All Chapters of Pernikahan di Balik Layar: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Pesta Dimulai
Sekarang adalah hari di mana pesta pembukaan Lavier, salah satu sponsor acara realita televisi yang akan Gideon dan Rachel bintangi di mulai. Rachel tak merasa gugup sama sekali, daripada gugup tentang dirinya sendiri ia lebih gugup memikirkan Gideon. Saat perempuan itu berjalan melewati ruangan dengan langkah percaya diri seperti biasanya, dia memastikan untuk tersenyum, menyapa semua orang, mengangkat dagunya sedikit, dia mungkin memperhatikan semua orang yang dia tahu. Rachel sedikit mencoba melihat sekeliling, tanpa membuatnya tampak seolah-olah dia sedang mencari Gideon, perempuan itu menemukannya dengan mudah, tentu saja, dia sulit untuk dilewatkan, mengingat tinggi lelaki itu yang di atas rata-rata menjadikannya sorotan di setiap ruangan yang dia masuki. Gideon juga tampak menyadari keberadaannya, pesonanya memang sulit untuk ditolak, ia merupakan salah satu dari kelompok orang-orang yang begitu cantik dengan rasa percaya diri yang alami, sehingga ketika dia masuk ke aula pesta
Read more
Sedikit Lelah
Pesta pembukaan sekaligus penyambutan berjalan dengan lancar, tak ada hal menarik yang terjadi selain Gideon dan Rachel yang dicecar pertanyaan media menyoal hubungan mereka. Esoknya Gideon berjalan kembali ke ruang kerjanya di agensi setelah pertemuan singkat dengan Rachel untuk melakukan beberapa fitting. Lelaki itu sedikit terkejut dengan beberapa staf pekerja dari departemen lain yang memberinya selamat terkait hubungannya dengan Rachel. Apakah agensi tidak memberitahu kalau semuanya hanya bohongan? pikir lelaki itu, tapi masuk akal juga jika mereka menutupi rahasia kontrak mengingat semakin sedikit orang yang tahu semakin kecil kemungkinan untuk ketahuan, siapa tahu ada salah satu staf yang membocorkannya ke publik meski hal seperti ini sudah seperti rahasia umum di agensi.Pada saat ini, yang mengganggu dan membuat Gideon kesal dengan situasi ini adalah ia bahkan tidak bisa melarikan diri dari pertanyaan terkait Rachel bahkan di dalam agensinya sendiri, sudah cukup dia menjawab
Read more
Ketidaktahuan
Alih-alih menanggapi pertanyaan Rachel, Gideon malah menatapnya dengan raut bingung. Perempuan itu berdeham canggung sebelum mencoba mengalihkan topik pembicaraan."Karena kau sudah jauh jauh datang kemari kenapa kita tidak sekalian makan di luar? Aku bisa mentraktirmu," ucapnya yang direspon dengan gelengan cepat oleh Gideon."Biarkan aku yang membayar kali ini, kau tunjukkan saja di mana restoran tempat kau biasa makan," tukas lelaki yang lebih muda sementara Rachel dengan santainya hanya mengendikkan bahu."Baiklah kalau begitu, tunggulah aku harus mengambil barang-barangku.""Hm... aku akan menunggumu di Basement," ucap Gideon sembari mengangkat kunci mobilnya, perempuan yang lebih tua hanya mengangguk setengah hati.***Rachel dan Gideon memasuki restoran dan langsung disambut oleh resepsionis dengan senyum ramah. Beruntungnya, mereka bisa mendapatkan meja meskipun mereka melakukan reservasi secara mendadak. Restoran ini cukup ramai pada malam sabtu, terlihat dapat dipercaya kred
Read more
Es Krim
