All Chapters of Seranjang Dengan Duda Arogan : Chapter 41 - Chapter 50
161 Chapters
Bab 41. Tak diinginkan
"Kenapa, Nay? Apa salahnya aku berubah jadi lebih baik?" tanya Salman."Om dingin sama aku aja udah buat aku jatuh cinta, kalau om baik nanti aku jadi tambah cinta dan aku gak mau itu terjadi. Semakin dalam cintaku semakin sakit saat berpisah dengan Om nanti, jadi cukup seperti ini saja perasaanku agar aku tak terlalu sakit saat kita berpisah nanti," jawab Kanaya panjang lebar membungkam Salman.Selesai makan siang, Kanaya mengajari Syafana menyelesaikan pr nya hingga akhirnya anak itu tidur siang, Kanaya ke kamarnya untuk mengambil buku yang biasa ia gunakan menggambar desain baju.Ia terkejut melihat Salman sedang duduk diujung ranjang memegangi foto yang ia simpan di dalam laci bersama buku diary yang biasa ia gunakan menggambar desain baju."Sejak kapan kamu menyimpan foto ini, Nay?" tanya Salman."Beberapa hari setelah kita menikah aku mencetak dan menyimpannya," ucap Kanaya."Untuk apa?" tanya Salman."Apakah tidak boleh aku memiliki foto pernikahanku sendiri? Meskipun aku tahu
Read more
Bab 42. Mood Salman
Hari sudah semakin sore ketika Salman selesai bekerja, ia bersiap untuk pulang seperti biasa. Saat di parkiran mobil, Anita menghampirinya dan meminta tumpangan padanya."Pak, bolehkah saya menumpang? mobil saya mogok dan sedang di bengkel," ucap Anita.Salman melihat benda bulat di pergelangan tangannya, sebenarnya ingin menolak permintaan Anita. Namun, ini masih ada di dalam area kantor dan Anita juga salah satu karyawan yang baik di perusahaan."Ayo!" ucap Salman.Anita tersenyum dan masuk ke dalam mobil atasannya itu, rumah mereka memang searah jadi tidak merepotkan juga untuk Salman. Selama perjalanan mereka terdiam dengan pemikiran masing-masing hingga akhirnya Anita yang membuka pembicaraan."Pak, saya minta maaf jika saya membuat Bapak marah karena sering mencampuri urusan rumah tangga, Bapak. Jujur saja, saya seperti itu karena merasa cemburu," ucap Anita."Cemburu?" tanya Salman Soraya mengerutkan keningnya."Iya, bukankah dari dulu Bapak tahu kalau saya menyukai Bapak. Saya
Read more
Bab 43. My Hubby
"Hubby?" tanya Salman."Ya kalau gak boleh panggil Hubby, aku panggil Daddy. Anggap aja Om Salman sugar Daddy aku yang selalu kasih aku uang bulanan," ucap Kanaya.Salman melebarkan bola matanya, geli dengan ucapan Kanaya yang menyamakan dirinya dengan Sugar Daddy. Lelaki tua yang suka bermain dengan daun muda demi kepuasan hasrat rela memberi apapun yang diminta oleh wanita muda tersebut."No, aku gak mau di panggil Daddy, nanti yang ada orang nyangka kamu anak sulungku! Hubby lebih bagus," ucap Salman."Oke mulai sekarang aku ganti nama Om Salman di kontak ponselku," ucap Kanaya dengan senyum sumringah.Ia membuka ponselnya dan mengganti nama Om Tampan menjadi My Hubby, Salman yang melihat nama di kontak itu tersenyum tipis bahkan senyumnya hampir tak terlihat."Gak di tambahin tampan belakangnya?" tanya Salman."Boleh," ucap Kanaya lalu menambah nama belakang kontrak tersebut menjadi My Hubby Jamil."Lho, kok Jamil, emangnya aku Saiful Jamil?!" ucap Salman keheranan."Hubby itu kan
Read more
Bab 44. Baby Boy
