Lahat ng Kabanata ng Accidentally Married: Kabanata 21 - Kabanata 30
106 Kabanata
BTL ~ 21
Rumi benar-benar sakit kepala dibuatnya. Saat ini, Dandi sedang duduk berseberangan dengan Rafa dan Rumi sebagai penengahnya. Jika melihat dari usia, kedua pria yang tengah ada bersamanya saat ini sudah bisa dikategorikan sangat-sangat dewasa. Kemampuan mereka berdua dalam memimpin sebuah perusahaan, sungguh tidak perlu diragukan lagi.Akan tetapi, dibalik itu semua Rumi mendapati sifat kekanakan yang sungguh tidak bisa ia percaya. Terlebih-lebih dengan Dandi. Sikap pria itu semakin tidak jelas saja.“Mas Dandi nggak pesan makan?” Setelah Rumi dan Rafa memesan menu makan malam mereka masing-masing, hanya Dandi seorang yang hanya memesan minuman.“Aku sudah pernah bilang, aku nggak terlalu suka dengan makanan resto atau kafe.” Dandi menatap punggung pelayan yang berjalan menjauh dari meja mereka dengan malas. Jauh di sudut hatinya, Dandi tengah mempertanyakan perihal perbuatannya saat ini.Bukankah Dandi hendak pergi untuk bertemu sang mama? Namun, mengapa akhirnya Dandi harus terjebak
Magbasa pa
BTL ~ 22
Rumi menelan ludah. Duduk diam dan tegang, ketika melihat pria yang menatapnya tajam. Pria itu tersenyum tipis dan cenderung sinis.“Sendiri?” Dandi berceletuk dengan tenang, sembari meletakkan ponselnya di meja. Menatap datar dan malas, karena Dandi sudah mengetahui semua seluk beluk serta latar belakang pria itu.“Sementara … sendiri.”“Al, masih banyak meja dan kursi kosong di sini.” Rafa akhirnya membuka suara, setelah melihat pria itu duduk dengan santainya. “Jadi silakan cari tempat lain, daripada bergabung di sini.”“Nggak masalah,” balas Dandi enteng dan terus menatap Alpha tanpa ekspresi. “Alpha bisa gabung dengan kita. Silakan pesan makan, Rafa yang traktir.”Tatapan Rafa sontak tertuju pada Dandi. Ia tidak mempermasalahkan tentang siapa yang membayar makan malam kali ini, tetapi sikap Dandi benar-benar di luar prediksi. Dandi membiarkan Alpha bergabung dengan mereka, tanpa memikirkan perasaan Rumi sama sekali.“Dan, kamu sadar kalau Rumi sekarang—”“Rumi harus bisa menghada
Magbasa pa
BTL ~ 23
“Tetap di sini, Al!” titah Rafa segera meraih lengan Alpha, ketika pria itu hendak berdiri menyusul Rumi yang baru saja pergi dengan Dandi. Kendati ada secarik rasa cemburu di hati Rafa saat melihat Dandi meraih tangan Rumi, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. “Dan jangan pernah lagi ganggu Rumi. Kamu dengar sendiri, kan? Dia sekarang sudah sama Dandi, jadi diamlah!” “Kamu mau aku percaya?” Kembali, Alpha mengulang pertanyaan yang sama. Ia masih saja tidak percaya dengan semua ucapan Rumi. “Apa lagi rencana kalian sekarang? Glory sudah jatuh dan—” “Glory sudah berjalan seperti semula,” putus Rafa sembari melepas tangan Alpha yang kembali duduk di tempatnya. Saat melihat seorang pelayan menghampiri meja mereka dengan membawa nampan, Rafa segera menggeleng. Meminta pelayan tersebut membawa kembali makanan tersebut dan meminta bill-nya. “Dengar Al, seperti yang pernah aku bilang waktu itu, jangan pernah lagi ganggu Rumi atau Glory—” “Kamu ngancam lagi?” Alpha berdecih. Nafsu makann
Magbasa pa
BTL ~ 24