Setelah mengobrol selama beberapa saat dan menghabiskan hidangan mereka, Rachel dan Gideon segera kembali ke mobil Gideon untuk pulang. Itu adalah makan malam yang menyenangkan, tak dapat dipungkiri bahwa Rachel bersenang-senang menghabiskan waktu bersama Gideon di luar hubungan kerja, meskipun saat ini juga mereka sedang menjalani kontrak, tapi setidaknya alasan mereka makan awalnya bukan karena itu. Ketika mereka berhasil keluar dari lingkungan resto, Rachel memutuskan untuk memecah keheningan di dalam mobil.“Gideon. Kau mungkin perlu mengetahui ini sebagai pacar maksudku partner kontrakku.”"Mengetahui tentang apa?" tanya Gideon tanpa mengalihkan pkaungannya dari jalan. Rachel diam-diam mengamati alis Gideon yang berkerut saat dia mengantisipasi apa yang akan dia katakan.“Aku alergi udang.”Butuh waktu beberapa detik untuk pesan itu sampai pada lelaki yang lebih muda, dan Rachel terhenyak ketika realisasinya mencapai Gideon. Mata lelaki itu melebar dan rahangnya ternganga. Dia be
Read more
Dalam Masalah
Di setiap pemotretan Rachel selalu memperhatikan bagaimana industri model bekerja, meskipun menjadi model bukan pekerjaan utamanya ia tak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada pekerjaan itu. Perempuan itu bahkan sempat berpikir untuk beralih sepenuhnya menjadi model tapi ia tak jadi melakukannya, karena ia masih membutuhkan naungan agensinya saat ini.Rachel memperhatikan bagaimana setiap model memiliki estetika dan style yang berbeda satu dengan yang lainnya, gaya rambut, warna rambut serta tatanannya, lensa mata yang berbeda warna, cat kuku, bahkan estetika bawaan alami seperti bentuk wajah, warna kulit dan tinggi badan. Perbedaan gaya di antara mereka sangat menarik untuk dilihat, Rachel banyak terinspirasi dari mereka."Kau terlihat seperti berhenti bernapas, apa yang kau lihat?" tanya seseorang di sampingnya sembari menyiku pelan lengannya, Rachel menoleh perlahan sebelum memutar bola matanya jengah."Bukankah mereka keren?" balas perempuan itu sebelum kembali mengalihkan perh
Read more
Menghindar
Hera menyandarkan sikunya ke meja, lalu menempelkan tangannya ke wajahnya sembari menatap lurus Rachel yang mengunyah sarapannya dengan tatapan kosong. "Ada apa? kenapa kau bersikap aneh? apa ini soal Gideon?" tanya perempuan itu setengah berbisik. Rachel yang sempat memejamkan matanya sejenak, lantas membuka matanya dan melihat tatapan Hera beralih dari wajahnya ke lengannya."Apa?" tanya Rachel balik.Alis manajer sekaligus sahabatnya itu membentuk lipatan tajam di matanya. Kembali fokus pada wajah Rachel. "Kau punya mata panda, tidak biasanya."Rachel melirik ke bawah, lalu mengangkat bahu. "Oh itu? Ya, itu hal biasa terjadi kalau jadwalku ketat, jadi normal saja kalau aku susah tidur bukan." Perempuan itu meminum kopi di cangkir dengan canggung sementara kernyitan di dahi Hera semakin dalam."kau tidak pandai berbohong tahu, kau pikir sudah berapa lama aku mengenalmu? ayo lah beritahu aku," goda perempuan itu sembari menggoyang-goyangkan lengan Rachel sementara perempuan bersurai
Read more
Pers
Cahaya matahari pagi itu sangat menyilaukan sehingga untuk sesaat, Rachel bahkan tidak bisa melihat. Perempuan itu hampir jatuh tersandung ketika berjalan keluar dari mobil vannya kalau saja seseorang tidak mencengkeram lengan atasnya dan mengangkatnya berdiri. Sebelum perempuan itu bisa mengucapkan terima kasih, dia menyadari bahwa orang itu adalah Gideon.Lelaki itu menegakkan tubuh, melepaskan Rachel dari rengkuhannya dan sedikit menjaga jarak darinya. Entah mengapa Rachel merasa pada saat itu, lelaki itu berubah total. Tidak ada kalimat godaan, tidak ada senyuman jahil mengejek seperti biasanya, bahkan ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Lelaki itu hanya mengangkat kepalanya dan melihat ke arah kerumunan dengan tatapan yang tak bisa ia artikan, ia tidak tersenyum, tapi ekspresinya tidak cemberut—terlihat cukup percaya diri, dan sombong dalam cara yang paling menarik. Ada sesuatu yang mengundang dalam dirinya, memikat, bahkan ketika seseorang memanggil namanya dan dia nyaris tid
