Semua Bab Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju: Bab 11 - Bab 20
76 Bab
Bab 11. Permintaan Lukisan Berharga Fantastis
"Kenapa kamu buang-buang uang kita buat nyuap sipir segala sih, Ma? Padahal cuma selisih satu hari aja sama hari kebebasan aku yang seharusnya hari ini baru bebas." "Karena selisih satu hari itu yang membedakan nasib nyawamu hari ini, Pa." "Maksudnya?" Alea akhirnya menceritakan kenapa dirinya merelakan sebagian uangnya untuk menyuap anggota sipir supaya bisa membebaskan suaminya selisih satu hari dari yang seharusnya. Itu semua karena kemarin lusa, saat hendak menjenguk suaminya di tahanan, tanpa sengaja Alea mendengar sendiri Jodi mendapatkan instruksi dari Hari untuk menyingkirkan Sanjaya begitu keluar dari penjara. Hari ingin menghilangkan saksi kunci tentang kejadian kecelakaan yang menewaskan seorang pengusaha di bidang Farmasi yang cukup besar di Indonesia itu. Sanjaya sempat terkejut, tapi dia tidak heran setelah melihat sendiri seperti apa kejamnya Hari kepada nyawa orang lain. Sanjaya merasa beruntung ka
Baca selengkapnya
Bab 12. Kangen Mama
"Kamu jadi kerja di Medica Center?" tanya Hari begitu melihat istrinya sudah rapi saat menyiapkan sarapan di meja makan. "Jadi, Mas. Hari ini aku mulai tes buat penentuan dikasih posisi apa di kerjaan nanti." Hari terlihat tidak terlalu suka dengan keinginan Ghea bekerja di luar rumah. Masih ada rasa khawatir jika istrinya itu akan punya kesempatan untuk melawan. Meski Hari sendiri tahu jika dirinya masih punya senjata utama yang bisa digunakan untuk mengendalikan Ghea sehingga tidak mungkin berani macam-macam. Siapa lagi jika bukan mamanya yang masih menjadi pasien vegetatif, sejak selesai operasi pasca kecelakaan, yang bahkan dirawat di rumah sakit mana pun, Ghea tidak diberitahu. "Pakai kesempatan kerja yang aku kasih buat berguna bagi keluarga, Ghe! Awas aja kalau kamu gak berhasil dapetin persentase kerjasama buat Gauta Farma, lebih besar seperti yang kamu janjikan dalam waktu satu bulan ke depan. Saat itu juga aku akan suruh ka
Baca selengkapnya
Bab 13. Tes dan Wawancara
"Aku belum terlambat kan?" tanya Ghea saat melihat Frans sudah menunggunya di lobby rumah sakit. Kejadian penuh haru bersama Mak Ijah hampir membuatnya lupa waktu. Beruntung dia sampai di rumah sakit tepat waktu sebelum waktu yang mengharuskannya masuk ke ruang tes dan interview tiba. "Belum kok. Masih ada sisa waktu 5 menit lagi. Biar aku antar kamu ke ruangannya." Ghea menghela napas lega mendengarnya. Mengambil napas panjang sambil mengelus dadanya sekilas sebelum kemudian merespon ajakan Frans."Makasih banyak ya Kak Frans." "Sama sekali tidak masalah, Ghe. Asal kamu jangan kaget kalau bakalan ada banyak tahapan yang diujikan dan ditanyakan," sesal Frans terlihat tidak enak mengatakannya. Frans terlihat khawatir, dan menjelaskan jika tahapan yang dijalani Ghea akan sedikit rumit dan mungkin juga menguras tenaga. Tapi Ghea memperlihatkan respon yang positif sekaligus membuat Frans tenang. "Jangan khawatir, Kak.
