All Chapters of SANTET : Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
Bab 31
SANTET CELANA DALAM PART 31"Katakan, di mana ce la na dalam Nining dikubur?" Ustad Ilham menunggu jawaban Ita dengan sabar. "Sa-saya tidak tahu Pak Ustad." "Kamu nggak tahu?" Ita menganggukkan kepalanya. "Saya hanya menyerahkan celana itu kepada Ki Darma. Tiga hari setelahnya, saya mendengar kabar yang terjadi kepada Nining dari Erna. Ia mengirimkan vidio Nining kepada saya. Sungguh saya tidak tahu Pak Ustad. Saya tidak bohong, sumpah," kata Ita sambil menangis."Tadinya memang saya bahagia atas apa yang terjadi kepada Nining. Namun, setelah semua yang terjadi, saya mulai sadar bahwa apa yang saya lakukan semuanya sia-sia. Mungkin karena Nining anak baik, karenanya Allah selalu melindunginya. Aku kira aku menang, ternyata aku kalah. Ya, Pak Ustad, saya sadar akan hal itu. Apapun yang saya lakukan, akhirnya saya yang merasakan. Saya kehilangan Galih dan Arkan, bahkan saya bisa saja kehilangan seluruh keluarga saya kalau saya berkata jujur kepada mereka." Ustad Ilham membuang na
Read more
Bab 32
SANTET CELANA DALAM PART 32 Semakin hari keadaan Ita semakin memburuk. Badannya yang berisi dalam hitungan hari tinggal kulit membalut tulang. Bersamaan dengan itu bau badannya pun semakin busuk menyebar sehingga mulai mengganggu ketentraman para tetangga. "Ini gimana ya? Iya sih, si Ita lagi sakit, tapi kalau begini terus justru kita yang gantian sakit," kata Bu Indra sambil menutup hidung, padahal ia sudah memakai masker. Di dalam masker ia tetesi aroma terapi. Rumah Bu Indra tepat bersebelahan dengan rumah Sumini. "Iya, terus gimana ya, Bu Indra baiknya. Anakku juga jadi nggak nafsu makan. Mana anakku masih kecil, lagi butuh banyak nutrisi," keluh Nisa. "Apalagi aku. Anakku lagi hamil muda, dia lagi mabok, sekarang malah lebih parah gara-gara Si Ita," timpal Bu Nadin. "Ya, kalau begini kita harus bicara sama Yu Sumi. Kita usulkan saja buat mengungsikan Si Ita sampai sembuh. Nggak mungkin donk, kita begini terus. Masa iya, demi satu orang kita mengorbankan banyak orang," imbu
Read more
Bab 33
SANTET CELANA DALAM PART 33Pagi itu ketika berbelanja, Darsih bertemu dengan Yasmin. Ia pun menanyakan bagaimana kabar Ita, bagaimana perkembangannya. "Keadaan Ita makin parah Mbak Darsih. Kemungkinan besok Ita akan kami bawa ke gubuk yang ada di kebun untuk sementara waktu." "Lho, kok, begitu." "Para tetangga mengeluhkan baunya. Jujur, aku saja sebenarnya nggak kuat kalau jendela kamarku terbuka. Mangkanya jendela kamarku tak tutup terus. Tapi, mau bagaimana lagi, aku juga kasian kalau lihat Bude Sumi mengurus Ita sendirian. Sedangkan saat Nining membutuhkan, Bude Sumi selalu menjadi orang pertama yang membantu kami," kata Yasmin sambil memilih sayur. "Oh, begitu. Kalau kata Ustad Ilham bagaimana?" "Ustad Ilham juga berusaha membantu semaksimal mungkin." "Semoga Ita segera membaik." Darsih memegang jemari Yasmin."Makasih Mbak Darsih." Mereka pun saling melempar senyum. "Yas, aku duluan," pamit Darsih setelah membayar belanjaannya.*** Pulang dari berbelanja Galih menden
Read more
Bab 34
