Semua Bab Menikahi Pria Asing: Bab 11 - Bab 20
144 Bab
Hadiah Lagi!
"Pa, apalagi ini?" Belle melemparkan dua lembar tiket pesawat dengan kesal. "Aku nggak mau berangkat!" "Itu hadiah bulan madu! Bukankah sebagai pasangan yang baru menikah, kalian wajib berbulan madu?" "Aku nggak mau! Aku nggak mau berangkat ke manapun!" sela Belle geram karena ia tak menyukai ide sang ayah. Tatapan Ronald mengarahkan pada Zane yang sejak tadi hanya diam membisu. "Bagaimana, Zane? Kamu mau berangkat?" Merasa terpojok, Zane lantas menoleh pada Belle yang juga tengah menatapnya dengan tajam. "S-saya tidak tahu, Pa." "Kalian hanya tinggal berangkat, apa susahnya sih! Lagian cuma ke Maldives, bukan ke luar angkasa!" gerutu Ronald gemas. "Kami bahkan baru pindah, Pa. Belum sempat beres-beres dan--""Jangan khawatirkan itu, Belle. Papa akan meminta anak buah Josh untuk membereskan semuanya! Biar dia yang menata pakaian kalian di lemari dan bersih- bersih!""Tidak usah, Pa. Tidak perlu sampai seperti itu. Kami bisa membereskan nanti!" sela Zane panik, meminta bantuan
Baca selengkapnya
Mari Berangkat Bersama
"Baiklah, berangkatlah bersamanya. Jangan buat hadiah ini jadi sia-sia, pergilah bersama kekasihmu itu."Belle menghembuskan napasnya dengan kasar ketika mengingat umpatan Zane padanya tadi pagi. Bukannya bahagia setelah Zane mengijinkan dia untuk pergi ke Maldives bersama Bryan, Belle justru merasa terhina. Cara Zane melemparkan amplop itu, juga caranya menatap Belle kala mengucapkan kalimat terakhirnya seakan merendahkan harga diri Belle hingga lebih rendah dari pelacur sekalipun. Merasa kesal dan tak sanggup melihat Zane berkeliaran di dalam apartemen yang sama dengannya, akhirnya Belle memutuskan pergi ke apartemen Bryan untuk menenangkan diri. Ia tiba di apartemen kekasihnya dan langsung masuk seperti biasa. Belle melempar tasnya ke atas meja dan berbaring di sofa untuk memejamkan mata sejenak. Tadinya Belle pikir, Bryan sedang tidur di kamarnya, tapi rupanya pria itu tengah berbincang dengan seseorang di telepon. Telinga nakal Belle mulai menguping, ia bangkit dan mendekat ke
Baca selengkapnya
Welcome to Maldives!
Tiba di pulau impian yang sangat ingin ia kunjungi bersama Bryan, Belle beberapa kali menghembuskan napasnya panjang. Kini mereka berdua tengah menuju resort yang berada di salah satu pulau kecil di Maldives. Dengan menaiki sea plane bersama beberapa penumpang lain, Zane dan Belle duduk tanpa berbincang-bincang satu sama lain. Zane menyibukkan diri dengan membaca buku fotografi atau sesekali membidik pemandangan indah dengan kameranya. Ia berusaha sekeras mungkin untuk tak mengusik ketenangan Belle. Zane tahu bila Belle sangat membencinya, dan perjalanan ini akhirnya bisa terlaksana pasti karena telah terjadi sesuatu di antara Belle dan kekasihnya. Turun dari sea plane yang mendarat di tengah laut, mereka masih harus naik boat menuju resort. Sesekali terdengar suara tawa dari pasangan lain yang juga sedang berbulan madu dan berada di boat yang sama. Zane hanya melirik pasangan itu dengan sedikit rasa cemburu. "Mau roti?" Belle meletakkan sebungkus roti coklat di pangkuan Zane tanpa
