Lahat ng Kabanata ng Istri Kedua yang Dirahasiakan: Kabanata 31 - Kabanata 40
57 Kabanata
Adik Tiri yang Mengesalkan
Dhara berkedip. “Hmm, nggak .. aku nggak punya pacar.”Rio menggaruk kepalanya agak malu. Dia bertanya tanpa sadar. Dia sudah menahan pertanyaan ini selama beberapa minggu. Dhara sangat cantik dan sopan, dia tidak genit seperti beberapa karyawan wanita yang menggodanya.Rio berdeham dan bersandar santai di meja Dhara, dia tidak mau terlihat salah tingkah di depan Dhara. Ego laki-laki melarangnya.“Oh, cuma nanya aja. Tapi masa sih nggak punya pacar. Mbak Dhara sangat cantik loh ....”Dhara tersenyum canggung. “Makasih Pak, saya selama ini bekerja untuk membantu keluarga. Saya nggak punya waktu buat pacaran.”Lebih tepatnya dia tidak mau merasakan patah hati yang kedua kali setelah dicampakkan dan tinggal nikah oleh mantannya. Tapi mantannya itu sekarang malah menjadi bosnya.Kalau dipikir-pikir ini kebetulan yang aneh. Dhara tidak percaya dengan takdir.“Kalo sekarang gimana. Nggak ada niat buat pacaran gitu?” Rio berkata dengan nada menggoda.“Kalo sekarang sih saya belum kepikiran.”
Magbasa pa
Kepulangan Baskara
Dhara menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan perasaan gelisah dan gugup selagi menunggu Baskara.Hari ini kepulangan Baskara dari perjalanan bisnis di Paris. Dhara diminta untuk menjemput bosnya di bandara karena Rio sedang mengikuti rapat di sore hari. “Ingat Dhara, kamu harus mengunci mulutmu ketika di depan Baskara,” gumamnya pada dirinya sendiri sambil meringis.Beberapa saat kemudian sekelompok orang keluar dari gate kedatangan dan berpencar. Sosok Baskara yang tinggi dan tampan langsung menarik perhatian Dhara.Baskara datang sendiri mengenakan kaos hitam polos yang dipadu jas krem c menarik koper besar di tangannya. Tidak ada Pak Hadi yang menemaninya. Wajah pria itu terlihat lelah dan tanpa ekspresi saat mengedarkan pandangannya ke sekeliling bandara. Begitu melihat Dhara, dia berhenti. Wajahnya sedikit tersenyum melambai pada wanita itu.Dhara segera menghampiri bosnya.“Apa kabar Pak Baskara, saya datang menjemput Bapak.” Dhara menyapa dengan sopan dan hormat. Dia men
Magbasa pa
Kamu berdarah
Dhara pulang jam delapan malam setelah mengantar mobil. Dia pulang lebih lambat karena terjebak macet. Miranda tidak ada di kamar kontrakkannya saat dia pulang. Akhir-akhir ini Miranda selalu pulang tengah malam.Miranda pulang tengah malam saat Dhara tidur, dan Dhara pun berangkat kerja saat Miranda tidur. Mereka jadi jarang berbicara. Namun Miranda masih belum pindah dari kamar kontrakkan Dhara.Dhara tidak mau memikirkan apa yang dilakukan Miranda, tapi selalu membuatnya kesal melihat kamarnya berantakan setiap pulang kerja karena Miranda.Kotak make up Miranda bertebaran di meja dan baju-bajunya berserakan di atas ranjang. Ini selalu terjadi dan Dhara tidak bisa mentolerir ini lagiDia langsung menelepon Miranda dan menegurnya dengan keras.“Kalo kamu bikin berantakan kamarku lagi, sebaiknya kamu cari tempat tinggal lain atau aku akan membuang baju-bajumu dan make up-mu!”“Apaan sih Mbak! Marah-marah nggak jelas banget! Aku lagi kerja tahu,” balas Miranda kesal.“Rapikan baju-baj
Magbasa pa
Aborsi