SANTET CELANA DALAM PART 34 "Bu!" pekik Danang."Ibuuuu!" Danang mencoba membangunkan istrinya dengan cara menepuk-nepuk pipi Sumini. "Bu, bangun, Bu!" ucap Danang. Sedangkan Aji masih mencoba mencerna ucapan Ita barusan. Ia ingin menginterogasi Ita secara mendalam. Namun, keadaan masih belum memungkinkan. Dengan terpaksa Aji harus bersabar meski begitu banyak pertanyaan melintas dibenaknya. Apa maksud dari ucapan Ita bahwa dia adalah dalang dibalik semuanya. Aji keluar dari gubuk menuju ke kamar mandi, mengambil air untuk dicipratkan ke wajah Budenya. "Pakde, coba cipratkan air ini ke wajah, Bude," kata Aji sambil menyodorkan gayung berisi air. Danang mencelupkan kelima ujung jari kanannya kemudian mencipratkan air itu ke wajah Sumini. Tak lama kemudian jari tangan Sumini mulai bergerak. "Bu, kamu sudah sadar?" kata Danang mencoba berkomunikasi. Aji segera menyingkirkan gayung berisi air tadi ke balik dinding gubuk bagian luar. "Ibuuuu!" panggil Ita tanpa bisa bergerak. Ha
Read more
Bab 35
SANTET CELANA DALAM 35Kerabat jauh Danang masih belum ada yang datang. Sedangkan Yasmin harus memasak nasi tumpeng sebagai tanda atau memaknai arti dari ikhlas. Nasi tumpeng ini biasanya akan disajikan setelah para pelayat pulang dari pemakaman. Biasanya para tetangga ikut bahu membahu dalam kegiatan ini. Namun berbeda dengan kali ini, Yasmin bahkan belum menyiapkan apapun karena para tetangga engan datang. "Mas, bagaimana ini, aku nggak akan bisa menyiapkan semuanya sendirian, aku butuh bantuan. Apa kita ndak perlu bikin nasi tumpeng, Mas. Toh, ndak ada yang ke sini?" tanya Yasmin dengan perasaan gusar."Masak saja, nanti kita bagi-bagikan sepulang mereka dari pemakaman. Meski jenazah Ita tidak dibawa pulang, mereka pasti akan mengantar dari kebun ke pemakaman.""Siapa yang memandikan jenazah Ita, Mas?" "Pakde dan Bude," jawab Aji sambil bersiap mau pergi ke kebun. "Mas, temanin aku," rengek Yasmin. Andai saja ia tidak ditugaskan untuk membuat nasi tumpeng, pastilah dia turut
Read more
Bab 36
SANTET CELANA DALAM 36 Tak butuh waktu lama, semua orang pun mendengar kabar ditemukannya celana dalam Nining di kuburan dari Kardi dan Yusuf. Cerita panjang mengenai kematian Ita, semakin dikait-kaitkan dengan kejadian itu. "Pasti akar-akar aneh itu adalah petunjuk. Kami sampai harus berpindah tiga kali untuk menggali kuburan Ita. Banyak sekali akar pohon yang keras dan batu besar. Pokoknya banyak banget rintangannya. Rasanya juga berat waktu menggali, tapi di tempat terakhir, seolah ada yang membantu kami. Tanahnya begitu gembur, mangkanya kendi itu utuh dan tidak pecah," cerita Kardi antusias di teras rumahnya. Fadli, Haris, Jaka, dan Heri, sengaja main ke rumahnya hanya untuk mendengarkan cerita darinya langsung. Mereka duduk melingkar sambil menikmati secangkir kopi. "Kenapa nggak kamu buka langsung waktu menemukan kendi itu, Di?" tanya Fadli. "Tadinya mau aku buka langsung, tapi nggak tahu kenapa, rasanya seperti ada yang mencegah seakan menyuruhku menunggu Ustad Ilham saja
Read more
Bab 37
SANTET CELANA DALAM PART 37"Pak Ustad!" Aji ingin menolong Ustad Ilham, tetapi dengan sigap Galih menghalanginya dengan memegang pundaknya."Ayo kita lanjutkan dzikir kita, Mas Aji. Ustad Ilham butuh bantuan kita," ucap Galih. "Galih benar, Le," sahut Danang. Mereka pun meninggalkan Ustad Ilham yang tengah kesakitan karena lehernya terlilit kain korden. Bismilahirohmanirokhim .....***Nining tertawa terbahak-bahak di depan Ustad Ilham. "Menyerahlah karena Tuhanmu pun tak akan bisa menyelamatkanmu malam ini. Percuma saja kalian melantunkan ayat-ayat Al-qur'an, karena aku lebih fasih dari pada kalian! Hahahaha!""Kamu boleh lebih fasih dari pada kami, tetapi kamu tetap tidak ada apa-apanya dihadapan Allah. Aku tidak meyakini, tetapi aku juga tidak menyangkal bahwasanya ayat-ayat Allah bisa membakarmu. Namun, aku percaya 'Kun Fayakun' jika Allah menghendaki apapun bisa terjadi. Karena itulah aku meminta bantuan kepadanya!" jawab Ustad Ilham masih berusaha melepaskan diri dari lili