Baca selengkapnya
Menikmati Sendirian
Dari remaja hingga berusia hampir kepala tiga, hanya beberapa kali saja Zane pernah melakukan onan*. Itupun karena ia tak sengaja menonton adegan mesum di sebuah film. Zane paham bila melakukannya adalah sebuah dosa, tetapi sebagai pria normal, ia lebih memilih untuk melakukannya sendiri daripada menambah dosa dan penyakit dengan menyewa perempuan. Dan kini, untuk kesekian kali ia harus mengeluarkan lendir miliknya sendiri akibat efek obat perangsang yang ada didalam minuman sari buah itu. Melihat Belle kembali telanjang bulat di kamar mandi membuat Zane dengan sangat lancar menyelesaikan sesi pertamanya. Namun, ternyata gejolak itu belum juga reda hingga akhirnya Zane meneruskan hingga sesi ke dua dan ke tiga. Beruntungnya kamar mereka berjauhan dengan kamar-kamar yang lain, sehingga suara desahan dan erangan Zane tak terdengar siapapun kecuali Belle!! Wanita itu meringkuk dan bersembunyi di depan pintu kamar resort dengan tubuh gemetaran. Ia sangat syok saat tadi melihat tatapan
Baca selengkapnya
Berlayar
Bukan tanpa alasan Belle meminta Zane untuk tidur seranjang dengannya. Setelah melihat perjuangan pria itu menjaga Belle agar tak ternodai, ia jadi yakin bila Zane tak akan berani menuntut haknya sebagai suami. Sedikit banyak, Belle mengagumi sikap Zane yang konsisten pada perjanjian mereka. Seperti biasa, saat Belle bangun di pagi hari, Zane sudah raib dari ranjang. Suara gemericik air di teras belakang, membuat Belle bangkit dan menemukan Zane tengah berenang di kolam. Meskipun Zane mengenakan rash guard hitam, Belle bisa melihat otot-otot atletis dibalik kaos itu. Terlebih setelah ia melihat Zane telanjang kemarin sore, pikiran mesum Belle mulai mengarahkan tatapannya pada bagian tengah yang terjepit diantara paha pria itu. "Selamat pagi, Belle!" Belle tersentak, lamunan nakalnya mendadak hilang. Zane tersenyum padanya di kolam sembari melambaikan tangan. "Tidak mau berenang?" sambung Zane sembari menunjuk ke arah lautan yang surut. "Nggak. Aku nggak bisa berenang!" Belle ba
Baca selengkapnya
Mencoba Menyatukan Selera
Zane tak suka siapapun menyentuh kepalanya, itulah mengapa ia jarang potong rambut dan kerapkali membiarkan rambutnya panjang. Terkadang, Zane sendiri yang akan memotong rambutnya tanpa datang ke barbershop atau semacamnya. Ia risih dan tak nyaman bila kepalanya di pegang dan disentuh oleh orang lain. Namun, entah mengapa kini ia malah mengikuti anjuran Belle untuk memotong rambutnya yang memang mulai panjang lagi. Sebisa mungkin Zane menahan rasa tak nyaman ketika kapster mengeksekusi rambutnya. Belle sudah menghilang ke ruang spa setelah memberi contoh potongan rambut yang ia inginkan pada kapster. Ia sangat menyukai pria dengan model rambut under cut. Belle ingin nantinya Zane terlihat lebih keren dan up to date. Apalagi mereka berdua akan tinggal berdua dan bertemu selama 24 jam, melihat Zane dalam wujud yang ia inginkan tentu akan membuatnya lebih nyaman melihat penampilannya. Nanti saat sudah di Indonesia, Belle juga akan membelikan pakaian-pakaian yang modis untuk Zane agar t
Baca selengkapnya
Bagaimana Jika Kita Berpisah?
