All Chapters of Putra Tersembunyi CEO Kejam: Chapter 21 - Chapter 30
124 Chapters
Bab 21. Suasana Panas Saat Makan Siang Bersama
Eric tengah sibuk menandatangani dokumen-dokumen penting yang ada di meja kerjanya. Carlson Group memang perusahaan besar yang memiliki banyak cabang di seluruh penjuru dunia. Kantor pusat mereka berada di Amerika yang saat ini sudah dipegang oleh Erland Dalbert Carlson yang menjadi CEO di sana. Sedangkan Eric, Erian menempatkannya di cabang yang ada di Indonesia. Sebenarnya bukan Erian yang memilih cabang ini, melainkan Eric sendiri. Karena dia harus tetap berada di sini agar dia bisa mencari Arya Subagja untuk membalaskan dendamnya. Namun, meskipun begitu. Dia tetap tidak bisa membalaskan dendamnya karena waktu itu dia kesulitan mencari Arya. Dan di saat dia sudah menemukannya, dia tetap tidak bisa membalaskan dendamnya. Karena Arya sudah meninggal. Dan sekarang, dia mengetahui bahwa Arya memiliki seorang putri. Karena itulah, tidak ada pilihan lain baginya selain melampiaskan dendamnya itu kepada putri dari Arya Subagja. Tok tok! Ceklek! Pintu ruang kerja Eric terbuka setelah t
Read more
Bab 22. Amarah Tak Terkontrol
Eric langsung menoleh kepada Erland, setelah mendengar apa yang dikatakannya. 'Apa maksudnya, apa dia tahu tentang pernikahanku?’ batinnya. Erian menoleh kepada Erland. “Sesuatu yang mengejutkan?” tanyanya dengan keningnya yang berkerut. “Iya Pah, Eric ... dia sudah menikah,” jawab Erland. Mendengar itu, membuat Erian dan Liana sontak terkejut. Mereka langsung melihat kepada Eric dengan tatapan meminta penjelasan. “Eric, apa benar yang dikatakan Erland. Kau, sudah menikah?” tanya Erian. Eric hanya terdiam, tatapannya itu berubah menjadi tajam. Tampak kedua tangannya juga sudah terkepal. Dia sudah menduga ini, Erland pasti mengetahuinya. Lagi-lagi dia kalah, dan Erland berada tepat di depannya. “Eric, papamu bertanya. Apa benar kau sudah menikah?” tanya Liana. “Memangnya kalau sudah, kenapa?” tanya balik Eric, dari suaranya terdengar jelas bahwa dia tengah menahan amarah. “Kau! Kau menikah tanpa memberitahu kami! Apa yang kau pikirkan Eric?!” Suara Liana meninggi. Dia tidak meny
Read more
Bab 23. Berani Sekali Kau!
“Eric!”Sebuah suara keras menggelegar yang memanggilnya itu akhirnya bisa menyadarkan Eric dari amarahnya. Dia menghentikan aksi pemukulannya kepada Erland, dan melirik dengan tajam kepada asal suara itu.Nafas memburu keluar dari mulut Eric, dia lalu mengusap keringat yang berada di bawah matanya. Dan berdiri tegak menghadap papanya yang tadi memanggilnya.Plakk!Erian kembali menampar Eric dengan kerasnya, hingga wajah Eric terhempas ke samping. “Kau sudah keterlaluan, kau berani memukul kakakmu!” ucapnya dengan suara tinggi.Eric menyeka dengan ibu jarinya darah yang keluar dari sudut bibirnya, hasil dari tamparan papanya tadi. “Bukannya papa yang bilang, siapa yang lebih kuat dialah pemenangnya. Aku sudah membuat kakak babak belur. Bukankah itu artinya aku yang menang,” jawabnya dengan santai.Erian mengepalkan tangannya, ucapan Eric yang kurang ajar membuatnya benar-benar tidak bisa mengendalikan amarah. “Pulanglah, dan pikirkan kesalahanmu, papa akan memberikanmu satu kes
