All Chapters of Sang Pewaris Cincin Penguasa Dunia: Chapter 21 - Chapter 30
36 Chapters
21. Aku Belum Kalah
Caka menatap keduanya dengan rasa cemas. Jika ilmu Yu Jin cukup tinggi, dengan kemampuan Mac yang baru berada di ranah Ivory, itu bisa saja membuat Mac terluka. Tapi semoga saja mereka hanya akan beradu fisik, tanpa harus menggunakan energi Qi. Baik Mac mau pun Yu Jin berdiri berhadapan, Yu Jin menaruh kedua tangannya di belakang tubuh dengan memasang ekspresi angkuh di wajah. Mac mulai mengepalkan tinju di kedua sisi tubuhnya. Ia memang ingin menghajar Yu Jin karena sudah merendahkan Caka. Meski nada bicara Yu Jin dibuat sesopan mungkin namun Mac tetap bisa merasakan kilatan mata pemuda itu yang merendahkan. Ia tidak akan membiarkan siap pun merendahkan tuan mudanya.Semua yang menonton sangat antusias, sudah lama tidak ada orang luar yang datang lalu beradu kekuatan dengan Yu Jin. Dan hari ini ada seseorang yang berani menerima tantangan Wang Yu Jin, tentu saja mereka tidak akan melewatkan kesempatan itu.Tuan Muda Jayhan yang sudah memasuki ranah Elementary saja tidak memen
Read more
22. Terlalu Banyak Racun
"Aku belum kalah!" sahut Mac yang menghentikan kaki lalu melayang untuk sampai ke hadapan Yu Jin kembali. "Kemampuanmu lumayan!" puji Yu Jin. Namun nadanya seperti bukan pujian. Lebih kepada sebuah ejekan. Mac mencoba untuk tetap tenang, ia tak boleh terpancing dan marah. Itu justru akan sangat merugikan untuk Caka. Yu Jin menggerakkan satu tangannya, muncul cahaya putih di atas telapak tangannya seperti kilatan-kilatan listrik. "Ini ...!" ujar Arthur. Ia tak menyangka jika dalam usianya yang masih cukup muda, pria bernama Yu Jin ini sudah mampu mengendalikan energi petir, meski belum terlalu kuat namun itu juga cukup berbahaya. Mac sempat melotot, namun ia segera menggerakkan kedua telapak tangannya hingga muncul cahaya biru dengan angin yang cukup kuat di depan tubuhnya. Semua murid kuil Wu yang tadi dilatih oleh Yu Jin sudah pasti tahu kekuatan yang Yu Jin keluarkan kali ini cukup berbahaya. Jika lawannya itu tak bisa menghindar lalu serangan itu mengenai organny
Read more
23. Luka yang Tak Bisa Sembuh
Master Wu tak langsung menjawab pertanyaan Caka, seperti ada yang dipikirkannya! "Sebenarnya ada beberapa cara, tapi itu tergantung apakah tubuh Tuan mampu menerimanya atau tidak!" "Berarti masih ada harapan kan?" "Tergantung sebesar apa keinginan Tuan untuk membuka Qi di dalam tubuh Tuan." "Aku harus bisa membuka segel ini, aku harus bisa menggunakan Qi di dalam tubuhku. Jika tidak ... aku hanya akan menjadi orang yang tidak berguna!" ungkapnya kemudian terdiam. Angannya melayang ke insiden 7 tahun yang lalu. Suara sang istri yang memohonnya untuk tidak menyerahkan diri. Suara tangisan putranya yang memohonnya untuk tidak pergi. Suara pertempuran, suara para prajuritnya ketika dibantai dengan keji. Ia harus bisa membalaskan dendam mereka. Ia juga harus membersihkan namanya, membersihkan na semua prajuritnya yang telah rela matiwdemi membela dirinya. Jika ia tak bisa menggunakan Qi di dalam tubuhnya, ia tidak akan bisa berkultivasi. Lalu ia juga tidak akan sanggup membel
Read more
24. Seorang Istri Harus Berpenampilan Cantik
