All Chapters of Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
31. Febian Wijaya
Junaedi dan Sarah pun bergegas keluar dari mobil untuk mencari keberadaan kamera itu."Kamu tunggu di sini saja!" ujar Junaedi kepada Jamelah agar tetap berada di dalam mobil.Sembari memegang laptop, Sarah melihat bahwa tayangan kamera sedang menuju kearahnya dan juga Junaedi. Dia memberitahu hal tersebut kepada Junaedi. Di depan pintu rumah, tampak Marina dan Kakek Sutejo berjalan keluar menghampiri mereka. Sebuah benda bulat kecil tampak mengkilap terkena pancaran cahaya matahari pagi. Benda kecil tersebut menempel pada seonggok besi beroda dua, yaitu alat yang selalu di pakai Sutejo kemanapun orang tua itu pergi.Junaedi menyipitkan mata. Benda kecil itu semakin mendekatinya. Setelah Marina dan Sutejo berada di hadapannya, Marina pun berkata."Ada apa? Apakah ada sesuatu yang tertinggal?""Ya. Ada sesuatu yang tertinggal." Junaedi berjongkok. Kini, benda itu tepat berada di hadapannya. "Apakah yang kamu maksud adalah benda kecil ini, Sarah?" ucapnya menunjukan benda tersebut kepa
Read more
32. Geng Somelekete
Hari menjelang malam dan para pengunjung semakin sepi. Marina pikir, orang itu telah pergi karena tak tampak lagi batang hidungnya. Sehingga gadis itu berkeinginan untuk keluar sebentar mencari angin. Ia sangat suntuk. Sejak tiba di restoran, terus berhadapan dengan pelanggan tanpa henti membuat air keringat di pelipisnya terus bercucuran.Namun, ternyata pria itu hanya pindah posisi berada di seberang jalan raya. Pria bernama Febian Wijaya itu duduk melipat tangan di sebuah bangku kayu yang lusuh di bawah pohon kersem samping Toko Roti Sukesi. Matanya menatap tajam Marina sembari menunjukkan seringai.Tampaknya Marina belum menyadari keberadaannya. Febian mengendap mendekati gadis itu sembari menyiapkan sebuah kain yang telah diberi obat bius. Dengan cepat, ia bergerak dari belakang Marina dan nembius wanita itu."Emmmmmm!" erang Marina membelalakan mata sambil menahan tangan kekar pria itu. Tapi, usahanya itu sia-sia. Pandangannya mulai kabur dan akhirnya pingsan. Febian pun segera
Read more
33. Tak terduga
Beberapa jam setelah Junaedi pergi meninggalkan rumah."Begonya kambuh! Haduh, Mas Juned ... Mas Juned! Bisa-bisanya nekat datang sendiri," ujar Sarah memijat-mijat kening. Gadis itu terus memantau keadaan Rumah Makan Ba-Kul dari laptopnya. Jamelah pun ikut melihat di sisi Sarah. Matanya membulat saat melihat sosok pria yang tak asing terekam CCTV depan rumah makan."Pria itu ..." Jamelah mengamati sosok pria itu dengan teliti."Kamu kenal?" tanya Sarah."Dia ... salah satu kakak dari Ambar Wijaya."Mata Sarah pun ikut membulat. "Apa! Ayo kita susul dia sekarang!" Gadis itu bergegas menutup laptop."Tunggu! Tenanglah! Kita nggak tau ada berapa orang yang akan kita hadapi. Pria itu juga bukan pria biasa meskipun dia datang seorang diri. Dan lagi, walaupun luka di kakiku masih tergolong ringan, ini sangat mengganggu pergerakanku. Ayo kita ke Dusun Buaran dulu, sebelum dia melakukan aksinya! Aku akan meminta bantuan Om Cecep dan gengnya," ujar Jamelah.Mereka pun pergi ke dusun dengan m
Read more
34. Meledak
