All Chapters of Istri Alim Sang Mafia: Chapter 21 - Chapter 30
143 Chapters
Bab 21 Melawan Monster
"Aina..." Teddy menyapa Aina yang membawa kopi.Seperti biasa Aina menyiapkan sarapan pagi untuk Teddy. Karena Bik Asih tidak ada di Istana Putih, Aina harus membantu urusan domestik dapur pagi ini."Silahkan.." Hanya mengucapkan satu kata dan berlalu."Aina..tunggu dulu!" Panggilan Teddy membuat Aina berhenti berjalan."Tolong ambilkan gula..." tidak biasanya Teddy menggunakan kopi dengan gula."Baik.." Aina menjaga jarak dengan Teddy. Ia hanya bicara seperlunya tanpa menambah-nambahi kata untuk bicara. "Ini.." Aina meletakkan gula di samping kopi.Teddy yang usianya jauh lebih tua tentu juga paham dengan karakter Aina. Hanya dengan melihat sorot kedua bola mata Aina, Teddy bisa dengan gampang membaca pikiran atau mood Aina saat itu juga."Aina, tolong tuangkan satu sendok teh gula..." Teddy sengaja mengulur waktu."Silahkan.." setelah menambahkan gula Teddy berkomentar gulanya terlalu manis."Buatkan kopi lagi, tanpa gula..."Makin lama Aina makin tersulut. Pada akhirnya Aina menyu
Read more
Bab 22 Janji Suci
"Siapa Anda?" tanya Pak Penghulu. "Perkenalkan saya Teddy.." "Dimana calon mempelai pria?" Pak Penghulu keheranan mengapa sosok Johan tidak muncul sekarang. "Johan? Dia sebenarnya merampas mempelai perempuan saya Pak..." Semua yang ada di ruang tamu kecil terkejut, tak terkecuali Aina. Aina benar-benar dalam situasi sulit dan merasa terpojokkan. Beberapa kali Aina mencoba menelpon Johan, nihil. Tak ada jawaban dari Johan. Entah apakah ini rencana busuk Teddy atau bukan, Aina masih bertanya-tanya. "Adek Aina, ini bagaimana sebenarnya? Apakah adek Aina diculik oleh Adek Johan?"  Setelah diinterogasi oleh Pak Penghulun dan bapak-bapak yang lain, Aina malah semakin bungkam. Ia seakan tidak bisa banyak memberikan penjelasan. Meskipun Teddy tidak banyak berbicara, Aina bisa merasakan ancaman dari Teddy hanya dari tatapan mata Teddy saja. "Lalu bagaimana ini Pak?" Teddy bertanya pada Pak Penghulu. "Sepertinya kita
Read more
Bab 23 Malam Pengantin
"Aina..." Teddy memanggil Aina yang masih duduk di lantai."Naiklah kemari.." Teddy menepuk tempat di sampingnya.Aina masih terdiam. Meski malam sudah mulai menjemput, hatinya masih gusar. Belum bisa menerima kenyataan."Ayolah..." Teddy sedikit memaksa."Ceraikan aku!" mulut Aina seolah dengan mudah mengucapkan kata cerai. "Ceraikan..." ia mengulangi.Raut muka Teddy berubah mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Aina.Braakkk ..Teddy membanting pintu kamarnya dan pergi keluar. Kembali ia mengendarai motor gede kesayangannya yang terparkir di garasi. Entah berapa puluh purnama ia tak pernah menyentuhnya. Brummmm brummmSuara motor gede buatan Amerika memecahkan malam di Istana Putih. "Tuan mau kemana?" tanya penjaga pintu gerbang depan."Aku mau keluar sebentar..."Kemana Teddy akan pergi? Penjaga pun tak tahu pasti ia akan kemana. Yang jelas, pembantu yang sudah lama bekerja hafal tabiat Teddy. Jika ia menggunakan motor gedenya, mood Teddy sedang buruk.**Kriiinggg....Pu
Read more
Bab 24 Hadiah Istimewa