"Jenis kelaminnya laki-laki," ucap Dokter kandungan setelah membaca kembali hasil USG."Oh, ini sudah pasti atau bisa berubah lagi gak kira-kira, Dok?" tanya Kanaya."Biasanya untuk USG 4D itu akurat, tapi ya kita sebagai manusia juga tidak bisa melampaui kuasa Tuhan," ucap dokter."Ah iya, terima kasih atas jawabannya, Dok. Kebetulan saya mau belanja peralatan bayi jika sudah memperkirakan bayi laki-laki atau perempuan saya jadi lebih mudah memilih warna pada barang yang akan saya beli," ucap Kanaya."Ya sama-sama, sebaiknya warna netral yang bisa masuk ke bayi perempuan maupun laki-laki," ucap Dokter.Kanaya tersenyum dan mengangguk lalu pamit pada dokter kandungan itu, Salman yang sudah sampai di mobil hanya menengok ke kana dan ke kiri karena tidak melihat keberadaan Kanaya."Kemana dia? Perasaan tadi jalan di belakang aku," gumam Salman.Tak lama kemudian Kanaya terlihat jalan menghampirinya, lalu masuk ke dalam mobilnya. Kanaya mengerutkan keningnya ketika melihat tatapan Salman
Read more
Bab 45. Mengajarkan Mandiri
"Bukan Bapak yang salah, tapi istri Bapak yang terlalu manja," ucap Anita."Aku sudah bilang bukan Kanaya yang minta di temani, tapi aku yang ingin menemaninya!" ucap Salman dengan nada penekanan.Anita menjadi takut saat Salman sudah bersikap seperti itu, ia memilih diam dan menunduk. Melihat sekertaris nya diam, Salman pun meminta wanita itu segera melanjutkan pekerjaannya, tak ingin hal semacam itu kembali terjadi hingga ia kehilangan klien penting."Sepertinya aku harus mempertimbangkan lagi, semakin kesini kerjamu tidak bisa diandalkan," ucap Salman."Saya minta maaf, Pak. Saya akan memperbaiki semuanya," ucap Anita."Jangan cuma bicara, tapi buktikan. Masih banyak orang yang kompeten dan mau bekerja menggantikan posisimu!" ucap Salman.Anita mengangguk dan keluar dari ruangan Salman, sesampainya di depan meja kerja ia meluapkan kekesalannya dengan memukul-mukul meja kerjanya."Semua karena kehadiran perempuan itu!" ucap Anita.Hari berganti sore, Salman pun pulang di sambut oleh
Read more
Bab 46. Bersama Saida
Malam itu Salman tidak bisa tertidur pulas, ia teringat dengan kata-kata Kanaya jika waktu untuk perempuan itu hanya tinggal sebentar lagi di rumah ini. Salman membuka mata dan memandangi wajah Kanaya yang sedang tertidur lelap."Apakah ini artinya aku takut kehilangan kamu, Nay?" gumam Salman dalam hati.Waktu terasa begitu cepat berlalu, Salman tidak menyangka jika ia bisa merasa nyaman saat hidup bersama dengan Kanaya yang ia anggap masih bau kencur. Nyatanya istri kecilnya itu mampu mengurus anaknya dengan baik bahkan Syafana terlihat sangat jauh lebih bahagia semenjak kehadiran Kanaya. Hidup Salman pun lebih terurus daripada sebelumnya, Kanaya tidak pernah lupa membuatkan sarapan dan juga bekal makan siang untuknya.Lama Salman memandang wajah Kanaya hingga akhirnya ia pun tertidur lelap seraya memeluk Kanaya dari samping.Pagi harinya Kanaya bangun dan melepaskan pelukan Salman, ia masih menunaikan salat dan mengaji seperti biasa meskipun kehamilannya sudah semakin membesar."J
Read more
BB 47. Cemburu dan gengsi
"Sepertinya Aslan harus ikut terlibat dalam hal ini," ucap Saida."Maksudnya?" tanya Kanaya."Kalau diingat-ingat dulu Salman pernah marah saat tahu asal dekat dengan kamu, mungkin sekarang sudah waktunya Aslan kembali mendekati kamu biar tahu gimana reaksinya Salman," ucap Saida."Lalu bagaimana dengan perasaan Aslan, Kak?" tanya Kanaya."Hah ... Iya juga ya! Ya udah deh Nanti Kakak pikirin lagi gimana caranya biar Salman mengakui kalau dia cinta sama kamu," ucap Saida.Kanaya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, ia tidak yakin jika Salman sudah mencintainya. Lelaki itu masih saja dingin dan tidak peka terhadapnya meskipun tidak terlalu kasar seperti dulu. Asyik berbelanja mereka tidak sadar jika menghabiskan waktu hampir setengah hari, Syafana pun begitu senang karena setelah belanja mereka juga memberi waktu Syafana bermain di Playground dan makan makanan yang ia suka.Selesai belanja ternyata banyak barang yang mereka beli sehingga kerepotan saat mau pulang. Saida pun mene