Zane menyerahkan ponsel edisi lama miliknya pada Belle. Saat istrinya itu hanya diam terpaku mengawasi gawai kuno -sekuno pemiliknya, akhirnya Zane kembali berkata, "Buatkan media sosial untukku." "Serius?!" seru Belle tak percaya. Saat Zane mengangguk dengan seutas senyuman, buru-buru Belle merampas ponsel Zane sebelum pria itu berubah pikiran. Dia mengunduh beberapa media sosial yang belum pernah Zane miliki sambil sesekali menggerutu. Betapa Zane sangat primitif di era yang sudah serba modern ini. "Nah, kalo begini, kan, kamu bisa memamerkan semua hal yang kamu datangi, yang kamu lihat, bahkan yang kamu miliki." Belle mengembalikan ponsel Zane setelah ia berhasil mendaftarkan media sosial untuk suaminya itu."Memamerkan pada siapa?" ulang Zane bingung. Ia bukan orang terkenal yang setiap gerak-geriknya patut untuk dipamerkan pada semua orang. "Pada teman-temanmu, lah! Mereka harus melihat kehebatanmu, progres dalam hidupmu, kecuali memamerkan aku! Itu tidak boleh!" "Memangnya
Baca selengkapnya
Phobia
Tubuh kecil itu meringkuk di balik pintu kamar yang tertutup dengan rapat. Beberapa jam yang lalu, ia masih terlelap dengan tenang, tapi sejak telinganya mendengar suara berisik yang acap kali mengganggu tidurnya, mau tak mau ia membuka mata, meraba sekelilingnya yang gelap gulita dan berhenti di balik pintu yang selalu terkunci dari luar tiap kali kedua orang tuanya sedang bertengkar. Zane, begitu ia di sapa oleh dua manusia yang tak pernah menyayanginya sebagai anak. Tubuhnya gemetar menahan hawa dingin dan takut. Suara teriakan wanita saling bersahutan dengan suara lelaki yang terdengar sangat murka. Sesekali terdengar suara barang pecah dan membentur dinding atau lantai. Zane tak mengerti, mengapa ia kerap kali terjebak di situasi ini. Teriakan-teriakan itu seolah menjadi kidung yang harus ia dengar hampir setiap hari. "Ibu," tangis Zane dengan suara tercekat. Kedua tangannya yang mungil memeluk erat kedua lututnya yang gemetaran dan kedinginan. Namun, sekeras apapun Zane mena
Baca selengkapnya
Way Back Home
Berat rasanya bagi Zane untuk meninggalkan Maldives yang telah memberinya banyak kenangan indah. Kali pertama selama dirinya hidup, ia menghabiskan waktu bersama seseorang selain mendiang nenek Lila. "Kamu sudah siap?" tanya Belle ketika Zane masih melamun di teras belakang, menatap hamparan lautan yang sangat indah sebelum mereka cek out dari resort. "Iya," sahut Zane lirih sembari berbalik badan. "Mari kita pulang." Setumpuk aktivitas telah menanti keduanya di tanah air. Cuti yang diajukan akan berakhir dan keduanya akan kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Di kursi first class yang membawa pasutri itu terbang ke Indonesia, Belle menatap nanar pada layar ponselnya yang tak terkunci. Sudah ada puluhan panggilan dan pesan dari Bryan ketika ia mengaktifkan ponselnya kemarin. Tak ada satupun pesan yang Belle baca demi menghindari sakit hati. Ia memilih untuk membiarkan Bryan agar pria itu lelah sendiri. Sampai kapanpun Belle tak mau putus, baginya Bryan tetaplah kekasih dan
Baca selengkapnya
Berita Heboh
Setelah hampir sepekan meninggalkan tanah kelahirannya, Belle dan Zane akhirnya tiba jam 10 pagi dan langsung pulang ke apartemen. Keduanya dijemput oleh sopir suruhan Ronald. Mertuanya tak bisa ikut menjemput karena sedang sibuk di kantor. Hal yang pertama Zane lakukan setelah sampai di apartemen adalah mencari selimut kesayangannya. Ia memeluk dan menghirup dalam-dalam aroma hangat yang menguar dari selembar kain kumal itu hingga memenuhi rongga paru-parunya. Masih ada waktu hingga sore untuknya beristirahat, sebelum nanti ia dan Belle akan makan malam di kediaman Ronald. Karena masih agak pusing dan mengantuk, Zane akhirnya naik ke ranjang, tanpa lebih dulu membongkar kopernya. Selama di pesawat, ia tak bisa tidur dengan tenang. Selain karena belum terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan pesawat, Zane juga merasa sedih karena ia akan kembali sibuk dengan pekerjaan. Sementara itu di lantai atas, Belle yang sudah mendapat cukup tidur dan istirahat, memilih untuk mandi dan membon
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status