All Chapters of Pernikahan Kedua yang Dirahasiakan Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40
117 Chapters
31 Orang Suruhan Ririn
“Kamu serius?” Tentu saja Pasha tidak percaya. “Yah, paling juga dia mempertimbangkan untuk menolak lamaran itu, aku tahu betul bagaimana karakter Siska.”“Yang penting dia tahu niat kamu,” ujar Ezra. “Aku Cuma mencoba membuka jalan bagi kalian berdua ....”“Aku sangat berterima kasih, tapi kelihatannya tidak sesuai hasil yang diharapkan.” Pasha mengangkat bahu, jika dia ingat bagaimana teguhnya prinsip Siska selama.Sekali bilang tidak, maka seterusnya adalah tidak.Hari itu tanpa diduga Roni muncul di sekolah putrinya yang sudah beranjak remaja, Cilla.“Yuk, pulang sama ayah?” ajak Roni dengan percaya diri bahwa Cilla tidak akan menolaknya.“Tapi ... sebentar lagi aku dijemput, Yah.” Cilla beralasan.“Oh ya? Ibu kamu memangnya tidak kerja?” tanya Roni heran.“Om Pasha kok, Yah.” Cilla menjawab cepat.“Om Pasha ...?” Roni berpikir sebentar.“Iya, Om Pasha,” jelas Cilla bersemangat. “Ayah bisa kok bertemu sama Om Pasha kalau mau.”Mendengar anak kandungnya sendiri memanggil
Read more
32 Dia Mengincar Siska
Ririn mengambil selembar cek dan menuliskan sejumlah nominal untuk membayar jasa orang suruhannya.“Awasi terus wanita ini, jangan biarkan dia dekat-dekat dengan suami saya satu senti pun.” Ririn memerintah seraya mengulurkan cek yang sudah dia isi.“Baik, Nyonya.” Orang itu mengangguk kemudian berlalu pergi.Di kediamannya, ibu Roni menuang segelas air dan memandang putranya dengan saksama."Jadi ... mantan kekasih Siska suka datang ke sekolah Cilla?” ujarnya lambat-lambat. “Dia berani sekali...""Aku juga heran," angguk Roni membenarkan. "Mungkin dia sudah mengincar Siska dari awal.""Mana ada sih perjaka yang mau sama janda anak tiga," komentar ibu Roni takjub. "Dari awal ibu sudah merasa aneh saat lihat ada laki-laki yang sering hadir di sidang perceraian Siska ... Jangan-jangan mereka berdua memang ada sesuatu, Ron?"Roni menggeleng muram."Aku sangat mengenal Siska, dia adalah istri yang sangat setia," sahutnya. "Menurut Ibu, apa ada kemungkinan aku bisa rujuk sama Siska?""Seel
Read more
33 Saling Melengkapi
“Justru karena aku belum tahu, makanya aku mau mencari tahu. Apa salah?” tukas Ezra lagi, membuat Siska tersenyum mendengar perdebatan kecil itu.“Tidak apa-apa kok,” katanya. “Masalahnya bukan soal perasaan saya terhadap ayahnya anak-anak, tapi ... jujur saya sudah trauma menikah. Kegagalan dengan mantan suami saya sebelumnya membuat saya enggan untuk membina rumah tangga baru bersama siapa pun.”Meski Pasha sedang sibuk bercanda dengan Aruna, tetapi kedua telinganya mendengar dengan baik setiap patah kata yang diucapkan Siska kepada sepupunya.“Kalau soal itu saya sangat maklum.” Ezra mengangguk. “Tapi ... bukankah di saat yang sama sebenarnya kamu juga membutuhkan ... seseorang untuk bisa saling melengkapi?”Siska terdiam, sementara Pasha sengaja menendang kaki sepupunya dari bawah meja.“Pasha, aku sedang bicara penting—jadi jangan ganggu aku ...” desis Ezra kepada Pasha yang dianggapnya telah mengganggu suasana. “Kamu jangan merusak mood-ku, ya?”Siska tidak bisa lagi menahan sen