Read more
Bab 24. Perasaan Asing yang Baru Dirasakan
Alana tersentak dengan apa yang Eric katakan. Dia pun langsung melihat ke sekitarnya. Dan kembali terkejut setelah mengetahui bahwa ini bukanlah kamarnya.“I-ituuu, aku ... aku ....” Entah bagaimana Alana harus memberi alasan, tidak mungkin dia jujur kan kalau dirinya menyelinap masuk ke sini untuk mencari ponselnya.“Jangan bilang kau ke sini karena untuk menca –““Kau terluka?” tanya Alana yang memotong ucapan Eric, tampak tangannya itu juga menyentuh pipi Eric yang memerah dan memar akibat tamparan Erian.Deg!Eric yang memang masih membungkuk di hadapan Alana itu langsung diam membatu saat merasakan hangat tangan Alana yang menyentuh wajahnya. Pandangannya itu lalu fokus melihat mata Alana yang justru terus melihat ke arah lukanya.Grep!Eric memegang tangan Alana yang menyentuh wajahnya itu hingga membuat Alana terkejut.“Berani sekali kau memotong pembicaraanku, kau juga telah berani menyentuhku tanpa seizinku,” ucap Eric dengan dingin.Namun, sepertinya Alana tidak m
Read more
Bab 25. Ingin Memastikan Sesuatu
Eric terbangun dari tidurnya, tangannya itu terangkat dan menyentuh kedua matanya.Tuk!Eric terkejut saat merasakan sesuatu yang jatuh ke keningnya. Matanya itu kembali terbuka dan tersentak saat melihat kepala Alana yang ternyata menyentuh keningnya. Sepertinya tanpa sadar kepalanya itu jatuh dan akhirnya berada di kening Eric sekarang.“Dia masih ada di sini?” gumamnya.Eric lalu melihat jam dinding yang ada di kamarnya. “Pukul 4 subuh? Aku, aku tidur selama itu? Aku?”Eric seakan terkejut, karena dia bisa tidur sangat lama. Bahkan lebih dari 8 jam, sedangkan biasanya dia tidak pernah tidur dengan lama, paling lama dia hanya tidur 1 jam, karena dia memang tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Tapi saat ini, apa yang terjadi padanya.Eric lalu kembali melihat pada Alana yang wajahnya masih ada di kening Eric. “Apa semua ini karenanya? Tidak! Tidak mungkin ini karena gadis ini, ini pasti karena aku terlalu lelah, karena itulah aku bisa tidur dengan nyenyak. Iya, pasti karena i
Read more
Bab 26. Pertemanan yang Baru Terjalin
Matahari sudah semakin meninggi, hari pun semakin terik. Tampak seorang anak laki-laki duduk di sebuah kursi yang ada di taman depan gedung sekolahnya. Anak laki-laki yang tak lain adalah Alden itu hanya duduk diam menunduk dengan memandang rumput hijau yang tumbuh di tanah. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya diam dengan wajah sedihnya.Dari kejauhan, seorang anak laki-laki yang sedang bermain dengan teman-temannya, terus menatap ke arah Alden. Dia seperti tertarik dan ingin menghampiri Alden yang terus duduk seorang diri di taman. “Teman-teman, apa kalian tahu siapa anak itu?” tanyanya.Teman-temannya yang sedang bermain dengannya pun melihat ke arah jari telunjuk anak laki-laki itu yang mengarah pada Alden.“Ohh, itu kan Alden. Dia satu kelas dengan kita.”“Benarkah? Kok aku enggak pernah liat ya,” ujar anak laki-laki itu.“Hmm karena dia memang pendiam. Padahal di awal pertama masuk sekolah, dia termasuk anak yang ceria. Tapi tidak tahu kenapa sekarang dia jadi pendiam,” jawa
Read more
Bab 27. Apa Dia Mendengarnya?
