All Chapters of The CROWN (Sang Pewaris Takhta): Chapter 21 - Chapter 30
56 Chapters
Bab 21. Mahkota Bunga adalah Crystal
"Ini sudah yang kesekian kali aku memergokimu mengintip kami latihan. Apa yang kau inginkan?" Pertanyaan George menggelegar di taman bagian selatan yang sepi. Sore ini hanya ada dirinya dan Alexant yang berlatih. Jenderal Wallace menemani Raja Henry pergi ke suatu tempat bersama Perdana Menteri Nicholas Baige. Entah ke mana mereka tidak tahu, yang pasti mereka diminta untuk berlatih sendirian –hanya untuk sore ini karena besok jenderal sudah akan kembali. George sudah melihatnya, gadis berambut pirang sepinggang itu selalu mengintip mereka berlatih sejak beberapa hari yang lalu. Berlindung di atas pohon, bersembunyi di antara cabang dan daun-daunnya yang rimbun. Entah apa yang diinginkannya, tetapi sebagai seorang pengawal yang bertugas menjaga keselamatan putra mahkota, gerak-gerik gadis itu sangat mencurigakan di matanya. Sementara itu, Beatrice mengerut ketakutan. Dia tidak menyangka jika apa yang dilakukannya akan ketahuan. Dia tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin melihat saja.
Read more
Bab 22. Gadis Yang Terluka
Istana ini sangat luas, banyak barang-barang indah dan mewah di dalamnya, juga taman-taman yang ditumbuhi bunga aneka warna. Terdapat air mancur besar pada setiap taman. Namun, tidak ada seorang pun dari penghuni istana yang mendekatinya, mereka takut airnya akan menciprati pakaian dan sepatu mereka jika berjalan melewatinya. Mereka lebih memilih untuk berjalan di lorong istana daripada menikmati indahnya taman. Padahal istana ini memiliki taman yang sangat indah, tetapi ditelantarkan begitu saja. Maksudnya, bukan tidak dirawat, melainkan tidak dinikmati keindahannya. Mungkin karena tidak adanya ratu di istana ini sehingga taman dan tempat-tempat indah lainnya kurang diminati, mereka terabaikan. Beatrice Llyod berlari seorang diri mengitari taman. Dia sedang mengejar seekor kupu-kupu yang sejak tadi menari seolah menggodanya. Sudah beberapa kali dia berusaha menangkapnya, tetapi tak pernah berhasil. Kupu-kupu itu selalu lolos dari kungkungan tangannya yang mungil. Seandainya saja di
Read more
Bab 23. Anak yang Tidak Diinginkan
Alexant terkejut melihat reaksi Selena. Dikiranya Selena akan mengkhawatirkan putrinya seperti khawatir kepadanya, ternyata sebaliknya. Selena justru menghardik putrinya dan menuduhnya dengan kejam. "A ... aku tidak melakukan apa-apa, Mama." Beatrice menggeleng. Wajahnya semakin mengerut menahan sakit yang semakin menjadi di bagian lengannya. Cengkeraman mamanya terlalu kuat, ditambah cengkeramannya yang sedikit mengenai luka terbuka di sikunya. Rasanya sangat perih. "Di ... dia yang mendorongku sampai terkena dinding kolam air mancur.""Jangan beralasan!" hardik Selena. Mata birunya membelalak. "Pasti kau yang sudah mengajak Pangeran Alexant ke sana. Selama ini dia baik-baik saja. Seperti kuduga sebelumnya, kedatanganmu ke sini hanyalah malapetaka!""Selena!" Sudah cukup, ia tidak bisa membiarkannya lagi. Alexant berdiri, menjauhi sofa yang tadi didudukinya, dan menghampiri Selena. Tangannya membuka cengkeraman kuat Selena di lengan kanan Beatrice. "Apa yang kau lakukan pada putri
Read more
Bab 24. Mencari Beatrice