"Yang jelas kamu harus melayaniku malam ini. Titik!" Teddy melepaskan baju atasannya. Kini Aina harus melihat Teddy yang hanya mengenakan celana boxer dan tidur di sebelah kanan. Aina sedikit canggung menghadapi pemandangan yang begitu asing baginya. "Ainaaa..." Teddy memanggil Aina lagi. Aina tidak bergerak, bahkan ia tidak bergeser sedikitpun dari posisi duduknya. "Kamu mau apa? Apa kurangnya aku?" "Aku sudah bilang, aku bukan istrimu dan aku tidak akan mau melayani nafsu bejatmu!" Aina berkata sambil memalingkan muka lagi. "Baiklah kalau itu maumu..." Diluar dugaan, Teddy membuka mukena yang masih dikenakan Aina dengan paksa. Tangan Aina terus menelungkup untuk melindungi mukenanya. Tapi sayang, tenaga Teddy terlalu besar untuk dilawan oleh wanita seperti Aina. Dari segi fisik tentu sudah sangat jauh berbeda. Teddy yang berpostur tinggi besar tentu akan dengan mudah melawan Aina. "Buka mukenamu!" Teddy sudah
Read more
Bab 25 Lelah Tanpa Batasan
"Aina bangunlah..." Teddy memegang pipi Aina dengan lembut. Tangan Teddy yang dingin membuat Aina mulai sadarkan diri. Perlahan Aina mulai membuka mata. Tak disangka wajah yang pertama kali dilihat oleh Aina adalah pemilik wajah yang paling ia benci; Teddy! "Kamu tadi pingsan, aku dihubungi oleh Hana menggunakan ponselmu.." Aina terdiam. Meski ia merasa sangat lemas, tak satupun kata sakit terucap dari mulutnya. Mata Hana melihat ke arah luar, diam-diam ia melihat Johan sepintas berada di dekat jendela luar. Namun beberapa detik kemudian, ketika mata Aina dan Johan saling berpandangan, ia lantas menghilang dalam waktu sekejap. "Hei apakah kamu melihat sesuatu? Apakah kamu melihat hantu?" gurau Teddy, Mendengar gurauan Teddy, Aina masih saja mematung. Ia menganggap Teddy adalah makhluk yang paling menjijikkan yang ia kenal. "Silahkan diminum Mbak Aina...." Lilik membawakan segelas susu hangat untuk Aina. "Terimakasih Lilik..." kata Hana. "Ayo minumlah..." Teddy mengambil susu d
Read more
Bab 26 Musuh Lama
"Ayo kita berangkat.." seru Teddy pada Johan yang masih berdiri di ujung garasi."Baik Tuan.." Johan memperhatikan sekilas, rambut Teddy basah dan berganti hanya memakai kaos lengan pendek saja."Kenapa kau melihatku begitu? Apakah kau tidak tahu kebiasaanku?" Teddy tersenyum pada Johan.Mendengar jawaban Teddy, Johan kembali emosi. Susah payah ia meredam segala amarah karena kejadian tadi, emosinya seakan diaduk-aduk lagi oleh Teddy."Kamu tahu Johan? Aku banyak berhutang budi padamu. Terutama kamu telah membantuku untuk menikahi Aina dengan sangat mudah..." Johan terdiam. Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab apa yang Teddy bicarakan."Betapa beruntungnya aku!" Teddy memuji dirinya sendiri.Ciiittt...Johan menginjak rem secara mendadak. Sontak kepala Teddy hampir membentur jok depan."Ada apa Johan?" "Ada seekor kucing lewat bos..""Oh.."Sangat terlihat dengan jelas jika Teddy memang sengaja untuk menyulut emosi Johan. Hampir di sepanjang perjalanan, Teddy selalu
Read more
Bab 27 Kemenangan Semu
"Bagaimana kelanjutannya tadi.." setengah jam kemudian Om Gunawan sudah kembali ke ruang keluarga, Teddy dan Novan masih tampak bersitegang, Apalagi jika bukan karena Aina, "Teddy apakah kamu sudah makan siang?" "Belum Om..."  Teddy masih sibuk bermain-main dengan ponselnya. Sesekali ia membuka foto pernikahannya dengan Aina. Ia tesenyum-senyum sendiri saat melihatnya lagi. "Ayo kita makan siang dulu..." Gema suara adzan dzuhur berkumandang. Rumah Om Gunawan memang dekat dengan masjid kompleks. Teddy melirik Johan yang tiba-tiba keluar dari mobil memakai peci warna putih. "Mau kemana dia..." batin Johan. "Ayo silahkan diambil makanannya..." "Kemana asistenmu pergi Ted? Sepertinya dia keluar tadi..."  "Maksud om, Johan?" Teddy mengernyitkan dahi. Ia bingung harus menjawab apa. Karena ia tahu pasti, Johan pasti pergi ke masjid kompleks untuk solat. Diam-diam Teddy memang mengamati perubah
