Putra Tersembunyi CEO Kejam

Putra Tersembunyi CEO Kejam

By:  Pwati  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
124Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Alana Zahira Subagja, merupakan pelukis terkenal yang harus rela kehilangan kariernya karena skandal kehamilannya, setelah dia melakukan cinta satu malam dengan pria yang tidak dia kenal, sialnya dia juga tidak mengingat wajah dari pria itu. Di saat yang sama, ayahnya juga jatuh miskin dan membuatnya benar-benar kehilangan segalanya. Hingga di usia kehamilannya yang ke 5 bulan, Alana juga harus menerima kenyataan jika ayahnya meninggal dunia dan meninggalkannya seorang diri. Namun, siapa sangka. Jika rupanya ayahnya itu memiliki musuh yang amat membencinya. Bahkan setelah mengetahui kematiannya pun, pria itu tidak melepaskan dendamnya dan justru menjadikannya sebagai pengganti balas dendam itu. Hingga akhirnya, sebuah fakta besar yang tidak diduga pun terkuak ....

View More
Putra Tersembunyi CEO Kejam Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
puji amriani
boleh dibaca ya seruuuu . semoga alurnya semakin seru tidak bulett kayak novel lainnya . semngat update kk. ditunggu banget..
2024-02-28 09:18:55
1
124 Chapters
Bab 1. Orang-orang Tidak Dikenal
Di sebuah rumah kecil dan reot yang berdinding kan anyaman bambu, tampak seorang wanita yang tengah menangis tersedu-sedu. Dia baru saja selesai memakamkan ayahnya yang meninggal hari ini, dia tidak bisa menahan kesedihannya karena sekarang tidak ada siapa pun lagi yang berada di sisinya. Sebenarnya sejak kapan kemalangan ini mulai menimpa padanya, apakah sejak 5 bulan lalu saat keluarganya jatuh miskin dan kehilangan semuanya, atau di saat dirinya dinyatakan hamil karena cinta satu malam dengan pria yang bahkan tidak dia ketahui dan ingat wajahnya, hingga membuat kariernya sebagai pelukis terkenal pun ikut hancur. Air mata wanita itu kembali menetes, dia lalu memegangi perutnya yang terlihat buncit, karena usia kandungan yang memang sudah menginjak 5 bulan. “Ayah, sekarang Alana harus bagaimana. Alana tidak tahu ayah hiks,” ucapnya. Alana menunduk, menyembunyikan wajahnya di sela-sela lututnya yang dia peluk dengan erat. Dia terus menangis, hingga tiba-tiba tangisannya itu pun te
Read more
Bab 2. Harusnya Kau Mati di Tanganku
Saat ini Eric sudah berada di dalam mobilnya, dia dalam perjalanan kembali ke kantornya setelah membakar rumah milik Arya Subagja. Eric menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi mobil, pandangan dinginnya itu menatap ke luar kaca jendela mobilnya, melihat jalanan yang dia lewati. Tiba-tiba terlintas di benaknya wanita yang tadi mencoba melarikan diri darinya. Dia melihat dengan jelas, bahwa perut dari wanita itu buncit. Itu artinya dia sedang hamil, apa mungkin putri dari Arya Subagja sudah menikah? “Jeff, apa putri dari ular tua itu memang sudah menikah?” tanyanya. “Maksud Anda Alana Tuan, menurut informasi yang saya terima. Dia belum menikah Tuan.” “Lalu, kenapa perutnya tadi buncit. Apa mungkin dia punya penyakit tumor di perut?” tanyanya lagi. “Buncit? Hmm, setahu saya dia juga tidak menderita penyakit apa pun Tuan. Tapi, tidak mungkin juga dia hamil tanpa punya suami. Atau mungkin, dia hamil di luar nikah?” Mendengar jawaban Jeff, tampak sudut kanan bibir Eric terangkat. Te
Read more
Bab 3. Enam Tahun Kemudian
6 tahun kemudian.“Kau sudah menemukannya?” tanya Eric kepada sekretarisnya Jeff. Tampak Jeff berdiri di depan meja kerja Eric dengan wajahnya yang menunduk. “Saya masih belum menemukannya Tuan, tapi saya baru saja mengetahui dimana tempat tinggalnya sekarang,” jawabnya.Brakk!Eric menggebrak meja kerjanya dengan sangat keras, hingga membuat Jeff terlonjak dan semakin menundukkan wajahnya. “Ini sudah 6 tahun Jeff, apa saja yang kau lakukan selama itu. Hanya mencari seorang gadis lemah saja kau membutuhkan waktu selama ini? Dan apa kau bilang, kau baru saja mengetahui letak tempat tinggalnya? Apa kau sedang bercanda Jeff?!”“Ma-maafkan saya Tuan, saya bersalah,” akunya.“Aku memberikanmu kesempatan karena kau adalah orang yang bisa kupercayai, tapi apa ini. Kerjamu sangat buruk, aku mempertahankanmu selama 6 tahun ini. Tapi, sepertinya aku memang harus menendangmu!” marahnya.“Tolong maafkan saya Tuan, ini adalah kesalahan saya yang terakhir. Saya pasti akan segera menemukanny