"Apa kau pikir, hanya kau saja yang memiliki pasukan?" ucap Febian masih dengan senyum seringai.Dor!Jamelah menembak, dan mengincar bagian jantung, tapi rupanya posisi Febian sedikit bergeser sehingga hanya mengenai bahu kirinya.Seketika itu, Febian mengalami sedikit guncangan di sebagian tubuhnya. Dia memegang bahu yang terkena tembakan, menggertakkan gigi sembari berteriak."Habisi mereka!"Kurang lebih, tiga puluh orang pasukan Febian menyerbu Geng Somelekete secara bersamaan. Pertempuran besar pun terjadi di tengah jalan raya.Geng Somelekete yang jumlahnya lebih sedikit tentu saja bisa memenangkan pertempuran itu. Dibandingkan dengan tiga puluh pasukan Febian yang hanya bisa mengandalakn senjata, Geng Somelekete sudah terbiasa terjun ke pertarungan dengan tangan kosong. Sehingga, sangat mudah untuk Cecep dan pasukannya bisa menang.Febian merasa sudah terpojok. Luka tembak di bahunya semakin terasa. "Tidak ada pilihan lain!" umpat pria itu mengeluarkan suatu benda tabung berwa
Read more
35. Tak ada celah
Satu pekan kemudian, hari-hari yang damai setelah mengantar Marina pulang, dalam sepekan ini tidak ada gangguan teror apapun. Namun, Sarah masih menaruh kecurigaan bahwa di rumah Marina masih tersisa kamera pengawas yang tidak ia ketahui.Junaedi dan Jamelah pun sudah cukup pulih untuk malakukan aktivitas. Mereka kembali berlatih di pagi hari sembari merenggangkan otot. Sementara itu, Sarah telah mencatat daftar lima nama tempat yang akan mereka selidiki. Diantaranya:1. Depan Stasiun M2. Pertigaan jalan menuju pertamina3. Lapangan Sitimarini4. Pertigaan Jembatan Jengkol belakang tanggul5. Pasar PapalalaSetelah Junaedi dan Jamelah melihat sekilas nama-nama tempat tersebut. Mereka merasa nama-nama tersebut tidak asing.Dahi Junaedi berkerut. "Bukankah ini ...""Ini adalah nama-nama lokasi lima restoran yang diambil alih oleh mantan istri Anda, Mas Juned!" imbuh Jamelah."Benar!" timpal Junaedi.Adapun Sarah, baru menyadari bahwa kelima tempat tersebut memang seperti yang mereka seb
Read more
36. Bangunan Tua
"Lihat di sana!" Jamelah menunjuk atas pagar. Tingginya sekitar 210 meter, dan di atas pagar tembok itu, tertancap banyak pecahan beling yang sudah berlumut. "Naiklah ke punggung saya, Anda bisa melihat apa yang terjadi di sana!""Apa kamu pikir aku akan menginjak-injak seorang gadis?" Junaedi berjongkok. "Kamu yang naik!" perintahnya."Baiklah!"Jamelah pun memanjat bahu Junaedi, dengan bantuan sisi pinggir tembok gadis itu bisa menjaga keseimbangannya dengan baik. Dia menjumpai di teras depan dalam bangunan itu, tergantung sekitar sepuluh ekor kucing telah bersih tanpa bulu. Tampak di bagian leher, terdapat bekas sembelihan.Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya pada suatu ruangan dengan pintu yang terbuat dari palstik, di sisi kucing-kucing yang tergantung itu. Matanya menyipit. Tiba-tiba, pria yang mereka ikuti tadi keluar dari balik pintu itu dengan menenteng lima ekor kucing yang telah di sembelih, tapi bulu-bulunya belum dibersihkan."Astaga! Pemandangan macam apa ini?" g
Read more
37. Terlambat
"Bau asap!" ucap Junaedi dengan alis terangkat dan dahi berkerut sembari mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahnya."Seseorang membakar ruangan ini!" sahut Jamelah.Braak! Braaak!Junaedi mencoba mendobrak pintu plastik ruangan tersebut agar mereka bisa keluar. Namun, Jamelah menyadari bahwa pintu tersebut akan segera meleleh dan menimpa Junaedi."Awas!" Jamelah sontak menarik mundur lengan Junaedi hingga beberapa langkah.Bruuk!Pintu plastik tersebut ambruk meleleh dengan api membumbung. Ruangan kedap suara yang terbuat dari lapisan greenwool, membuat api cepat menyebar karena greenwool mudah terbakar. Seketika, ruangan itu pun dipenuhi oleh api. Lelehan demi lelehan greenwool terjatuh menghujani mereka."Hati-hati!" ucap Junaedi menggenggam erat tangan Jamelah.Mereka melangkah melewati pintu yang sudah meleleh dan keluar dari ruangan tersebut. Saat mereka sudah keluar, mereka mendapati pria yang mereka ikat di sebuah tiang, telah gosong terbakar."Ckck. Cepat sekali mereka ber
