Lahat ng Kabanata ng MENDADAK MILIARDER DENGAN SISTEM MAFIA TERKUAT : Kabanata 101 - Kabanata 110
123 Kabanata
101. HARI TERAKHIR FREYA
DOOOOOORRRRRRR...Leonardo melepaskan satu tembakan. Sebelum yang lain bisa beraksi, Freya sudah lebih dulu mengambil tindakan cepat. Dalam satu detik, ia sudah berdiri di depan Arsenio tanpa ada yang menyadarinya. Langkahnya begitu cepat, secepat kilat yang menyambar bumi. "Freeyaaaaa!!!" teriak Arsenio sangat kencang. Dia baru sadar satu detik kemudian, saat timah panas itu sudah lebih dulu menembus dada Freya.Darah segar membuncah keluar tanpa bisa ditutupi. Arsenio mengepalkan kedua tangannya. Begitu juga dengan Bastian dan Cale.Tembakan itu sebagai tanda, mereka yang sedari tadi hanya memperhatikan dari kejauhan, kini telah keluar dari kegelapan.Arsenio menyanggah tubuh Freya yang hendak jatuh. Dia tidak peduli anak buah Leonardo dan Around sedang mengepung."Bertahanlah ...," ucap Arsenio sedikit lirih. Matanya berkaca-kaca, seolah ada sesuatu yang hendak menerobos pertahanannya.Arsenio menggendong Freya ala bridal style. Dia tidak bisa membiarkan Freya terkapar begitu sa
Magbasa pa
102. PENGAKUAN AROUND
"Kalian keterlaluan!" Anindira meludahi wajah Around, yang berada tepat di samping kirinya."Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku ah?""Buatlah dia diam atau dia akan membuat seluruh rencana kita kacau!" berang Leonardo yang fokus pada jalanan beraspal Sky Blue City. Around menyeka bekas air liur Anindira di pipinya. "Diam kau, anak tidak tahu diuntung!" bentaknya meninggikan suara. Sampai air liurnya membuncah keluar.Anindira tidak bisa diam. Terus berteriak, berusaha agar orang lain di luar sana mampu mendengar suaranya. Meskipun nihil hasilnya, tetapi Anindira tidak mau menyerah pada keadaan. Around yang mendengarkan pun merasa sangat jengkel. "Diam!" teriaknya lagi. Bisa-bisa gendang telinganya pecah, kalau Anindira terus saja berteriak. "Aku tidak akan diam sampai kapan pun juga!" Suara Anindira tidak kalah tinggi dari pria yang memposisikan dirinya sebagai ayah itu.Ayah seperti apa? Dia tidak pantas dipanggil ayah. Bagaimana bisa seorang ayah yang menjadi cinta pertama
Magbasa pa
103. ANINDIRA BERHASIL SELAMAT
Arsenio menambah kecepatan mobilnya mencapai 100-110 km/jam. Hal yang sama pun dilakukan Leonardo. Itulah mengapa terjadi kejar-kejaran yang tidak dapat terelakkan lagi.Untungnya, jalan yang dilalui sekarang tanpa hambatan, sehingga tidak banyak kendaraan di sana. Terlebih lagi Leonardo sengaja mencari jalan yang sepi. Dengan begitu, ia bisa terus lolos dari Arsenio.Mereka hampir keluar gerbang tol. Arsenio sudah lelah mengejar terus. Kini dia harus lebih cepat dari lawannya."Kalian siap?" Dia memberi isyarat pada Cale dan Bastian. Dua pria yang berstatus pelayan di keluarga Guan itu, mengangguk tanpa mengerti."Baiklah. Mari, kita akhiri permainan ini!" erang Arsenio sambil merapatkan gigi-giginya.Dia sudah muak berada di belakang Leonardo. Padahal dia selalu ingin menjadi pemimpin. Hahaha. Tidak lucu, tapi itulah faktannya.Arsenio menambah kecepatannya hingga 120 km/jam. Sementara Leonardo mulai ketar ketir, lantaran bahan bakar mobilnya hampir habis."Sial!" Dia mengumpat kes
Magbasa pa
104. DUEL ARSENIO vs LEONARDO PUTARAN 2