Read more
Kebingungan
Gideon melirik ke arah Rachel melalui sudut matanya. "Aku juga tidak percaya kami bisa berkencan," ucapnya santai."Benar kan," ucap reporter itu setuju, "Kalian bahkan tidak pernah berada dalam projek ataupun sinetron bersama, mendengar kalian berteman pun akan cukup mengejutkan apalagi mendengar kalau kalian berkencat," lanjutnya."Takdir yang membawa kita bersama," ucap Gideon, Rachel merutuk dalam hati. Alasan yang sangat-sangat kuno dan membosankan, pikirnya."Sebenarnya kami sudah cukup sering bertemu meski tidak berada dalam projek yang sama, di ... pesta? bahkan di acara fashion week seperti itu, teman kami juga banyak yang saling mengenal jadi bukan hal yang tidak mungkin untuk kami bertemu dengan satu sama lain, itu takdir bukan? seperti yang dibilang Deon," ucap Rachel sembari mengelus pelan lengan atas Gideon, tersenyum palsu, sementara reporter itu hanya mengangguk mengerti.Reporter itu tersenyum pada mereka, "aku sangat menantikan program k
Read more
Respon Netizen
Rachel menggulingkan tubuhnya di atas ranjang, akhir pekan seperti biasa saat tak ada pekerjaan yang harus perempuan itu kerjar. Jadi hal yang ia lakukan adalah berbaring seharian, menonton ulang series kegemarannya atau bahkan hanya tidur.Tetapi sepertinya niatnya hari itu harus ia urungkan mengingat Hera entah mengapa malah merusak rencana hibernasinya setelah jadwal pengambilan gambar yang padat. Terkadang Rachel berharap manajer sekaligus sahabatnya itu meninggalkannya sendirian untuk beberapa saat."Apa yang kau lakukan?"Rachel menaikkan sebelah alisnya, menatap ke arah Hera yang berdiri berkacak pinggang di ambang pintu kamarnya sebelum perempuan itu kembali memfokuskan pandangan pada tablet di tangannya, hendak melanjutkan seriesnya yang tertunda."Seperti yang kau lihat," ucap Rachel malas, sama sekali tak menjawab pertanyaan Hera.Manajernya itu memutar bola matanya malas, sudah hapal di luar kepala dengan semua kelakar perempuan yang lebih tua darinya. Hera berjalan mendek
Read more
Marriage Life Simulation (1) bagian satu
[REKAMAN_DIMULAI_01]Direktor : "Camera ... Rolling ... Action!"Aktor 1 : "Sudah dimulai? Apa yang harus aku katakan?"Direktor : "Kamera sudah bergulir sejak tadi."Aktor 1 : "Kau tidak memberi aba-aba! Aku bahkan belum siap!."Direktor : "Tak masalah Gideon. Kita bisa mulai lagi. Kau sudah siap bukan sekarang?"Aktor 1 : "Sebentar, biarkan aku menarik napas ... baiklah aku siap."Direktor : "Oke. Kita ulang, satu dua tiga ... Act—"Aktor 1 : "Aku lebih suka jika kau menghitungnya terbalik pak sutradara."Direktor : "Maaf, apa?"Aktor 1 : "Aku pikir itu akan lebih baik jika hitungannya tiga, dua, satu."Direktor : "Kenapa itu penting, Tuan Gideon yang terhormat?"Aktor 1 : "Itu berpengaruh performaku, kau membuatku kebingungan."Direktor : "Baiklah... Kalau begitu, mari kita mulai dengan hitungan terbalik. Tiga. Dua. Satu. Action!"Aktor 1 : "Hai semua, aku Gideon, dan umurku dua puluh lima-"Direktor : "Berhenti. Berhenti. Bisakah kau membuka perkenalan dengan lebih menawan dan me
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status