Read more
38. Undangan
"Nawang Wulan," kata Sarah."Oh, aku tak heran!" balas Junaedi santai. Dia adalah orang yang paling mengenal gadis ABG itu dari siapapun. Hal ini karena mereka sama-sama berasal dari dunia yang berbeda."Bagaimana dengan rumah makan itu? Apa kalian menemukan hal yang aneh?" tanya Sarah kepada dua insan yang baru kembali itu."Kami hampir mati terbakar di sebuah bagunan tua!" ujar Jamelah.Dahi Sarah mengernyit. Sejenak, dia menghentikan permainannya dengan si gadis pelayan. "Apa yang lalian temukan di sana?""Peternakan kucing," sahut Junaedi. "Mereka menggunakan daging kucing untuk dijual, dan mengatakannya kepada pembeli bahwa itu adalah sate kambing.""Dia ... apakah orang yang waktu itu menuduh Anda, Pak Bos?" tanya Nawang Wulan."Benar. Tapi masih ada orang lain di balik mereka. Mereka hanya orang-orang suruhan, sedangkan pelaku asli bersembunyi di balik orang-orang itu! Mereka langsung dibunuh habis setelah kami mengetahui semuanya. Tidak ada satu pun dari mereka yang hidup untu
Read more
39. Ponsel bergetar
Tak lama kemudian, sepasang pengantin yang baru saja menikah datang menghampiri Junaedi dan Jamelah. Ambar Wijaya memeluk erat lengan Marsodi Sutejo dengan langkah beriringan. Mereka berdua, tampak mesra menunjukan sebuah keromantisan."Kau, cukup bernyali datang ke sini hanya berdua saja!" ucap Marsodi menunjukkan seringai di hadapan Junaedi."Apa yang harus ku takutkan? Aku bahkan masih bisa berdiri di sini setelah kau mencoba membunuhku beberapa kali," balas Junaedi menyunggingkan senyum.Sementara itu, mata Jamelah jelalatan dengan sedikit menyipit. Dia mengedarkan lirikan-lirikan bola matanya untuk mencari sosok pria bernama Guntur Wijaya. Beberapa detik kemudian, dia menangkap sosok pria itu. Seorang pria botak, bertopi bulat, dengan kaca mata hitam melekat di wajahnya. Wajah pria itu tampak berkerut menunjukan kebengisannya. Dia! Pria kejam yang senang mempermainkan nyawa manusia demi ambisinya.Makanan dan minuman, banyak terhidang di pesta itu. Namun, Junaedi dan Jamelah sama
Read more
40. Kompetisi
Prank!Kaca mobil belakang pun pecah.Jamelah menurunkan jendela kaca di sisinya. Kemudian ia membalas tembakan tersebut dengan beberapa tembakan.Dor! Dor! Dor!Gadis itu sengaja mengarahkan peluru pada ban mobil mereka, hingga peluru-peluru tersebut berhasil menembus dan mobil yang mereka kendarai tampak tak seimbang.Dor! Dor!Lagi-lagi, Jamelah meluncurkan pelurunya mengenai kaca depan. Kondisi ini membuat mereka tersentak segera menghentikan mobil.Beberapa saat kemudian, tanpa diketahui, Junaedi menyetir mobil menuju jalan buntu ke arah lautan Samudera Hindia. Lelaki itu sangat membelalakan mata melihat genangan air yang begitu luas jauh di hadapannya.Namun, karena kecepatan mobil maksimal, Junaedi tidak bisa mengontrol dengan baik. Jamelah dengan gesit, menendang tubuh lelaki itu hingga ia terpental membentur sebuah karang di pesisir pantai. Belum sempat Jamelah ikut keluar bersamanya, mobil sudah terjun terjebur ke lautan. Gadis itu pun menghilang ditelan ombak.Sarah yang men
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status