Seorang anak kecil sangat jarang memiliki perasaan peka dan kasihan. Akan tetapi, tidak bagi Alexant. Meskipun tidak mengenal dan baru mengetahui nama Beatrice baru tadi siang, dia bersimpati pada gadis itu. Beatrice tidak mendapatkan kasih sayang dari Selena, bahkan sepertinya Selena membencinya, sangat terlihat dari tatapan dan sikap Selena yang tidak peduli dengan keadaannya. Selena lebih mengkhawatirkannya daripada putrinya sendiri yang mengalami luka lebih parah. Beatrice lebih membutuhkan pertolongan medis dibandingkan dengannya. Ia hanya mengalami luka dan memar di bagian pelipis. Sementara itu, Beatrice selain luka di pelipis juga mendapatkan luka tambahan di siku. Kedua lukanya juga lebih besar dari lukanya, harus segera diobati jika tidak ingin infeksi. Saat ini, Alexant sedang berada di dalam kamarnya. Ia bahkan melewatkan latihan bersama George karena merasa kurang enak badan. Bukannya sakit, ia hanya merasa malas saja. Alexant tahu jika ini bukan dirinya. Tidak biasan
Read more
Bab 25. Masih Belum Menemukan
Alexant sudah memutuskan untuk meminta bantuan George mencari keberadaan putri Selena. Semoga saja George tidak sedang sibuk atau apa pun itu namanya. Akan sangat memakan waktu jika harus mencari sendirian karena ia tidak mungkin bertanya pada para prajurit ataupun pelayan. Namun, George bisa melakukannya. Peraturan kerajaan memang sedikit aneh dan tidak masuk akal bagi Alexant. Sedikit memberatkan kedua belah pihak –pelayan dan majikannya– di mana keduanya tidak boleh bertegur sapa. Bahkan pelayan tidak boleh menyentuh keluarga kerajaan. Jika pelayan memiliki banyak peraturan, maka prajurit sedikit longgar. Mereka tidak akan dihukum hanya karena menyentuh keluarga kerajaan, apalagi dalam keadaan terdesak. Oleh sebab itu, kemarin saat ia terluka seorang prajurit membantu memapahnya. Meskipun ia merasa tidak memerlukannya, tetapi –mungkin– prajurit itu merasa jika menolongnya adalah suatu kewajiban bagi mereka. Alexant merasa ia sangat mujur hari ini. Di balik hilangnya konsentrasi
Read more
Bab 26. Bertemu Lagi
Mencari bukanlah sesuatu yang disukai Alexant, apalagi jika tidak menemukan setelah beberapa lama mencari. Sungguh, ia hampir merasa putus asa. Seandainya saja Fasha tidak keluar dari kamarnya beberapa detik lagi, mungkin ia akan melampiaskan kekesalannya pada orang-orang di sekitarnya, entah malam nanti atau besok. Masalahnya, ia tidak ingin terus penasaran yang hanya akan membuat konsentrasinya terbelah. Ia ingin bersungguh-sungguh memikirkan pelajaran dan apa yang menjadi tugasnya, bukan memikirkan sesuatu yang tidak penting seperti Beatrice Llyod. "Ya ... Yang Mulia, apa yang Anda lakukan di sini?" Fasha bertanya dengan gugup. Peristiwa lebih dari dua minggu yang lalu kembali terbayang, saat Beatrice menabrak Alexant tanpa sengaja. Kemarahan Alexant kembali berlarian di pelupuk matanya, membuatnya sedikit ketakutan. Alexant menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya ia merasa sangat lega melihat Fasha bersama Beatrice, tetapi tak ditunjukkannya di depan dua perempuan itu. Ia hanya m
Read more
Bab 27. Bahagia yang Berbeda
Fasha masih gemetar. Tangannya yang menggenggam tangan Beatrice masih berkeringat. Ia terlalu senang dengan kenyataan bahwa Alexant ternyata mengenalnya. Berpuluh tahun dia tinggal dan bekerja di sini, bahkan dia rela tidak menikah hanya untuk mendampingi Selena, dia tidak pernah berpikir jika putra mahkota mengenalnya. Dia tidak pernah tahu jika putra mahkota juga memperhatikannya. Sungguh, ini seperti mimpi, dan dia tidak ingin terbangun. Seandainya saja Beatrice tidak memekik karena terlalu gembira, dia tidak akan mungkin kembali ke alam sadar. Fasha meliriknya, tersenyum melihat wajah bahagianya. Beatrice berhak mendapatkannya –perhatian Alexant, setelah tidak mendapatkan apa pun dari ibunya. "Kau pasti sangat senang."Beatrice mendongak menatap Fasha. Kepala pirangnya mengangguk. Dia belum bisa menjawabnya, masih ingin tersenyum saja. Fasha menggeleng pelan beberapa kali. Senyum kembali menghiasi bibirnya. Dia memaklumi, sebagai seorang yang tidak pernah memiliki seorang teman