Baca selengkapnya
Bab 14. Kamu Memang Harus Membantuku
"Ya." Ghea memilih menjawab singkat karena Abimanyu sebelumnya mengatakan hanya tersisa satu pertanyaan lagi. Dia tidak berharap ada pertanyaan lanjutan setelah mendengar jawaban singkat tersebut. Meski nyatanya apa yang tidak diharapkan justru diperdengarkan. Abimanyu pun terkesiap karena Ghea menjawabnya dengan cepat. Dia pikir, Ghea akan kembali menyanggah atau bahkan tidak menjawabnya. Tapi ternyata perkiraannya salah. "Terus, kenapa kamu masih bertahan?""Bukankah kamu tadi bilang hanya tersisa satu pertanyaan saja? Dan aku sudah menjawabnya dengan gamblang. Bolehkah kalau saya tidak menjawab pertanyaan lanjutan yang harusnya sudah selesai ini?" Ghea memang tidak berniat menceritakan masalah pribadinya secara sembarangan. Siapapun tidak bisa dipercaya dengan mudah. Ghea memilih untuk berjaga-jaga dan menyimpan urusan personalnya untuk tetap terjaga. Daripada mengambil resiko yang bisa ditanggung sendiri."Kamu yakin tidak ingin menjawab pertanyaan dariku?" Ghea mengangguk yak
Baca selengkapnya
Bab 15. Pulang Awal
"Oppa!" Keiza berdiri dari duduknya dan terlihat sumringah melihat kedatangan kakak tirinya — Abimanyu."Hm, sudah lama nunggunya!" tanya Abimanyu basa-basi. "Tidak sama sekali. Tehku bahkan belum habis," jawab Keiza sambil memperlihatkan minuman dalam cup bertuliskan Teh Tarik Hanaang di dalam genggaman tangannya. Abimanyu melirik sekilas kemudian kembali berkomentar. "Jangan minum sambil berdiri, Jagiya!" "Aku tidak. Aku berdiri setelah kamu datang, Oppa. Saat minum tadi jelas aku masih duduk manis," jawab sang adik dengan disertai dengkusan lirih. "Hm. Mau berangkat sekarang?" Pertanyaan singkat Abimanyu dijawab anggukan kepala sang adik yang masih memakai seragam sekolah. Abimanyu memang menjemput Keiza di Educa Center tingkat atas. Yang meneleponnya beberapa saat yang lalu adalah sang adik yang mengatakan ingin menjemput kedua orang tua mereka di Bandara setelah berlibur ke Maladewa untuk acara honeymoon yang kesekian kalinya. "Sudah makan siang?" tanya Abimanyu lagi setel
Baca selengkapnya
Bab 16. Ke Rumah Mertua
Ghea sangat terkejut saat suaminya pulang lebih awal dari biasanya. Beruntung Ghea sudah mengantisipasi pintu rumah sehingga tidak bisa dibuka sembarang dari luar. Sehingga apa yang perlu disembunyikan dari Hari Hardana tetap bisa disembunyikan dengan baik. Walaupun dengan itu, Ghea jadi terlambat membuka pintu dan tentu saja mendapatkan amukan dari sang suami seperti biasa. Pipi Ghea memerah saat tangan kasar Hari memukulnya hanya karena dibuat menunggu beberapa menit sebelum dibukakan pintu oleh Ghea. "M-maaf, Mas. Aku tadi sedang di kamar mandi, jadi gak bisa buka pintu dengan cepat." "Makanya kalau mau kunci pintu, kuncinya dicabut aja biar aku bisa buka sendiri pakai kunci cadangan yang kubawa." "A-aku lupa, Mas," jawab Ghea beralasan. Padahal dia memang sengaja melakukannya. Hari mendengus dan melewatinya begitu saja. Tidak lupa dengan tas kerja yang dilempar asal kepada istrinya untuk dibawakan ke kamar mereka. Ghea
Baca selengkapnya
Bab 17. Tolong Saya!
