemu Nara-nya?" suara Azlan mengejutkan.Pertanyaan bodoh yang dia lontarkan. Sudah jelas aku sendirian di sini tapi masih bertanya."Lo l
Baca selengkapnya
Rahasia Kecil
Setelah mandi dan makan, Nara mengajakku mengatur rencana. Ternyata benar yang dikatakan Azlan, Nara memang menuntut diperlakukan sebagai istri. Menurut Nara, dia berhak minta hal tersebut, mengingat pernikahan mereka yang memang sudah sah di mata Tuhan. Tapi tetap saja, itu termasuk hal konyol bagiku. Dia dikontrak untuk menyewakan Rahim, bukan sebagai istri kedua. Lucu saja ketika mendengar pengakuan keinginan Nara.Sumpah, nggak habis pikir dengan cara berpikir Nara. Sudah jelas dalam kontrak, dia disewa ... bukan dibayar sebagai istri. Kalaupun dia dinikahi, karena Elina dan Azlan menginginkan anak yang bernasab ke ayahnya, anak yang sah dalam hukum agama.Percuma juga jika aku mencoba menyadarkan posisi Nara, dia termasuk tipe keras kepala. Kalau sudah punya kemauan sulit sekali untuk mundur. Ah, apa mungkin Nara jatuh cinta pada Azlan?Otakku mulai bermain spekulasi, mencoba menerka dan menganalisa. Azlan memang keren, tampan, dan tajir. Aku saja sempat tergoda dengan ketampan
Baca selengkapnya
Pura-Pura
(Pov Flora)Sinar mentari menyorot hangat, masuk melalui kaca bening. Kicauan burung turut menghiasi awal indah hari ini. Kembali aku menggeliat. "Aaauuw ... masih sakit banget ni tubuh. Gila tuh perempuan, keliatannya aja yang kalem. Nyatanya melebihi nenek lampir!" gerutuku pagi ini.Perlahan aku bangkit dari posisi tidurku, duduk di tepi ranjang untuk sejenak mengatur pernapasan. Ya, aku memang sudah terbiasa dengan aktivitas satu ini. Teknik yoga Pranayama kugunakan untuk belajar mengatur pernapasan. Cukup efektif mengurangi rasa stres yang selama ini sering menyerangku.Ya ... meskipun aku memiliki cukup banyak uang, apa yang kuinginkan juga tinggal minta sugar daddy-ku. Namun, itu semua tidak dapat membeli ketenangan batinku.Ibuku, ia masih berada di rumah sakit jiwa hingga sekarang. Dia mengalami depresi akibat perlakuan suami keduanya. Tekanan batin yang harus ia tanggung selama kurang lebih lima tahun berumah tangga dengan lelaki pemabuk dan penjudi itu.Keadaan ibu semakin
Baca selengkapnya
Elina Kepergok
(Pov Flora)Pagi ini aku keluar dari kamar hanya untuk mendatangi Elina, dia terlihat sibuk mondar-mandir di lobi hotel. Wanita itu memegang ponsel di tangannya."Percuma aja. Nara nggak akan mau balik sebelum lo berhenti main play victim. Coba kalau lo dari kemarin relain suami lo untuk menikmati bulan madu yang sesungguhnya sama dia. Nggak begini kan jadinya?" dengan santai aku berceloteh.Tak peduli ucapanku akan membuat telinga Elina memerah, ataupun hatinya semakin panas. Sontak dia menoleh ke arahku, masih dengan sikap santai aku berdiri sambil melipat tangan di depan dada dan memandang sinis ke arahnya."Apa maksudmu? Tentu aku nggak akan merelakan suamiku menyentuh wanita lain. Terlebih wanita murahan seperti kalian ini!"Aku hanya tersenyum kecut. Hampir tertawa karena kalimat yang Elina ucapkan terdengar lucu bagiku."Lo bercanda, ya? Eh, inget nggak sih, kalau suami lo yang datang dan meminta bantuan gue dan Nara? Atas permintaan lo, suami lo yang bayar kami juga. Nara tuh
Baca selengkapnya
Kembali ke Jakarta