Saat ini di kediaman Madaharsa, Zava sibuk mengatur ruangan luas yang akan digunakan untuk acara berkumpul keluarga besar. Ia mengkoordinir semua orang sampai belum sempat memoles diri. Dari lantai atas, Vivian menatap ke bawah. Ia memang tak menghentikan apa yang diperbuat oleh Zava. Padahal saat ini Caka sedang tak ada di rumah, seharusnya ia bisa melakukan sesuatu pada wanita itu. Tapi ia tak ingin terlalu mencolok. Jadi ia sedang memikirkan cara untuk bisa membuat wanita itu sengsara hingga tidak betah tinggal di rumah ini. Meski ia tahu Caka cacat dan kemungkinan memiliki anak itu sangatlah kecil. Tapi ia tak ingin mengambil resiko jika sampai Zava hamil anak Caka. Karena anak yang akan dilahirkan wanita itu akan menjadi ancaman. Jika sampai Zava melahirkan anak laki-laki, otomatis anak itu akan langsung dinobatkan sebagai ahli waris keluarga Madaharsa. Maka anak yang akan dilahirkan Lea tidak akan berarti. Itu sebabnya Zava tidak boleh sampai hamil, ia harus segera
Read more
25. Menjebak dan Hamil Duluan
"Apa katamu, dia istrinya Caka?" seru Firina dengan nada yang tak percaya. Myra pun hanya bisa menggangguk. Sekarang pandangan semua orang petuju ke arah Zava. Tak dipungkiri saat ini Zava bagai hidangan lezat yang siap disantap oleh semua orang yang menatapnya. Tatapan itu adalah tatapan yang penuh dengan hinaan dan ejekan. Bagaimana bisa Caka menikahi gadis dekil dan kampungan seperti itu?Meski Caka juga lumpuh dan harus duduk di kursi roda tetapi dia tetap saja tuan muda kaya raya. Harusnya dia bisa menikahi wanita yang cantik dan juga modis. Paling tidak istrinya tidak memalukan untuk dipamerkan kepada semua orang. Firina bangkit dari duduknya dan menghampiri Zava. Mengamati wanita itu sekali lagi. Jantung Zava benar-benar berdegup kencang, membuatnya gugup. Ia tahu ia tak terlalu cantik, ia tak pandai merawat diri sehingga tak sebanding dengan Cakara. Tapi bagaimana pun ia sudah menjadi istri sah Caka. Ia juga sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk pria itu.
Read more
26. Hanya Alat Balas Dendam
Suasana ruangan itu masih terasa janggal. Tak ada yang bersuara, hanya terdengar Hela nafas beberapa orang. Awalnya mereka pikir, Caka akan murka melihat kondisi istrinya. Tapi ternyata, Caka justru menyuruh istrinya ke kamar dan tak keluar sampai pagi. Bukankah itu artinya wanita itu sedang dihukum? Kalau begitu mungkin Caka juga tak terlalu menyukainya. Jika pun Caka menikahinya, mungkin ada alasan tertentu. "Ini acara keluarga, karena semua sudah berkumpul sebaiknya kita mulai saja. Oke!" ujar Firina sembari menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. "Caka, tadinya Bibi menyiapkann hadiah untuk pernikahanmu, tapi setelah melihat istrimu sepertinya hadiah itu tidak cocok!" ujar Susan menghampiri. "Aku juga membawa hadiah pernikahan, tapi bagaimana ya ... aku tidak yakin istrimu bisa menggunakannya!" ujar Michelle. "Tak perlu repot. Dia tidak kekurangan apa pun." "Tapi ...." "Semuanya sudah berkumpul?" tanya Caka memotong ucapan Michelle. "Aku memang tidak membua
Read more
27. Aku Harus Pergi
"Sangat berbahaya?" tanya Caka mengulang ucapan Arthur. "Negara bagian Yuslovya merupakan tempat seni ilmu bela diri timur. Di sana adalah tempatnya para Master ilmu bela diri, tidak sembarang orang dari negeri luar bisa memasuki negara itu!" jelas Arthur. "Itu benar, Tuan Muda!" sahut Mac. "Tapi aku harus pergi." "Tuan Muda ...." "Arthur, selama aku pergi kau harus bisa mengurus semuanya di sini!" "Tuan ... tidak ingin mengajak saya?" seperti ada nada kecewa dalam nada suaranya. "Aku membutuhkanmu di sini." "Tapi, Tuan Muda _" "Aku akan pergi bersama Mac, hanya bersama Mac!" tegas Caka. Baik Mac mau pun Arthur menatapnya seketika. Caka melirik Mac. "Apakah kau takut, Mac. Jika kau takut, aku akan pergi sendiri!" tekadnya sudah bulat, tak ada yang bisa mengubah keputusannya. "Saya tidak pernah takut, Tuan. Saya hanya mengkhawatirkan Anda." "Mungkin kalian lupa, aku adalah Jenderal Raymond Harrits. Aku telah menghadapi bahaya di sepanjang jalan menjadi p