Read more
Bab 28. Harapan Sebening Crystal
Langit malam ini sangat indah. Cerah dan dihiasi taburan bintang. Kejora berkelip manja di bagian timur langit, seperti mata seorang gadis yang menggoda pemuda kecintaannya. Angin bertiup semilir, nyaris tak terasa di kulit meski tidak tertutup apa pun. Satu kata untuk malam ini, sempurna. Crystal duduk di pangkuan Astrid di balkon kamar tidurnya. Sejak selesai makan malam mereka duduk di sana, memandangi langit yang terlihat lebih indah dari biasanya. Mereka meninggalkan Edmund di ruangannya bersama salah seorang temannya, seorang bangsawan dari kota. Pria itu sebulan sekali pasti datang ke kediaman mereka di Rainbow Hill, menceritakan segalanya yang terjadi di kota pada Edmund. Obrolan yang tidak terlalu penting itu biasanya akan berakhir setelah lewat tengah malam, disambung besok ketika dia kembali berkunjung. Mereka –para wanita– tidak pernah tertarik dengan obrolan mengenai politik semacam itu. Astrid selalu membawa Crystal menjauh –biasanya ke kamar tidurnya, dan menemaninya
Read more
Bab 29. Ancaman Untuk Beatrice
"Jangan pernah sekali-kali lagi kau mencoba untuk belajar bersama Pangeran Alexant." Selena menggeram tertahan. "Cukup Fasha saja yang mengajarimu, kau tidak memerlukan guru yang lain!" Dengan kasar Selena mengempaskan lengan Beatrice yang dicengkeramnya. Ini sudah keterlaluan! Apa yang dilakukan Beatrice sangat memalukan. Bisa-bisanya dia kembali kedapatan berada di perpustakaan pribadi raja, bersama Alexant yang sedang belajar ilmu alam. Ini sudah yang kesekian kali. Lord Damian –guru ilmu alam Alexant– sudah dua kali melaporkan padanya tentang masalah ini. Begitu juga dengan Madam Petrova. Guru etika dan tata krama itu mengeluhkan kehadiran Beatrice di perpustakaan. Katanya, Beatrice mengganggu dan sulit untuk diajari tata krama. Madam Petrova tidak mengusir Beatrice seperti yang dilakukan guru-guru Alexant lainnya, dia justru mengajarinya. Sayangnya, Beatrice tidak pernah bisa melakukan seperti yang diperintahkannya. Tidak bisa berjalan anggun selayaknya wanita bangsawan, atau
Read more
Bab 30. Ketakutan Beatrice
Sunyi, senyap, tak terdengar suara, bahkan helaan napas. Ruangan luas ini seolah meredam semua bunyi-bunyian yang ada. Beatrice menggigil di tempatnya, di kaki sofa tempat Selena menghempaskannya. Dia tidak berani bergerak sejak beberapa saat yang lalu, posisinya tetap sama. Kedua tangan memeluk lutut, kepalanya terbenam di antara kedua lutut, menunduk dalam-dalam sehingga hanya sebuah gundukan berwarna pirang yang terlihat, dan bahu mungil yang bergetar. Beatrice menangis tanpa suara saking takutnya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut Mama.Tidak ada yang lebih mengerikan dari ancaman Mama barusan. Berpisah dari Alexant merupakan mimpi buruk baginya, dia tak ingin itu terjadi. Alexant adalah segalanya, bersama Alexant selamanya adalah mimpinya. Jika harus dipisahkan dari Alexant, lebih baik mati rasanya. Mungkin terlalu berlebihan bagi seorang anak yang masih berusia sepuluh tahun untuk berpikir tentang kematian dan lain sebagainya. Masalah itu adalah masalah orang dewasa, t
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status