Semua Bab Istri Kedua Sang Majikan : Bab 11 - Bab 20
47 Bab
Bab 11
Panji gelisah, ia mondar-mandir menunggu Alina pulang. Akan tetapi jam dinding sudah menunjukkan pukul 22.30 tapi Alina tak kunjung pulang.Panji akan menghubungi Tiwi akan tetapi, handphone milik handphone milik Tiwi tertinggal di meja dapur.Saat Panji hendak ingin menyusul Alina yang sedang belanja di supermarket, ia sudah bersiap dengan berganti pakaian. Saat ia keluar kamar ternyata Alina dan Tiwi sudah masuk ke dalam apartemen dan tanpa Panji sadari terbitlah senyum di wajahnya. Rasa kekhawatirannya berangsur-angsur menghilang saat melihat Alina baik-baik saja.Alina tersenyum melihat Panji yang sudah rapi, ia menghampirinya dan bertanya, "Tuan Panji mau ke mana sudah malam," tanya Alina lembut."Aah....tidak..... Saya tidak mau ke mana-mana." kata Panji kemudian sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal."Apakah Tuan sudah makan?" tanya Alina lagi.Panji tersenyum hatinya merasa hangat, ia merasa senang karena Alina memperhatikannya. Ia pun kemudian menggelengkan kepalanya tand
Baca selengkapnya
Bab 12
"Buka pintunya sayang!" kata Panji yang membuat Alina terkejut.DeeegggAlina bingung ya harus bagaimana, ketika Panji mengetuk pintu dan meminta masuk. "Maaf tuan saya tidak membawa handuk,"kata Alina pelan tapi masih bisa didengar oleh Panji.Panji tersenyum di depan pintu, "Aku hanya ingin mengantarkan handuk ini untukmu," kata Panji yang kemudian mengulurkan tangannya saat pintu kamar mandi terbuka sedikit."Terima kasih Tuan," kata Alina merasa malu."Aku hanya takut terjadi sesuatu padamu," karena kamu begitu lama sekali berada di dalam kamar mandi."Maaf Tuan kalau saya lama di kamar mandi, karena saya bingung bagaimana caranya minta tolong pada Tuan. Karena saya malu."jawab Alina sambil menundukkan kepalanya.Panji yang melihat Alina berjalan sedikit berseok-seok dia lalu mendekati gadis itu, dan menanyakan bagaimana keadaannya apakah masih sakit di bagian intinya atau sudah lebih baik."Saya sudah lebih
Baca selengkapnya
Bab 13
Panji telah tiba di kantor sejak satu jam yang lalu. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan dua larva yang sejak pagi sudah menghubunginya untuk secepatnya datang ke kantor. Tapi ternyata mereka berdua belum berada di dalam kantor."Huft... Ke mana sih mereka sudah jam 09.00 pagi tidak ada di kantor?" gerutu Panji sambil melangkah ke arah jendela, dan matanya menatap lurus pada bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan kokoh.Tok tok tokTerdengar suara ketukan pintu di depan ruang kerjanya Panji. Pria itu segera menoleh ke arah pintu dan di sana telah berdiri kedua larva yang telah lama ia tunggu sejak tadi. Panji berjalan lalu duduk di sebuah kursi sofa yang empuk yang berada di dalam ruangan kantornya lalu menyuruh kedua larva itu untuk duduk dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tentang kebakaran semalam."Bagaimana hasil penyelidikannya? Apakah sudah ada titik terang atau bukti yang mengarah pada mereka?" ta
Baca selengkapnya
Bab 14
Braakk"Apa yang terjadi?" Tanya Lisa panik saat mengetahui mobil mereka ditabrak oleh kendaraan di belakangnya."Tenang dulu Ma, Mama jangan panik. Biar mereka yang mengatasi, Mama tunggu saja di dalam mobil!" Kata Arun mengelus punggung Lisa agar ia menjadi lebih tenang.Duo larva turun lebih dulu untuk mengecek apa yang terjadi, ternyata seorang pengendara motor telah terkapar di belakang mobilnya. Mungkin karena pengendara itu mengantuk atau karena apa, yang jelas pengendara motor itu yang salah. Rama kemudian mengetuk pintu kaca mobil Panji dan memberitahukan apa yang terjadi.Panji pun mengangguk dan ia menyerahkan semuanya kepada kedua orang kepercayaannya itu. Kemudian Panji melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah bersama kedua orang tuanya yang di mana Maria sudah menunggu lama.Rama dan Dion kemudian membawa korban ke rumah sakit dan ternyata benar jika korban dalam keadaan mabuk. Dia mengendarai motor sambil mabuk entah apa yang terjadi dengannya. Setelah Rama menga