Kelopak mata Dhara mengerjap sebelum akhirnya terbuka. Dia mengerang mengusap mata karena pencahayaan yang sangat terang mengganggunya. Setelah beberapa saat dia membuka matanya. Dia disambut dengan langit-langit kamar yang dicat putih dan bau antiseptik.Dhara mengerang mencoba bangun.“Jangan bangun dulu, kamu masih sakit.” Sebuah suara disebelahnya menahan pundak Dhara agar tetap berbaring.Dhara menoleh ke samping yang disambut sosok Baskara yang duduk di sebelah ranjang dengan ekspresi serius.“Pak Baskara ....” Dhara tergagap dan buru-buru ingin bangun.“Tetaplah berbaring.” Baskara berdiri menahan Dhara agar tetap berbaring.Dhara berbaring dengan ekspresi bingung menatap Baskara.“Kenapa Pak Baskara ada di sini?” tanyanya lalu menatap ke sekeliling kamar. "Di mana saya?”“Kamu di rumah sakit. Kamu pingsan di kantor.”Dhara mengingat apa yang terjadi sebelum dia pingsan. Wajahnya langsung memucat, dia mencoba bangun dan meraba perutnya panik. Dia ingat darah mengalir di kakiny
Magbasa pa
Menyelidiki Masa Lalu Dhara
“Apa aborsi saja?” bisik Dhara pada dirinya sendiri.Dhara mencengkeram rambutnya frustasi dan panik. Hidupnya sudah sulit, dia adalah generasi sandwich di keluarganya. Dia hamil dari pria yang tak dikenalnya. Jika dia melahirkan anak ini tanpa menikah, anak ini hanya akan menderita dan membuat hidupnya yang sulit tambah sulit.Aborsi adalah pilihan yang tepat.Air matanya mengalir di pipinya saat dia mengelus perutnya.“Maaf Nak, semua ini salahku. Kamu nggak bisa lahir dengan keadaan ibumu seperti ini.”Dhara menutup wajahnya dan menangis. Dia sangat takut dan menyesal. Selama seharian itu Dhara menangis di kamar rawat.....Setelah seharian menangis, Dhara mulai tenang dan meninggalkan rumah sakit.Rio meneleponnya untuk menanyakan keadaannya lalu menyuruhnya istirahat dan mengambil cuti besok. Kata pria itu Baskara menyuruhnya cuti seminggu. Rio tidak menyinggung sesuatu tentang kehamilannya yang membuat Dhara bersyukur.Tapi dia tidak ingin mengambil cuti. Tidak mudah mendapat
Magbasa pa
Kemarahan Dhara
“Akh!” Miranda tersentak kaget dan menoleh dengan cepat.“Mbak Dhara kok pulang cepat.” Dia tersenyum dan menutup laptop Dhara dengan cepat.Dhara mengerut kening, tidak senang Miranda mengacak-acak barangnya. “Apa apakan laptopku itu?”“Aku pinjam laptop Mbak. Ada tugas yang aku urus,” Miranda cengengesan.“Kamu punya laptop sendiri, kenapa pake punyaku.”“Punyaku rusak. Aku pinjam laptop Mbak, nggak lama kok.”“Terus kenapa kamu acak-acak lemari buku dan berkas-berkas kerjaku!” Dhara masih tidak senang.Miranda orang yang sangat berantakan. Dia malas merapikan barang-barang yang sudah diacak-acak.“Nanti aku rapikan kok.”“Alah, nggak pernah kamu ngerapiin. Kapan kamu pindah tempat? Kamu bahkan nggak bayar biaya kontrakan.” Dhara sudah jengkel tinggal bareng adik tirinya.Miranda hanya tinggal dan tidur secara gratis, tapi tidak pernah sedikitpun membantunya bersih-bersih atau merapikan tempat tinggal mereka. Dia hanya tahu membuat tempat tinggalnya berantakan.Miranda cemberut.“Ce
Magbasa pa
Gosip
Dhara menegang.“Nggak kok, memangnya kenapa?”“Soalnya aneh saja Pak Baskara ngantarin kamu ke rumah sakit. Kamu nggak lihat muka Pak Baskara cemas dan panik pas kamu pingsan.”“Iyakah? Mungkin Pak Baskara perhatian dan peduli sama bawahannnya.”Rio menatapnya dengan ekspresi tidak percaya. “Tapi Pak Baskara orang yang super sibuk. Dia menggendong kamu dan nganter kamu langsung ke rumah sakit. Pak Baskara bahkan ninggalin pekerjaannya.” Setelah mengatakan itu, Rio menatap Dhara hati-hati.Rio seorang pria dan juga menyukai Dhara. Dia merasa perlakuan Baskara pada Dhara kemarin lebih dari sekedar kepedulian bos sama karyawannya.Dhara tertegun mendengar itu. “Pak Baskara langsung nganterin saya dan menggendongku?”Apa Baskara menggendongannya di depan karyawan seperti itu? Dhara tidak bisa membayangkan Baskara menggendongnya dari kantornya sampai ke lantai bawah perusahaan. Semua karyawan pasti menyaksikan itu.Wajah Dhara memerah lalu berubah pucat. “Pak Baskara nggak gendong saya di
Magbasa pa
Marah Karena Apa?