Read more
Bab 28 Pertemuan Lama
"Johan, ayo pulang!" Johan yang baru datang dari masjid terkejut melihat Teddy tergesa-gesa mengajaknya pulang. Beberapa lips mark nampak masih berserakan di bagian tubuh Teddy. "Bos, ada banyak bekas lipstik di pipi, leher, dan itu lagi!" Johan menunjuk dahi Teddy.Alangkah terkejutnya Teddy saat menatap wajahnya di spion mobil. Bibir merah yang berada di bibir Nikita tidak waterproof."Sial.." Teddy bingung membersihkan sisa-sisa warna merah di tubuhnya."Beres bos..."Perjalanan dari bar Nikita menuju rumah lebih kurang dua jam. Teddy benar-benar ingin istirahat dari kepenatan dunia yang dia hadapi."Apakah perlu mengunjungi tempat lain bos?""Kurasa tidak. Aku hanya ingin pulang.." jawab Teddy sambil merebahkan tubuhnya."Baik..Nanti kira-kira sebelum jalan naik ke gunung, saya mau minta izin solat sebentar bos..""Iya.." "Barangkali bos mau ikut?" "Aku tidak butuh solat. Itu hanya untuk oran
Read more
Bab 29 Pengakuan
Tit..tit..Alarm Teddy bersuara nyaring berkali-kali. Mimpi yang indah membuat Teddy enggan untuk beranjak dari ranjang empuknya.Namun suara alarm itu berbunyi tidak hanya sekali dan tidak mau berhenti."Berisiiikkk.." Teddy berteriak sambil mencari ponselnya."Ainaa...." Tangan Teddy mencari-cari Aina yang ada di sebelahnya.Nihil. Aina tidak ada!Tentu saja Aina sudah beranjak pergi. Matahari sudah meninggi. Hanya Teddy saja yang belum menyapa dunia.Ia segera bangkit dan membuka pintu di balkoni kamarnya.Semua pembantu sudah hilir mudik mengerjakan tugasnya masing-masing. Bahkan Johan sudah nampak mengelap mobil hitamnya.Sambil melambaikan tangan pada Teddy, Johan memberikan salam."Pagi bos!""Iyaa..." "Tumben anak itu tidak pernah kesiangan sekarang..." batin Teddy.**Setelah minum secangkir kopi dan roti, Teddy beranjak melakukan aktivitas hariannya.Tapi tunggu dulu, ia sepertinya melupakan sesuatu!Sally! Wanita berambut bergelombang itu pasti sedang menunggunya.Benar sa
Read more
Bab 30 Kembali ke Pelukanmu
"Untuk kali ini pergi dariku Teddy..." Novan menggertak Teddy yang masih menerkam lehernya. "Aku tidak akan melepaskanmu kali ini..." Johan yang melihat pertikaian itu segera mendekat. Bukan melerai, Johan malah berusaha mendekati Aina lagi dengan hati-hati. "Aina..." panggil Johan lirih. "Johan, pergi dari sini..." Aina sengaja mengusir Johan agar tidak menambah keruh suasana. "Novan, cepat enyahkan wajahmu dari rumahku!" Teddy melepaskan Novan dengan melemparnya ke tanah. Aina buru-buru membantu Novan dan membelanya. "Apa yang kamu lakukan?" Dengan lantang Aina menghadapi Teddy. Teddy sangat terkejut melihat tingkah Aina yang menjadi sangat frontal padanya. "Bukan urusanmu Aina..." Teddy segera pergi ke dalam rumah tanpa menghiraukan Aina. Ia merasa harga dirinya dibuat mainan oleh Aina di hadapan manusia yang ia benci, Novan. "Dasar wanita tidak tahu diri..." guman Teddy. "Novan..."
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status