Read more
34 Kita Rujuk Saja?
“Kamu tidak bisa seperti ini,” kata Roni. “Pasha itu bukan ayah kandung Saga dan adik-adiknya, mana bisa dia menyayangi anak kita seperti anaknya sendiri.”“Aku tidak meragukan Pasha sedikitpun,” tukas Siska. “Dia sudah membuktikan kepeduliannya yang tulus kepada Saga dan yang lain sejak keluarga kami terkena masalah gara-gara kelakuan kamu.”“Siska, tolong ...” bujuk Roni mati-matian. “Aku masih sangat mencintai kamu, dan aku yakin jauh di dalam lubuk hati kamu sebenarnya kamu juga masih mencintai aku. Iya kan? Kalau begitu kenapa kita tidak rujuk saja?”Siska menghapus bulir-bulir air mata sebagai jawaban atas pertanyaan Roni.“Kamu gila ya,” katanya. “Rujuk sama kamu? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak akan pernah mau dimadu, kenapa kamu tidak mengerti juga?”Roni tertegun.“Sekeras itukah hati kamu sampai aku memohon seperti ini pun kamu sama sekali tidak peduli?” tanya Roni menahan kepedihan. “Aku menolak keinginan kamu bukan karena aku keras hati,” geleng Siska sambil menghap
Read more
35 Waktu untuk Berpikir
“Aku tetap tidak setuju Siska menikah lagi,” tegas Roni. “Aku masih bisa jadi ayah yang baik bagi anak-anak kami meskipun kami sudah bercerai!”“Mas, jangan berteriak seperti itu di depan aku!” sentak Ririn sambil berdiri dari duduknya. Dia berjalan memutari meja dan berdiri tepat di hadapan suaminya yang kini sedang dikuasai amarah.“Kamu seharusnya bisa bikin hatiku tenang.” Roni menegaskan.“Kamu jadi uring-uringan begini cuma karena Siska yang mau nikah lagi kan?” Ririn menggelengkan kepala tak percaya, tetapi Roni menyibak rambutnya dengan sangat frustrasi.“Aku tidak bisa membiarkan pernikahan antara Pasha dan Siska terjadi,” kata Roni tajam. “Saga seharusnya menentang keputusan ibunya, karena dia benci dengan orang yang tiba-tiba masuk di kehidupan orang tuanya.”Ririn menarik napas panjang dan menatap Roni.“Pantas saja Saga benci sekali sama aku,” katanya menggerutu. “Itu karena dia mewarisi watak kamu yang tidak suka melihat pria lain hadir di hidup Siska.”“Bukan itu masala
Read more
36 Kejujuran Calon Istri
“Saga, Cilla, ada yang mau ibu sampaikan ke kalian.”“Soal apa, Bu?” Saga menoleh sambil menyeruput es cola.“Ibu dan Om Pasha ...” Siska sesaat ragu. “... berencana untuk menikah.”“Apa?”Pasha diam dan mempercayakan urusan ini sepenuhnya kepada Siska. Kalaupun pahit-pahitnya Saga dan yang lain menolak, mau bagaimana lagi?“Ya, ibu dan Om Pasha berencana untuk menikah ... Apa kamu dan Cilla mengizinkan?” tanya Siska tanpa basa-basi.Saga saling pandang dengan Cilla, yang juga diam membisu setelah sebelumnya banyak bicara. Seketika suasana yang tadinya meriah, berubah menjadi canggung dan tidak nyaman.“Ibu serius?” Cilla bertanya dengan ragu.“Tentu saja, tapi izin dari kalian juga sangat penting untuk ibu dan Om Pasha.” Siska mengangguk, biar bagaimanapun dia ingin memberi kesan bahwa anak-anaknya memiliki hak untuk berpendapat sesuai hati nurani mereka.“Kalian pikirkan saja dulu,” ujar Pasha, tersenyum dan tidak memaksa mereka untuk segera memberi keputusan.Saga masih sibuk mengh
Read more
37 Sebagai Pihak Ketiga