“Jangan khawatir, nggak papa kalo kamu masuk kerja.” Sikap Hadi lebih ramah daripada kemarin. Dia menatap Dhara dengan tatapan sedikit aneh di matanya.“Apa kamu sudah baikkan Mbak Dhara? Maaf sudah memberimu banyak tekanan kemarin.”“Enggak kok Pak, ini memang kesalahan saya. Saya juga sudah baikkan sekarang,” balas Dhara cepat.“Baguslah, kita akan rapat pagi ini jam 10.”Dhara mengangguk. “Baik Pak.”Hadi menuju ke meja kerjanya sementara Dhara menghela napas lega.Rio menepuk pundanya lembut. “Semangat Dhara.”Dhara tersenyum sambil mengangguk duduk kembali ke kursinya. Dia melirik sejenak ke arah kantor Baskara.Kaca jendela besar kantor Baskara tranparan hingga dia bisa melihat keseluruhan kegiatan bosnya. Wajah Baskara sangat dingin dan muramm saat melepas jas kerja sebelum duduk di kursi kebesarannya. Raut wajahnya mengingatkan Dhara saat Baskara pergi dari kamar rawatnya dengan marah kemarin.Dhara mencoba mengingat kata-kata apa yang dia ucapkan kemarin hingga membuat sang
Magbasa pa
Siapa yang Membocorkan Informasi Perusahaan
Dhara buru-buru menyahut. “Ya Pak?”“Kenapa kamu masih di situ. Cepat persiapkan presentasi sekarang, semua orang sudah menunggu.”“Ba-baik Pak.” Dhara lalu menatap Gadingg sopan. “Saya permisi dulu Pak Gading,” lanjutnya lalu dengan cepat meninggalkan Gading dan menuju ke podium.Gading mendengus dan duduk di salah satu kursi direktur di ujung meja di sisi kiri kursi utama yang di duduki Baskara. Gading menyilangkan tangannya di depan dada angkuh sambil menyeringai memandang Dhara yang tengah mempersiapkan presentasi di podium.Dia merasa tatapan Baskara dan menoleh. Gading mengangkat alis melihat tatapan tajam Baskara padanya.“Kenapa Baskara?” “Apa yang kamu bicarakan dengan asistenku?” Baskara bertanya tanpa basa-basi.“Kamu hanya mengobrol santai. Mbak Dhara dulu juga mantan karyawan hotelku. Aku nggak nyangka kamu merekrutnya jadi asistenmu. Aku kaget banget waktu dengar Mbak Dhara jadi asistenmu.”Baskara mengangkat alis. “Kamu pernah bertemu dengan Dhara?”“Ya, kami pernah
Magbasa pa
Kecurigaan
“Hanya sekretaris dan asistenmu yang tahu tentang rancangan proyek teknologimu,” lanjutnya kemudian. Raut wajah Hadi dan Rio langsung berubah. Mereka memprotes. “Itu nggak mungkin! Nggak mungkin kami membocorkan informasi proyek teknologi ini pada pihak luar!” Jantung Dhara berdegup kencang. Selain Hadi dan Rio, dia juga tahu tentang teknologi yang dirancang Baskara dan bahkan dia pula yang menyusun presentasinya. Dia juga tidak mungkin membocorkan proyek teknologi ini pada orang lain. “Lalu bagaimana dengan mbak Dhara? Apa kamu yang membocorkan proyek teknologi ini pada orang lain?” Gading yang sedari tadi diam, tiba-tiba berbicara mengalihkan perhatian semua orang pada Dhara yang masih berdiri di podium. Mata Dhara melebar menatap Gading. Pria itu menyeringai menatap ke arahnya. Dhara mengerti sekarang. Dia tidak mungkin membocorkan proyek teknologi ini, tapi dia menyimpan proposal ini di kamar kontrakannya. Satu-satunya orang yang tinggal bersamanya adalah Miranda. Dan Miranda
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status