Dandi reflek memegang perutnya dengan gerakan memutar, saat melihat menu sarapan yang sudah tersaji di meja makan. Seperti biasa, tangan terampil Rumi itu selalu bisa membuat cacing di perut Dandi bergejolak. Menu rumahan sederhana, yang hanya bisa didapatkan Dandi ketika berkunjung ke rumah Jaya. Untuk itulah, Dandi segera duduk pada tempat yang biasa ia duduki dan menatap piring yang sudah tersedia tepat di hadapannya. Tatapan Dandi sedikit bergeser pada dua buah kotak bekal yang juga sudah berada di meja, lalu tersenyum. Akan tetapi, senyum Dandi memudar saat tatapannya tertuju pada lemari pendingin. Secarik sticky note berwarna kuning, tiba-tiba menghiasi pintu atas lemari pendinginnya yang polos. Lantas, Dandi segera berdiri dan menghampiri lemari pendinginnya dan membaca catatan yang tertulis di sana. “Saya berangkat pagi, Mas. Sarapan sama bekal sudah saya siapin. Makasih.” Dandi kemudian berbalik dan kembali ke meja makan. Ia duduk perlahan, sembari melihat jam dinding y
Magbasa pa
BTL ~ 25
Rumi mulai sakit kepala melihat sikap Dandi. Semakin ke sini, Dandi semakin posesif dan sikap pria itu bahkan hampir menyamai Alpha. Rumi jadi bingung sendiri, harus bersikap seperti apa, karena Dandi sudah lebih dulu membentangkan tembok di antara mereka.“Jangan baper.”Kalimat Dandi itulah, yang membuat Rumi sebenarnya bisa lebih tenang. Namun, kenyataan yang ada, justru tidak seperti yang Rumi pikirkan. Dengan perlakuan Dandi yang seperti sekarang, Rumi sepertinya harus menjaga hatinya baik-baik dan tidak boleh terbawa perasaan.“Sorry, Mas, saya sibuk dari pagi.” Rumi menoleh ke sekitar dengan canggung.“Nggak mungkin.” Dandi bisa menyanggahnya, karena ia punya alasan yang cukup kuat. “Kamu berangkat dari rumah sebelum jam setengah tujuh. Anggaplah jalanan macet parah dan paling lambat kamu bisa sampai kantor jam setengah delapan. Dan jam segitu, kantor ini belum beroperasi.”Melihat ketegangan di depan mata, Rafa segera menyela dan berdiri di antara Dandi dan Rumi. Ia membelakan
Magbasa pa
BTL ~ 26
“Rumi.” Hera tersenyum miring, sembari membaca salinan surat perjanjian yang ditandatangain oleh Alpha. “Jadi, mas Al masih mau balas dendam ke dia.”“Mama minta Alpha sudahi semuanya.” Mendengar kata kalimat “balas dendam”, akan selalu membawa ingatan Agnes pada perbuatan Qai. Semua rasa sakit yang diluapkan Qai pada Lingga, hanya akan menyisakan luka pada akhirnya. Untuk itulah, Agnes ingin menghentikan semuanya agar seluruh keluarganya bisa hidup damai di masa depan. “Mama cuma mau tenang, Ra. Mama mau menikmati masa tua dengan damai dan nggak ada drama.”Napas Hera terbuang pendek. Meletakkan dokumen yang telah dibacanya pada meja persegi di sampingnya, kemudian menatap taman yang malam ini tampak temaram. Fokus Hera tertuju pada sebuah kursi panjang, tempat di mana dirinya dan Rafa biasa menghabiskan waktu bersama. Pria itu selalu menemani Hera berjemur, sembari membacakannya berbagai jenis buku. Selain itu, Rafa juga sering membicarakan perihal perusahaan dan beberapa hal kecil
Magbasa pa
BTL ~ 27
Qai dan Thea saling pandang, setelah mendengar penjelasan Dandi yang terburu. Pria itu bahkan tidak memberi kesempatan pada Rumi untuk berbicara, padahal masalah yang disampaikan melibatkan mereka berdua.“Kalau bukan orang tua, aku pasti sudah …”“Sabar, Mas,” celetuk Rumi tidak enak hati. Tidak hanya itu, Rumi juga sedang memikirkan nasibnya ketika berada di Malang nantinya. Karena itulah, pagi-pagi sekali Rumi dan Dandi pergi ke kediaman Sebastian untuk bertemu Qai juga Thea.“Kurang sabar apa lagi, aku, Rum?” Dandi berdecak kesal, tetapi tidak bisa menyalahkan siapa pun. Lantas, ia berdiri dari sofa ruang tengah dan berniat untuk pergi ke dapur. “Om Jaya di mana?”“Papa …” Thea meringis menatap Dandi. “Mamamu ngajak papa ke Surabaya kemarin.”“THEA!” sentak Dandi.“HEH!” Qai yang tidak terima segera membalas Dandi. “Istriku lagi hamil, Dan! Jaga, tuh, mulut!”“Kenapa?” Dandi menggeram dan mengacak-acak rambutnya. “Kenapa kalian nggak ngomong dari tadi? Atau, kenapa nggak bilang da