Read more
Bab 48. HPL
"Dengan siapapun aku menikah setelah bercerai darimu, harusnya tidak masalah, kan!" ucap Kanaya.Salman tidak menjawab ucapan Kanaya, ia pergi meninggalkan meja makan begitu saja dan kini duduk di balkon kamarnya menatap bintang yang bertebaran di langit."Ingat tujuan awalmu, menikah hanya untuk anak, Salman!" gumam Salman dalam hati.Biasanya ia tidur bersama Kanaya, tapi setelah mendengar ucapan Kanaya tadi ia jadi ingin tidur sendiri di kamarnya. Namun, sudah hampir tengah malam Salman tak kunjung terlelap. Kakinya melangkah keluar kamar dan akhirnya mendatangi kamar Kanaya.Setelah tidur bersama Kanaya, ia pun akhirnya terlelap hingga pagi menyapa. Saat adzan subuh Kanaya terbangun dan melepas pelukan Salman di pinggangnya, Salman merasakan gerakan itu dan menarik tubuh Kanaya semakin merapat padanya."Sudah subuh, Hubby," ucap Kanaya."Adikku bangun, bantu menidurkannya dulu," ucap Salman."Ih ... Kalau mau minta tuh malam dong," ucap Kanaya."Ya mau gimana lagi, dia bangunnya j
Read more
Bab 49. Baby Boy
Saat Salman keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa, Anita menghampiri karena ingin memberikan laporan."Pak Salman mau kemana, ini saya ingin memberi laporan," ucap Anita."Simpan saja laporan itu, aku mau ke ruang sakit. Istriku melahirkan," ucap Salman setengah berlari meninggalkan Anita."Kanaya melahirkan? Itu artinya kontrak pernikahan mereka akan segera berakhir dan perempuan itu akan segera pergi dari hidup Pak Salman," gumam Anita sambil tersenyum.Salman mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit tempat biasa Kanaya kontrol kehamilan, ia sangat kesal ketika terjebak di lampu merah."Shit ... Kenapa lampunya berubah merah dan lama sekali berubah hijau!" ucap Salman seraya memukul stir mobil.Hanya beberapa menit menunggu lampu berubah hijau, tapi membuat Salman sangat kesal dan merasa sangat lama. Setelah lampu berhantu hijau, ia kembali tancap gas mempercepat laju kendaraanya tak peduli kendaraan lain merasa terganggu dengan tingkah ugal-ugalan.Sesam
Read more
Bab 50. Sadam Uwais Alfarizi
"Tante cantik gak akan ninggalin aku dan adik bayi seperti mama, kan?" tanya Syafana.Semua orang menegang mendengar pertanyaan Syafana, tidak ada yang bisa menjawab termasuk Salman. Tiba-tiba seorang perawat datang dan membawa bayi Kanaya ke ruangan itu."Ibu, sudah waktunya menyusui bayi ya! Apa asinya sudah keluar?" tanya perawat."Gak tahu, Suster seperti belum," ucap Kanaya."Nanti saya bantu pijat biar keluar ya," ucap Perawat.Kanaya mengangguk, Saida meminta Salman dan Aslan keluar dari ruangan karena payudara Kanaya akan di pijat suster sebelum memberikan asi pada bayinya.Saat perawat membantu memijat payudara Kanaya, bayi laki-laki itu digendong oleh Saida dan Syafana begitu senang melihat bayi tersebut."Adik bayi lucu banget ya bude, wajahnya mirip banget sama papa," ucap Syafana."Iya Ana benar, ini pasti karena saat Kanaya hamil papa kamu nyebelin banget, bikin Kanaya kesal jadi bayinya mirip banget sama papa kamu," ucap Saida."Iya, papa kan emang nyebelin banget. Aku
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status