Malam harinya, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 20.03 malam. Dimana para keluarga di seluruh penjuru dunia tengah menghabiskan waktu bersantai mereka bersama dengan keluarga mereka masing-masing.Tak beda jauh juga dengan keluarga Cedric. Saat ini dia dan kedua orang tuanya tengah berada di ruang santai, duduk bersama di sana sambil menyalakan televisi dan memakan camilan.“Sayang, hari ini Cedric sudah membuatku senang,” ujar Silvia yang merupakan ibu dari Cedric kepada suaminya Christian.Membuat Christ dan Cedric langsung menatap padanya.“Memangnya apa yang dia lakukan” tanya Christ yang sepertinya penasaran.Dengan senyum lebarnya, Silvia meraih Cedric dan memeluknya sambil menjawab pertanyaan Christ. “Hmm hari ini dia menghabiskan bekalnya, juga sayur brokoli yang kumasakkan,” jawab Silvia.Christ yang tersentak itu langsung melirik pada Cedric. “Benarkah? Kau bilang kau tidak suka sayuran itu?” tanyanya.“Iya, aku memang tidak suka. Bukan aku juga yang habiskan,” j
Read more
Bab 28. Jangan Menyentuhku!
Eric menatap tajam pada Alana, tatapannya itu semakin membuat Alana merasa gugup dan panik. Bahkan saking paniknya, suara telanan saliva dari Alana terdengar sangat jelas.“Kau ....”Mendengar suara Eric yang begitu dekat membuat dada Alana terus berdebar dengan kuatnya. Dia menunduk, menutup matanya. Karena tatapan tajam Eric, selalu membuat nyalinya menciut. Benar-benar menakutkan.“Kau! Apa kau hanya akan berdiam diri? Ayo bantu lepas jasku,” ucap Eric.“Ehh?” Alana langsung mengangkat kembali wajahnya, setelah mendengar apa yang Eric katakan. ‘Jadi, dia bukan mau menginterogasi atau memukulku, melainkan memintaku untuk melepaskan jasnya?’ batinnya yang kebingungan.“Kau masih diam? Apa aku harus mengatakannya dua kali?” kesalnya.“Ahh, ohh i-iya,” jawab Alana yang langsung tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara Eric yang kesal.Alana pun berpindah posisi ke belakang Eric dan mengangkat tangannya untuk menyentuh jas Eric.“Tunggu!” Tahan Eric, sontak tangan Alana
Read more
Bab 29. Posisi Tak Terduga
Tanpa terasa malam yang sunyi itu kini telah berubah menjadi hari yang cerah dengan bunyi burung-burung yang menghiasinya.“Euukkkkhhh.” Eric merenguh dalam tidurnya, dia lalu bergerak-gerak mempererat pelukannya pada bantal gulingnya, namun dia merasa bantal gulingnya saat ini terasa lebih nyaman dan juga lebih hangat, itulah yang membuatnya terus mempererat dan semakin mempererat pelukannya.Terasa burung-burung yang berkicau semakin berisik dan mengganggu tidurnya. Eric pun mulai membuka matanya, dengan terpaksa dia harus merelakan rasa nyaman dan hangatnya saat ini karena gangguan burung-burung itu yang seakan memaksanya untuk segera bangun. Namun, saat Eric mulai membuka matanya, betapa terkejutnya dia bahwa ternyata yang dia peluk itu bukanlah bantal gulingnya, melainkan Alana.Eric masih diam mematung dengan masih memeluk Alana, tampak posisi kepalanya saat ini berada tepat di dada Alana dan tangannya juga melingkar dengan eratnya pada pinggang Alana. Eric terus terdiam, d
Read more
Bab 30. Usaha Melarikan Diri
Alana berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Tampak tangannya itu dia pautkan satu sama lain, dari ekspresi dan gerak geriknya terlihat jelas bahwa dia saat ini sedang merasa gugup, karena hari ini dia akan mencoba untuk keluar dari mansion ini.Alana melihat ke arah jam dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul 09. 10 pagi. “Bagaimana pun caranya aku harus bisa pergi dari sini, aku tidak bisa menahannya lagi. Aku harus bertemu dengan putraku. Jika aku sudah bisa lari dari sini, aku dan anakku akan pergi jauh dari kota ini. Agar iblis bernama Eric itu tidak bisa menemukanku,” gumamnya.Alana menyiapkan dirinya sebaik mungkin untuk pelariannya ini, dengan helaan nafas yang keluar dari mulutnya, Alana pun mulai melangkah mendekati pintu kamarnya. Dia berharap, saat dia membuka pintu kamarnya nanti, semuanya akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan apa pun.Dengan tangannya yang gemetar, Alana meraih gagang pintu di depannya dan mengayunkannya ke bawah. Ceklek!Pintu pun t
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status