Magbasa pa
BTL ~ 28
“Aku sudah bisa nebak, kalau akhirnya bakal seperti ini.” Dandi berbicara pelan, sembari melihat ke bagian dalam rumah Rumi sesekali. “Sejak mamaku minta alamatmu di Malang, perasaanku sudah nggak enak.”“Terus kita gimana, Mas?” Rumi pun membalas Dandi dengan suara yang tidak kalah pelan. Ia sudah menjelaskan pada Dandi, perihal obrolan yang Rumi lakukan dengan Yanti di kamar. Saat ini, keduanya tengah berbincang untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Namun, semakin di pikirkan, jalan keluar tersebut ternyata tidak kunjung ditemukan. “Masalahnya, aku nggak bisa jujur sama ibu masalah mas Al. Tapi, aku juga nggak mau kalau Mas Dandi jadi kejebak begini. Makanya kemarin aku tanya mbak Thea, siapa tahu punya teman perempuan yang bisa diajak kerja sama, jadi pacar pura-puranya Mas Dandi.”“Itu juga bukan jalan keluar yang terbaik,” sanggah Dandi setelah memikirkan akibat yang akan ditimbulkan. “Yang ada, ibumu tambah mikir macam-macam dan mamaku bisa-bisa langsung nikahin aku sama itu
Magbasa pa
BTL ~ 29
“Telpon resepsionis dan buka kamarmu sendiri.” Begitu keluar dari kamar mandi, telunjuk Jaya langsung mengarah pada Dandi yang duduk lesu di tepi tempat tidur. Hampir semalaman, tidur Jaya sungguh tidak nyenyak karena Dandi selalu saja bergerak gelisah. “Yaaa.” Dandi mengusap wajah bantalnya hingga berulang kali, guna mengusir kantuk yang masih merajai. Hingga pagi ini, Dandi belum bisa mengambil keputusan sama sekali. Pikirannya masih buntu dan tidak mendapatkan jalan keluar selain menikahi Rumi. “Kalian semua itu licik. Kalian nggak pernah mikir bagaimana perasaanku.” “Sejak kapan kamu punya perasaan, Dan,” sindir Jaya sembari membuka pintu balkon. Karena masih ingin bicara dengan keponakannya, Jaya pun hanya berdiri di bibir pintu, menatap Dandi. “Jangan-jangan, sejak kenal sama Rumi kamu jadi punya perasaan.” “Om, please.” Dandi heran, mengapa semua orang menginginkannya menikah dengan Rumi. “Nikah itu, nggak main-main.” “Kalau begitu, seriuslah.” “Bagaimana mau serius, kalau
Magbasa pa
BTL ~ 30
Dalam waktu singkat dan tanpa rencana, pernikahan antara Dandi dan Rumi akhirnya terlaksana juga. Bertempat di sebuah kamar hotel yang baru dibuka Dandi dan dilakukan secara sederhana juga tertutup. Pernikahan tersebut benar-benar dirahasiakan, untuk menjaga nama baik keluarga Rumi dari gosip miring yang mungkin saja tercipta dari mulut para tetangga.“Ibu … masih marah?” Rumi semakin merasa serba salah. Meskipun saat ini Rumi sudah menikah dengan Dandi, sang ibu tetap saja mendiamkannya. Yanti hanya menjawab pertanyaan atau ucapan Rumi seperlunya dan tidak ada percakapan panjang seperti biasa.Rumi tahu ia bersalah. Bahkan, kesalahan yang sudah dilakukan Rumi masih lebih banyak lagi, daripada yang Yanti ketahui. Ia tidak bisa membayangkan, apa yang akan terjadi pada ibunya, jika Yanti mengetahui kelakuan Rumi di Jakarta selama ini.“Apa marah masih berguna?”Rumi bergegas menuju pintu dan menutupnya. Karena kamar yang ditempatinya saat ini adalah tipe family room, maka Rumi bisa bica
Magbasa pa
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status