"Apa kau bersungguh-sungguh dengan perkataanmu itu?" Leonardo menjatuhkan tatapan tajam. Memicingkan matanya, meragukan perkataan Bastian. Meskipun mimik wajah pria yang masih kerabatnya itu cukup meyakinkan."Apa kau meragukannya? Baiklah." Bastian membalas tidak kalah seriusnya dari Leonardo. Bahkan dia melemparkan senjatanya tepat di bawah kaki Leonardo."Ambil senjata itu. Tembak aku! Lakukanlah sesuka hatimu!" tantangnya, guna membuktikan keseriusannya.Dirinya seorang laki-laki dan setiap hal yang dipegang teguh pria, adalah kata-katanya.Leonardo melirik senjata itu ragu, sebelum akhirnya menatap Bastian penuh kecurigaan. Seorang Bastian, yang terkenal seantero Sky Blue City, menyerah begitu saja? Sangat tidak menyakinkan.Dengan menggunakan kaki kanan, Leonardo menyentuh senjata itu. Ketegangan terjadi di sana. Bastian sama sekali tidak bergerak dari posisinya. Itu tadi, tidak dengan sekarang.HUB ...Bastian mengangkat kaki kanannya tinggi-tinggi, hendak melayangkan tendanga
Magbasa pa
105. KEMATIAN LEONARDO
"Arsenio!!!" Arsenio yang duduk tersungkur di atas rerumputan itu, langsung menoleh mendengar panggilan dari Anindira, sekaligus menyadarkan dirinya untuk segera bangkit. BUK ...Kakinya mengayun cepat dan tepat mengenai dagu Leonardo yang hendak menyerang lagi. Tak berselang lama, ia kembali berdiri gagah tanpa merasa sakit sama sekali.Leonardo mundur beberapa langkah. Mimik wajahnya tidak mengenakan perasaan. Arsenio menganggukkan kepalanya ke arah Anindira, memberi isyarat bahwasanya ia baik-baik saja.Anindira menghentikan langkahnya, menyentuh dadanya dengan kedua tangan dan meremah pakaiannya. Menelan ludahnya berat-berat. "Semoga berhasil, Arsenio," gumamnya terdengar lirih. Namun, hanya ia yang bisa merasakan gelombang perasaan yang sedang menerjang raganya.Kehadiran Anindira layaknya terpaan angin segar bagi Arsenio. Ada dorongan yang besar. Semangatnya meningkat seperti tak terhingga.Arsenio langsung melayangkan serangan. Tangan kanan yang sudah mengepal kuat, diarahk
Magbasa pa
106. KISAH KELAM BASTIAN
"Ayah, ingin pergi kemana?" tanya seorang pemuda delapan belas tahun, yang langsung beranjak dari sofa, ketika mendapati pria dewasa yang dipanggil 'Ayah' itu, telah mengenakan pakaian rapi."Apa ayah akan pergi ke pemakaman?" tanya pemuda itu lagi.Pria dewasa itu tampak gelagapan mendengar pertanyaannya tersebut. Namun, ia cepat mendapatkan kembali kendali atas pikirannya. "Iya, ayah akan pergi ke pemakaman," jawab pria dewasa itu, disertai senyuman lembut."Baiklah. Aku ikut Ayah." Pemuda itu sedikit berjingkrak senang. "Tidak, Nak. Ayah akan pergi dengan kawan. Kamu tunggu di rumah saja," kata pria itu memberi penjelasan.Perlahan senyuman pemuda delapan belas tahun itu, memudar. Terlihat raut kekecewaan di wajahnya. Pria itu, tidak enak hati melihat sang putra yang murung karena menolak permintaannya itu.Memang sudah sejak lama ia dan sang putra tidak pergi ke pemakaman untuk mengunjungi sang istri, yang telah lama meninggalkan dunia ini. Itulah mengapa putra satu-satunya itu
Magbasa pa
107. MENGUNJUNGI ANINDIRA
Barraaaakkkk ...."Leonardo!!!!" teriak Luke Mallory, sesaat ia menyapu seluruh benda yang ada di atas mejanya. Jatuh berserakan di lantai. Tumpukan berkas itu, jadi berantakan. Laptop yang kebetulan ada di atas meja pun, jadi sasarn kemarahannya. Tidak ada lagi yang tersisa di atas meja sekarang. "Mengapa kau pergi, Leonardo!?" Dia mempertanyakan keputusan pion kesayangannya yang mengakhiri nyawa di tangan musuh."Tugasmu belum selesai!!!" teriaknya terus menerus. Menyalahkan dunia yang sudah tidak adil padanya.Kabar kematian Leonardo, tentu tersebar sangat cepat. Merambah seluruh kota. Luke Mallory tidak terima kabar tersebut. Dia sangat kecewa dan marah besar.Seisi ruangan itu, porak-poranda seperti habis diterjang angin kencang.Tidak ada satu pun anak buahnya yang berani masuk ke ruangan tersebut, walau sekedar bertatap muka saja. "Arsenio!!!!" Dia mengerang sambil mengepalkan kedua tangannya. Menatap nanar objek di depannya. "Kau harus membayar semua perbuatanmu. Tidak akan