Read more
Bab 4. Bertemu
“Bunda, ayo cepat. Nanti Alden terlambat, ini kan hari pertama sekolah Alden,” ucapnya pada Mely yang saat ini tengah mengunci pintu rumahnya.“Iya Alden, tunggu sebentar. Bunda kunci pintu rumah dulu ya.”“Ayo cepet Bunda.” Alden menarik-narik tangan Mely agar cepat berangkat ke sekolahnya.“Iya, ini sudah selesai. Ayo kita berangkat,” jawabnya. Mely pun menggenggam tangan Alden dan berjalan menuju sekolahnya.Alden terlihat sangat senang saat tengah berjalan menuju sekolahnya, dia benar-benar bersemangat hari ini. Karena dia sudah berjanji kepada mamanya kalau dia akan belajar dengan giat dan menjadi anak yang cerdas dan menjadi kebanggaan mamanya yang sangat dia sayangi.Setelah mereka berjalan kurang lebih 5 menit, mereka pun tiba di jalan raya dan menunggu taksi online untuk mereka naiki menuju sekolahan Alden yang memang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.Karena kendaraan seperti mobil tidak bisa masuk ke gang rumah mereka, mereka pun harus jalan terlebih d
Read more
Bab 5. Akhirnya Aku Menemukanmu!
“Tuan, rumah yang kita cari sudah dekat dari sini,” ucap Jeff yang menghampiri Eric setelah menanyakan alamat kepada orang yang berada di sana. Namun tampaknya Eric hanya terdiam. Dia seperti tidak mendengarkan apa yang Jeff katakan, dan hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. “Tuan?” ujar Jeff.Mendengar itu, akhirnya Eric pun tersadar. Anak laki-laki tadi sudah mengganggu pikirannya. Karena terlalu mirip dengannya, rasanya dia tidak percaya jika anak itu bukanlah miliknya.“Tuan, ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Jeff. Ini adalah pertama kalinya dia melihat tuannya yang tidak fokus. Biasanya dia selalu waspada akan apa pun. Tapi, sepertinya saat ini tuannya tengah memikirkan sesuatu.“Tidak ada, ayo kita lanjutkan perjalanan,” jawab Eric.“Baik Tuan.” Mereka pun kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan mereka.Ketika di perjalanan menuju tempat tujuan mereka, Eric tak henti-hentinya memikirkan anak kecil tadi. Bisakah ada seorang anak yang begitu mirip dengan d
Read more
Bab 6. Air Mata Ketakutan
Saat melihat warna mata itu. Ada sesuatu yang lain juga, yang tiba-tiba merasuk ke dalam ingatannya. Tapi Alana tidak bisa mengingat apa itu.“Siapa kau?! Kenapa kau mengejarku?” tanyanya memberanikan diri.“Aku?” Eric menunjuk dirinya sendiri. Dia lalu memamerkan smirk menakutkannya dan kembali melanjutkan ucapannya, “aku adalah orang yang akan memberikan penderitaan padamu.”Alana tersentak dengan apa yang pria di depannya ini katakan. “Kenapa? Kenapa kau ingin membuatku menderita. Memangnya apa salahku? Aku bahkan tidak mengenalmu, dan kau seenaknya berkata akan memberikan penderitaan padaku?”Eric menjepit pipi Alana dengan tangannya begitu keras, hingga membuat Alana meringis.“Karena itu semua sudah takdirmu, putrinya Arya Subagja.”Mendengar itu, lagi-lagi Alana terkejut, dia bahkan sampai melebarkan matanya.“Jika kau ingin menyalahkan seseorang untuk hal ini, maka salahkan ayahmu yang seorang penjahat itu!” Lanjut Eric.Clakkk!Air mata Alana menetes, saat Eric menga
Read more
Bab 7. Iblis yang Begitu Kejam