(PoV Nara)Kututup panggilan dari Flora. Kabar baik belum juga aku terima darinya. Hanya sedikit rahasia mengenai tujuan Elina. Rasanya mulai muak juga aku dengan wanita satu itu. Dia yang meminta, tapi dia pula yang bikin semua menjadi sulit.Ternyata membuat Elina merelakan suaminya untuk berbagi waktu denganku, itu adalah hal tersulit. Ini sama saja membuang waktuku, sedangkan tekanan dari ibu biadab itu terus saja datang. Tiap waktu ponselku berdering, jika tidak kuangkat maka belasan chat dia kirim. Sudah macam hidupku kena teror debt collector.Aku mulai berpikir keras, jika Elina masih saja bersikeras untuk membatasi hubunganku dengan Azlan, maka aku harus segera ambil tindakan tegas. Ya, aku memang dibayar untuk melahirkan keturunan Azlan. Namun, aku hanya ingin selama hamil tidak ingin merasakan beratnya masa kehamilan seorang diri.Lagi pula, bukankah janin ketika dalam kandungan juga membutuhkan kasih sayang dari ayahnya? Tidak ada salahnya jika Azlan ada di sampingku, buka
Baca selengkapnya
Pengakuan Azlan
"Lo dapat kontrakan ini dari mana, Ra?" tanya Flora saat kaki kami memasuki teras sebuah rumah."Dari Ryan," jawabku seraya membuka keset depan pintu dan mengambil sebuah anak kunci di baliknya."Kamu masih berhubungan dengan Ryan? Bukannya lo udah putus ya?"Haiish ... nih anak memang kepo tingkat dewa. Tanpa menghiraukan pertanyaannya, aku segera masuk ke dalam rumah. Beruntung saja, saat aku menghubungi Ryan dan menyampaikan maksud, dia mau menolong.Ya, Ryan adalah mantan calon suamiku. Aku pernah hampir menikah dengan dia, tapi semua berantakan karena ulah ibu. Apalagi kalau bukan masalah uang. Menurutnya, jika aku menikah dengan Ryan maka aku akan kehilangan sumber penghasilan. Ibu menganggap Ryan hanya lelaki tanpa harta.Sungguh, hanya Ryan lelaki yang bisa menerima masa laluku. Dia tahu pekerjaanku, tetapi dia tak merasa jijik denganku. Bahkan selama pacaran, dia tak pernah menjamah ataupun menginginkan tubuhku sebagai pemuas nafsu.Lagi-lagi, wanita iblis berkedok ibu itu ya
Baca selengkapnya
Makan Malam Romantis
Hari ini adalah hari di mana aku akan memulai siasat baru. Dengan dress seksi berwarna merah marun, belahan dada rendah, dan model gaun yang memamerkan mulusnya punggungku.Sejenak aku mematut di depan kaca, memutar badan untuk melihat seberapa cantiknya diri ini malam ini. Setelah merasa puas dengan tampilanku, segera kuraih parfum mahal hadiah dari salah satu sugar daddy-ku. Kusemprot bagian leher jenjang nan putih, kemudian di pergelangan tangan bagian dalam. Kugosok-gosok, lalu kuratakan kembali ke leher dan tubuhku.Aroma baccarat menguar, begitu nyaman dan menggoda indra penciuman.Kembali kupandangi penampilanku di cermin. Penampilan yang sangat berkelas dan disukai oleh pria-pria berkelas. Senyum yang kuulas menampakkan binar indah di wajah. Entah kenapa otak ini membawa pandangan mata ke perut.Perlahan tangan meraba perut yang rata dan membentuk indah dengan pinggang ramping. Pandanganku mulai nanar, pikiran mulai berkecamuk."Haruskah aku kehilangan semua keindahan tubuh in
Baca selengkapnya
Dibanting Kenyataan
"Apa kamu bahagia, Ra?" tanya Azlan saat kami tidur berhadapan. Tatapan Azlan begitu teduh, tangan kanannya menyibak anak rambut yang menutupi sebagian wajahku."Ini adalah hal pertama bagiku, bermain cinta dengan lelaki yang halal menggauliku." Hampir saja bulir bening menggenang, ada perasaan haru menyelinap."Aku sudah berpikir, Ra. Aku akan mengabulkan permintaanmu. Akan kujaga dirimu dan janin kita nantinya."Wow ... benar-benar exciting aku mendengar kalimat yang meluncur dari bibir lelaki tampan di hadapanku. Sesaat kata-kata manis itu mampu melambungkan semua rasa ke awan yang tinggi, tetapi sesaat kemudian aku mulai menyadari bahwa ada Elina dalam hidup Azlan.Rasanya lebih sakit, dibanting oleh kenyataan."Bagaimana dengan Elina?""Kamu cukup iyakan saja, urusan Elina biar aku yang hadapi. Aku akan sewakan sebuah rumah, lengkap dengan pembantu dan sopir. Kamu tinggal di sana, dan aku akan menemuimu setiap waktu.""Apa Elina tahu hal ini?"Azlan menatapku sejenak, lalu mengub
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status