“Apa perlu aku jawab?” Siska menoleh memandang mantan suaminya. “Dulu mungkin aku yakin sama kamu, sebelum kamu mematahkan kepercayaan aku.”“Baiklah, itu kesalahan aku.” Roni akhirnya mengakui. “Jadi ... apa yang mau kamu kembalikan sama aku?”Siska diam tidak menjawab, sebagai gantinya dia membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan berwarna merah mencolok dari dalamnya.“Kita memang sudah resmi bercerai, tapi aku baru merasa hubungan kita benar-benar selesai kalau aku mengembalikan ini sama kamu.” siska mengulurkan kotak perhiasan itu kepada Roni.Roni membuka kotak perhiasan yang dibawa Siska dan melihat sebuah cincin emas serta kalung yang dulu pernah dia hadiahkan kepadanya saat mereka masih menjadi suami istri yang bahagia.“Ini sudah jadi milik kamu,” kata Roni datar sambil memandang Siska. “Kenapa kamu harus mengembalikannya sama aku?” Siska menarik napas.“Aku kan sudah bilang,” ujar Siska datar. “Aku baru bisa menganggap hubungan kita benar-benar sudah berakhir
Read more
38 Asalkan Ibu Bahagia
“Aku peduli demi anak-anak kami,” bantah Roni, dia masih tak rela dengan keputusan Siska memilih Pasha.“Vit, aku masih bingung dan ragu.”Kavita yang sedang meminum es cokelatnya, perlahan menoleh ke arah Siska. Saat itu mereka sedang berada di kantin kantor untuk makan siang.“Bingung kenapa? Ragu kenapa?”“Soal Pasha ....”“Memangnya kenapa sama Pak Pasha?”Siska menarik napas panjang. Kavita memang sudah tahu tentang rencana pernikahannya dengan Pasha, dan dia ikut bahagia.“Apa keputusanku untuk menerima Pasha terlalu buru-buru, ya?” tanya Siska gundah.“Memangnya harus melalui masa pendekatan berapa lama sampai kamu merasa siap? Pacaran dulu seperti anak-anak remaja?”Siska menggeleng.“Aku sama Pasha bukan anak remaja lagi, jadi sudah bukan jamannya untuk pacaran. Aku malu sama Saga dan Cilla ....”Kavita mengangguk mengerti.“Tapi kamu menerima Pak Pasha bukan karena tujuan lain kan?”“Tujuan lain apa?”“Aku bukannya nuduh kamu, Sis—maaf, takutnya kamu cuma menjadikan Pak Pash
Read more
39 Memantapkan Hati
“Tapi kalau Om Pasha berani macam-macam sama Ibu, aku yang akan pertama kali maju dan menuntutnya.” Saga berkata tegas.“Aku juga nggak akan tinggal diam, kita keroyok Om Pasha bareng-bareng!” timpal Cilla.Siska tersenyum dalam tangisnya, bersyukur memiliki anak-anak yang pengertian seperti mereka.“Pasha, bisa kita bicara?”Setelah anak-anaknya kembali ke kamar masing-masing, Siska menghubungi Pasha melalui sambungan telepon.“Malam-malam begini? Apa yang terjadi, Sis? Tidak ada masalah, kan? Roni tidak ganggu kamu kan?”“Tidak kok, Sha ....”“Terus? Kamu tidak mungkin menghubungi aku malam-malam begini kalau bukan karena sesuatu yang sangat penting kan?”Siska mengangguk, meskipun Pasha tidak bisa melihatnya.“Ini memang sudah terlalu malam, kalau begitu besok saja kita bicara di kantor ....”“Tapi kamu tidak apa-apa kan? Suara kamu kedengaran gelisah, Sis.”“Aku tidak apa-apa, sampai jumpa besok. Maaf kalau sudah membuat kamu khawatir,” ucap Siska setengah menyesal karena terlalu
Read more
40 Tidak Lagi Miliknya
Usai acara penyematan cincin pertunangan, acara dilanjutkan dengan makan-makan dan obrolan santai. Kedua orang tua Siska terlihat sedang beramah tamah dengan orang tua Pasha“Terima kasih, ya?” ucap Pasha sambil menggenggam tangan Siska. “Kali ini kamu menerima aku?”“Aku justru mau minta maaf sama kamu,” balas Siska seraya memandang Pasha yang malam itu nampak necis dengan jas lengkap dan rambut rapi. “Aku tidak bisa menjadikan kamu sebagai yang pertama ...”“Aku lebih senang kalau bisa jadi yang terakhir buat kamu,” sahut Pasha sungguh-sungguh. “Nanti kita sama-sama membesarkan anak-anak kita berdua.”Pasha tersenyum di balik wajahnya yang berpendar terkena cahaya lampu, sementara Roni yang melihat semua pemandangan itu dari jauh harus memaksa dirinya untuk banyak-banyak sadar diri.Bahwa kecantikan Siska kini tidak lagi miliknya seorang, bahkan sudah bukan miliknya lagi.“Ayah, ayo makan!” ajak Saga yang terlihat tampan dengan jas dan dasi kupu-kupu. Rambutnya yang hitam legam seng
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status