Read more
Bab 38
SANTET CELANA DALAM PART 38 Nining membuka selimutnya, matanya terbelak dan mulutnya menganga mendapati perutnya yang membuncit."A-apa ini? Kenapa perutku sebesar ini? Apa aku terkena tumor Mas Aji?" Mata Nining berkaca-kaca. Ia bahkan tak berani meraba perutnya. Aji meraih telapak tangannya, menggenggamnya dengan erat. Tangisnya pun kembali pecah."Akan aku ceritakan semua padamu, jika keadaanmu sudah membaik," janji Aji."Mem-membaik? Membaik bagaimana? Apa selama ini aku sakit parah? Kenapa aku merasa seperti tertidur begitu lama? Sebenarnya apa yang terjadi padaku, Mas Aji?" desak Nining dengan bola mata berkaca-kaca. "Mbak Yas. Perut Mbak Yas sudah mengempis, apa dedek bayi sudah lahir? Kenapa aku bisa melewatkan semua ini? Mana dedek, aku mau menggendongnya?" Aji menoleh ke arah Yasmin. Istrinya hanya berdiri terpaku tanpa bisa berkata apa-apa sambil meraba perutnya.Apalagi Sumini dan Danang, mereka bahkan tak mampu menatap bola mata Nining. Bagaimana kalau ia sampai tahu
Read more
Bab 39
SANTET CELANA DALAM PART 39"Orang itu adalah dukun cabul, di mana Mas Aji yang membawamu ke sana untuk berobat. Dukun itu memanfaatkan keadaanmu. Kamu lihat foto Erna, Raga dan aku di bawah jembatan itu? Itu adalah foto di mana kami mencoba mengeluarkan kamu dari rumah dukun itu. Sayangnya semua sudah terlambat. Aku minta maaf," ucap Galih penuh penyesalan. Di sini Nining mulai menangis, ia memejamkan matanya beberapa saat. Menyadari jikalau dirinya kini sudah tak suci lagi. "Hal yang lebih menyedihkan lagi, seharusnya ada seseorang yang bisa menyelamatkanmu, tetapi ia lebih memilih diam dan membiarkan dukun itu berbuat tidak senonoh padamu," ucap Galih berhasil memancing reaksi marah Nining. "Apa orang itu juga yang mengirim guna-guna itu padaku?" tebakan Nining kali ini benar, hingga Galih pun mengangguk pelan. "Siapa, Gal?" "Ita," jawab Galih tanpa ragu. "Itaaaa?!" "Ya.""Kamu jangan ngada-ngada, Gal. Ita nggak mungkin melakukan semua itu padaku? Ita itu saudariku, dia itu
Read more
Bab 40
SANTET CELANA DALAM PART 40 Kokok ayam jago menandakan hari sudah pagi. Galih mengerjabkan matanya, sesekali ia menguap karena kantuk. Dengan baju yang masih basah ia segera pulang. Seperti biasa, meski masih pagi buta lampu dapur rumahnya sudah menyala. Darsih pasti sudah ke pasar menjajakan dagangannya. Galih mengambil kunci yang tergantung di sudut belakang rumahnya. Ia dan kakaknya biasa menaruh kunci di sana. Galih masuk, kemudian segera mandi. Usai mandi, Galih langsung menuju ke kamarnya karena rasa ngantuk yang sudah tak bisa ia tahan. Hampir semalaman ia tidak tidur. Ia menjatuhkan diri di kasurnya, dalam sekejap saja ia sudah tertidur lelap dengan rambut yang masih basah. ***Di rumah Aji. Nining sudah bangun mendahului Yasmin. Ia memasak masakan kesukaan Aji, kebetulan stok bahan makanan itu ada di kulkas. "Dek, kamu mencium sesuatu nggak?" bisik Aji pagi itu. "Iya, sedep banget. Kayaknya dari dapur Mas," jawab Yasmin. Mereka berdua lantas turun dari tempat tidur.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status