"A-apa?" panik Ghea mendengar permintaan Hana — ibu mertuanya. Ghea melirik ke arah suaminya yang tidak menunjukkan ekspresi berlebihan. Tapi uluran tangan yang menerima botol jamu pemberian ibunya tetap diterima keduanya dengan satunya segera dioper kepada sang istri yang masih menatapnya dengan was-was. 'Maksudnya aku harus beneran minum jamu ini?' batin Ghea jelas bertanya dalam tatapan lebarnya. Hari segera meminum bagiannya, kemudian memberikan anggukan kecil sebagai kode kepada Ghea untuk mengikuti apa yang dilakukannya. Bukan hanya tidak menyukai jenis minuman yang akan masuk ke tubuhnya, tapi karena tahu sedikit banyak tentang efek samping minuman yang diberikan ibu mertuanya lah yang membuat Ghea ragu melakukannya. Sayangnya dia tidak punya pilihan selain menurut apalagi Hana sudah memaksanya dengan mendekatkan botol itu ke bibirnya untuk segera diteguk. "Jangan rewel deh! Cuma disuruh minum jamu aja, kayak udah ma
Baca selengkapnya
Bab 18. Aroma yang Berbeda
Mendengar Ghea meminta tolong dengan wajah merah berkeringat di seluruh permukaannya, membuat Abimanyu terpaku sesaat. Tapi tidak lama, karena begitu kesadarannya kembali, Abimanyu segera membukakan pintu mobilnya untuk dinaiki Ghea yang dikiranya hanya kelelahan setelah berlari-lari.  "Kurang kerjaan banget sih olahraga lari malam-malam begini? Kalau memang niatnya olahraga kan bisa pakai treadmill di rumah aja, ngapain lari-lari di jalanan? Mana masih pakai dres lagi!" Abimanyu mengomel sendiri karena belum menyadari ada yang berbeda dari diri Ghea yang sejak tadi diam saja. Abimanyu bahkan tidak sadar jika dirinya sudah keluar dari kebiasaannya yang tidak banyak berkomentar. Tiba-tiba dia jadi cerewet hanya untuk memarahi Ghea yang menurutnya bertingkah konyol. "Aku gak tahan lagi, Pak. Tolong saya," ujar Ghea membuat Abimanyu yang sedang fokus menyetir menoleh bingung. "Maksudnya? Kamu kenapa, Ghe?"Ghea terlihat bergerak tidak ny
Baca selengkapnya
Bab 19. Hasil Tes Laboratorium
'Ini pasti karena tadi aku sempat gendong Ghea dari mobil ke apartemen. Secara gak sengaja parfum Ghea jadi ikut nempel ke bajuku,' batin Abimanyu sambil mengurai pelukan dengan Zahera. Abimanyu mengambil satu langkah mundur, sedikit membuat jarak supaya aroma yang membuat Zahera curiga sedikit tersamarkan. Abimanyu mengusap belakang lehernya saat tidak punya dalih untuk membuat pembelaan. Sedangkan Liam yang penasaran, justru merangsek ikut mendekati putranya hanya demi membuktikan ucapan istrinya. "Ho-hoooo… Ternyata diam-diam ada yang udah bisa meruntuhkan balok es di hati seorang Abimanyu?" goda Liam dengan seringai yang menyebalkan. Abimanyu berdecak sambil mengelak. "Apa sih, Ma, Pa. Orang ini tadi karena Abi habis nolongin orang di jalan kok. Makanya Abi telat sampai rumahnya," dalih Abimanyu tidak sepenuhnya berbohong. "Oh, ya? Apa kamu percaya, Yeobo?" tanya Liam kepada istri tercintanya. Zahera yang masih mengamati gerak gusar dari sang putra hanya bisa tersenyum tanpa m
Baca selengkapnya
Bab 20. Undangan Anniversary
Kedatangan Frans yang tiba-tiba membuat wajah Ghea pucat. Dia tidak ingin masalah keluarganya semakin diketahui banyak orang. Abimanyu saja sudah membuat Ghea resah, bagaimana jika Frans ikut-ikutan tahu. Berbeda dengan Ghea yang terlihat gugup, Abimanyu yang ditanya Frans justru terlihat santai. Kemudian merogoh saku jas snelli yang masih dipakainya karena sebelumnya baru saja melakukan kunjungan pasien. "Cuma mau ngasih ini," katanya sambil mengeluarkan dua lembar amplop kecil berwarna hitam dengan variasi warna gold yang menghiasi lembarnya. Satu lembar amplop ditaruh di meja kerja Ghea, sedangkan satu lagi diulurkan kepada Frans yang berjalan mendekatinya. "Tadinya aku mau kasih ini ke ruanganmu setelah ngasih punya Ghea. Tapi kamu lebih dulu ke sini," terangnya lagi memperjelas alibinya. Frans justru terkekeh karena niatnya untuk mengajak istirahat Ghea ke kantin jadi ketahuan Abimanyu. "Aku cuma mau ajak Ghea makan siang bersama di kantin rumah sakit," akunya dengan jujur.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status