Read more
28. Tidak Akan Bisa Lari
Caka terpaku, ia masih tak tahu harus berkata apa atau berbuat apa? Kenapa ia harus meminta wanita itu mendekat? Setelah berfirki beberapa saat Caka juga tak kunjung menemukan jawaban dari perbuatannya. Akhirnya ia ingat dengan sesuatu. Ia membuka laci lalu mengeluarkan sebuah kotak, i. membuka kotak itu. Di dalam kotak itu ada sebuah cincin yang diwariskan turun-temurun di keluarga Madaharsa. Beberapa hari setelah Gradi meninggal, Arthur menyerahkan cincin itu padanya. Katanya, cincin itu hanya boleh diwariskan kepada kepala keluarga Madaharsa. Caka tak tahu apakah ini keputusan yang tepat? Tapi selama ia pergi ia tahu keluarganya pasti akan menindas Zava. Hanya cincin ini yang bisa membuat wanita itu tetap berada di rumah ini. Ia masih membutuhkan Zava untuk tetap berada di rumah ini. Caka menarik telapak tangan kiri Zava lalu memakaikan cincin itu ke jari manisnya. "Tuan, ini _" "Jangan GR, aku hanya meminjamkannya." ucap Caka memotong kalimat wanita itu. "Ini adal
Read more
29. Tak Ada Jalan Keluar
"Kita tidak akan bisa lari!" umpat Mac dengan ediikit putus asa. Jika mereka keluar dari area hutan, maka jejak mereka akan mudah ditemukan oleh helikopter di atas. Sementara 3 prajurit perbatasan itu tengah berlari ke arah mereka. "Mereka membawa senjata api, sepertinya kita memang hanya bisa sembunyi untuk sementara. Ayo!" ujar Caka yang mengajak berlari. "Shit!" umpat Mac mengikuti. "Berhenti kalian!" seru salah satu dari mereka. Lalu satu letusan tembakan menggema. Namun untung saja sama sekali tak mengenai keduanya. "Mac, kita harus mencapai sungai secepatnya!" perintah Caka. Mac mengerti apa yang diinginkan oleh sang Tuan. Memang saat ini sungai adalah tempat yang paling aman bagi mereka untuk berlindung. Mereka pun mempercepat laju larinya. "Ayo, cepat kota tangkap mereka! Jangan sampai terbunuh, cukup lumpuhkan saja!" perintah salah satu dari prajurit itu. Tentu saja, jika keduanya adalah mata-mata. Mereka tidak akan berguna jika sampai terbunuh. Me
Read more
30. Kembali Dilema
Caka dan Mac saling melirik, mereka seperti sedang menyusun rencana dalam diam. Hanya isyarat mata dan tangan yang berbahasa. Mereka tak ingin mengundang perhatian untuk kedua musuh di beda tempat itu. Akhirnya Mac memutuskan untuk menggunakan kekuatannya, ia memejamkan mata untuk memusatkan pikiran. Mencoba berkomunikasi dengan binatang liar itu. Sementara Caka mulai menarik belati di pinggangnya. Mac tidak berhasil berkomunikasi, harimau buas itu tetap menatap mereka dengan lapar dan siap menyerang. Mac membuka mata, lalu menggerakkan kedua tangan di di depan. Di antara kedua tangannya muncul cahaya berwarna biru. Ketika harimau itu melangkah dan siap melompat, Mac menghentakkan tangan ke arah harimau itu. Membuatnya terpental mundur namun tak sampai membuatnya roboh. Harimau itu kembali menyerang, Mac berhasil menghindar dengan berguling ke samping. Pergerakan itu mampu terlihat dari atas, namun tidak terlalu jelas karena banyak dahan yang rimbun. Karena tub
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status