Alana menelan salivanya dengan gugup. Dia melihat Eric yang dengan tenangnya melihat jalanan yang tengah dilewati. Berbeda dengan perasaannya saat ini yang terasa begitu takut dan panik.Alana mengedipkan matanya sekali, hingga saat dia berkedip air matanya itu kembali menetes. Pandangannya itu kembali fokus pada Eric. Namun, bukan pandangan yang mengagumi sosok Eric yang tampan dan gagah. Melainkan pandangan benci, dan ingin menampar wajah itu dengan kerasnya.“Pandanganmu itu terlihat jelas,” ujar Eric yang mengagetkan Alana. Sontak, Alana pun langsung mengalihkan pandangannya dari Eric dan menundukkan wajahnya. Tangannya yang gemetar itu dia pautkan untuk mengurangi getarannya. Alana memejamkan matanya, untuk menenangkan jantungnya yang terus berpacu dengan cepat, bahkan sangat cepat. Jujur, saat ini dia benar-benar begitu takut.Eric meraih dagu Alana dan memaksanya untuk menatap padanya. Dan hal itu tentu saja membuat Alana terkejut, bahkan rasanya jantungnya tadi hampir saj
Read more
Bab 8. Pengganti Balas Dendam
Alana hanya bisa terdiam, saat mendengarkan semua yang Eric katakan. Tubuhnya terasa membeku, hanya detak jantungnya saja yang terus bergerak dengan kencangnya. Iblis di hadapannya ini sangat menakutkan, hingga tidak ada celah baginya untuk melawannya.“Bangun, dan ikut denganku!” Eric kembali menggenggam dengan kuat pergelangan tangan Alana dan memaksanya untuk bangun. Ringisan itu terdengar kembali saat Eric kembali memaksa Alana untuk ikut dengannya. “Ahhh sakitt.”Namun, sepertinya Eric tidak memedulikan hal itu, dia hanya terus menarik Alana sampai di tempat tujuannya.Hingga mereka tiba di sebuah ruangan, Eric membuka pintu ruangan itu dan membawa Alana untuk masuk ke dalam.Brukk! Eric menutup pintu ruangan itu dengan kerasnya saat dia dan Alana sudah berada di dalam ruangan itu. Lagi-lagi Eric menghempaskan tangan Alana dengan kasarnya hingga dia kembali tersungkur ke lantai.“Ahhh,” ringis Alana lagi. Karena memang lututnya sudah terluka, sehingga gesekan lututnya pada l
Read more
Bab 9. Kesucian yang Sebenarnya Sudah Hilang
Siang berganti malam, sinar matahari sudah berganti dengan sinar rembulan. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Alana masih terkurung di kamar itu. Dia duduk meringkuk dengan memeluk erat kedua lututnya, dan punggungnya yang menyandar ke sisi depan ranjang tempat tidur. Dengan air matanya yang masih berlinang, Alana melihat ke sisi kanan dan kirinya. Dia merasa sangat takut, rumah ini benar-benar menakutkan. Alana lalu membenamkan wajahnya pada sela-sela kedua lututnya. Air matanya masih terus menetes, karena mengingat ucapan terakhir ayahnya.2 hari lalu.Alana tampak baru saja pulang dari bekerjanya. Di tangannya sudah ada sebuah kantung keresek hitam berisi makanan yang dia tenteng.“Ayah, aku pulang,” ucapnya. Alana masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju kamar ayahnya untuk memberikan makanan yang dia bawa. “Ayah ini makanan untuk Ayah,” lanjutnya. Alana melihat ayahnya yang masih menutup mata. Sepertinya ayahnya itu masih tertidur.Dia duduk di samping ayah
Read more
Bab 10. Rasa Kesal Eric dan Penantian Alden
Kini, tangan Eric sudah menjalar ke setiap inci tubuh Alana dan membuatnya tersentak. 'Tidak, aku tidak mau diperlakukan seperti ini. Cukup sekali aku melakukan kesalahan, sekarang tidak lagi, bagaimana pun caranya. Aku harus bisa terlepas dari genggaman iblis ini,' batinnya.“Hah, hah, hah.” Nafas Eric terdengar sudah memburu, sepertinya nafsu sudah menyelimutinya saat ini. Sehingga dia tidak bisa menghentikan apa yang sekarang dia lakukan, rasanya tubuhnya tidak mau berhenti dan ingin menuntaskan semuanya.Berbeda dengan Eric yang tidak bisa berhenti atas tindakannya saat ini, kepanikan Alana justru semakin memuncak, terlebih ketika dia mendengar nafas memburu dari Eric, membuat tubuhnya bergetar seketika. Air matanya menetes, dia sungguh tidak mau melakukan hal ini. Dia tidak mau membuat kesalahan untuk yang kedua kalinya. “Berhenti, kumohon. Kumohon jangan lakukan ini,” pintanya sambil menangis. Namun, Eric tidak mendengarkannya. Rasa amarah sekaligus nafsu yang bercampur men
Read more
DMCA.com Protection Status