Magbasa pa
108. SEMANGAT BARU
Satu jam kemudian. Arsenio pun kembali ke kamar Anindira, dengan mengajak banyak orang. Mereka datang membawa aneka makanan dan barang, yang telah Arsenio pesan.Anindira terperangah. Mulutnya menganga dan matanya melebar sempurna. Terkejut melihat perlakuan Arsenio yang berlebihan itu.Olivia pun tidak kalah terkejutnya dengan Anindira. Sementara Cale dan Bastian cukup diam saja. Dua pria itu, sudah sama-sama bagaimana sikap Arsenio, dia yang sedang jatuh cinta."Aku bingung harus membeli apa. Jadi, aku beli semua ini untuk kamu," aku Arsenio sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan sedikit cengengesan.Itulah gayanya. Lembut dan penyayang. Tidak ada kesan dingin maupun sombong, seperti miliarder kebanyakan. Seperti itulah dia. Murah senyum."Apa kau tidak salah? Semua ini ..." Anindira tidak mengakhiri kalimatnya. Dia kesulitan untuk menyusun kata-kata."Tentu saja. Aku bingung harus membeli buah tangan apa. Jadi, aku beli semua yang kulihat di jalan," ucapnya begitu membangg
Magbasa pa
109. TELAH DIMULAI
Dua hari berikutnya. Arsenio dan Bastian berniat pergi keluar Sky Blue City. Jarak yang ditempuh sangatlah jauh karena lokasi tersebut, tidak masuk dalam Tiga Wilayah Bagian."Apa kau yakin, kawasan ini masih dibawah kekuasaan Luke Mallory?" tanya Arsenio, yang duduk di samping Bastian. Kali ini dia tidak sedang menikmati perannya sebagai Tuan Muda, melainkan rekan kerja.Bastian mengangguk antusias, "Iya, Tuan Muda. Kita akan mendatangi wilayah yang masih di bawah kekuasaan Luke Mallory. Menutut informasi yang saya dapat, organisasi ini memiliki anggota lebih dari 2 ribu orang. Setiap organisasi memiliki ketua yang kemampuannya hampir menyamai Leonardo.""Menarik." Arsenio mengelus dagunya. "Kalau begitu, aku ingin melihat, seperti apa mereka? Aku menantikan pertarungan hebat selanjutnya.""Iya, Tuan Muda." Bastian menambah kecepatan mobilnya. ***Mobil pun terparkir tepat di depan halaman sebuah gedung yang jika dilihat dari fisiknya, sudah seperti bangunan lama yang terbengkalai.
Magbasa pa
110. PENGLIHATAN ARSENIO
"Sebenarnya kalian siapa?" tanya Ketua Serigala Hitam, meninggalkan suaranya.Betapa terkejutnya ia, ketika melihat sebagian anak buahnya terkapar tak berdaya tanpa memberi perlawanan pada lawan. Arsenio menyeringai puas, "pernahkah kalian mendengar nama Naga Merah?"Dwaaaarrrrr ...Ketika nama Naga Merah disebut, tubuh pria itu bergetar hebat. Begitu juga dengan yang lain. Bibir mereka terkantup tanpa bisa berkelit. "Kau ..." tunjuk pria itu, dengan jari telunjuk bergetar hebat, seperti habis melihat setan saja. Sebegitu menyeramkannya nama Naga Merah, di telinga mereka?"Namaku Arsenio Bagas Guan. Pewaris utama keluarga Guan. Apakah kalian mengenal keluarga Guan?" Lebih dari itu. Mereka tahu siapa keluarga Guan dan Naga Merah itu."Tuan ... Tuan ... Mohon maafkan kami," kata pria itu, sambil berlutut dan memohon.Arsenio memicing, membuang pandangan jijik pada mereka, yang berlagak sok jagoan, padahal tidak lebih kuat dari seekor semut."Iya, Tuan. Tolong maafkan kami. Jangan bun
Magbasa pa
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status