Baca selengkapnya
Bab 15
Setelah makan malam Panji dan Aron pergi bersama untuk menemui tawanan yang telah tertangkap di markas besar milik Panji. Keduanya menaiki mobil yang sama dengan panjang yang duduk memegang setir mobil.Kedua pria berbeda usia itu telah tiba di sebuah gudang tua yang terletak di dekat pinggiran kota dan dekat dengan kantor Bank cabang yang sudah terbakar.Panji dan Aaron segera turun dari mobil setelah mobil terparkir rapi di halaman gudang, keduanya disambut oleh beberapa anak buah Panji dan kedua larva yang sudah menunggunya sejak tadi sore."Bagaimana mereka? Apakah mereka sudah mengatakan yang sejujurnya? Tanya Panji pada dua larva."Belum bos, bahkan kedua pria itu rela mati asalkan tidak membocorkan siapa yang menyuruh mereka," kata Rama"Kalau begitu, buka pintunya!" perintah Aron dengan suara yang dingin.Tanpa aba aba lagi Aroon mencengkeram rahang salah satu orang yang sudah menghancurkan kantor cabangnya."Apakah kalian masih tidak mau memberitahukan siapa yang menyuruh kal
Baca selengkapnya
Bab 16
"Kalau begitu selamat ya Pak, bapak akan jadi calon ayah. Usia kandungan istri bapak sekitar tujuh minggu." Kata dokter yang bernama Vina itu."I-istri saya hamil dok?" tanya Panji dengan suara yang terbata. Ia merasa sangat bahagia akhirnya impiannya menjadi seorang ayah akan segera terwujud dengan hamilnya Alina.Dokter Vina pun mengangguk lalu permisi karena akan mengecek pasien yang lainnya. "Baiklah kalau begitu saya permisi, dan pasien jika sudah sadar boleh pulang dia hanya memerlukan istirahat yang cukup vitamin dan jangan terlalu capek." Nasihat dari dokter Vina sebelum pergi."Baik dok, baik saya akan menjaga istri saya dengan baik," jawab Panji dengan antusias.Panji menghampiri Alina dan mengecup kening wanita itu dengan sangat lembut, lalu memandang wajah pucatnya dan merapikan anak rambut yang menghalangi wajahnya. Berulang kali Panji mencium punggung tangan Alina sebagai ucapan rasa syukur dan berterima kasihnya karena Alina telah mengandung anaknya.Beberapa saat Panji
Baca selengkapnya
Bab 17
"Itu karena dia sedang mengandung, dan usia kandungannya sudah 7 minggu,"kata Panji sambil tersenyum lebar.Maria yang mendengar jika Alina sudah mengandung Ia pun mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih. "Aku tidak akan membiarkan dia untuk merebut milikku, Panji adalah milikku. Sekarang aku juga hamil meskipun anak ini bukanlah anak Panji! Aku harus sesegera mungkin menyingkirkan Alina dari kehidupan Panji." kata Maria dalam hatiKemudian tatapan Panji beralih kepada meja rias yang kacanya pecah dan berserakan di atas lantai, ia menatap lurus dan tatapannya berubah datar pada Maria. "Kenapa kamu mengamuk dan melakukan ini semua!" tanya Panji mulai dingin.Panji pun kemudian pergi meninggalkan kamar dan ia akan kembali ke rumah sakit lagi menjaga Alina, akan tetapi Maria melarangnya. "Aku berubah pikiran Sayang, Lebih baik aku saja yang mengandung anakmu daripada perempuan kampungan itu!" Kata Maria"Lakukan saja, apapun rencanamu
Baca selengkapnya
Bab 18
"Apa yang sudah kamu lakukan sayang?" tanya Maria pada Riko saat mengetahui jika dirinya hamil."Aku hanya melakukan yang seharusnya aku lakukan," jawab Riko enteng."Kenapa kamu menghancurkan semua rencanaku? tanya Maria menatap tajam ke arah kekasihnya."Seharusnya aku lakukan ini dari dulu, seharusnya kita sudah menguasai semua harta dari suamimu dari dulu!" kata Rico lagi."Iya tapi aku nggak mau hamil, seharusnya kamu tahu dari dulu aku itu nggak mau hamil!" kata Maria mulai emosi."Kamu bayangkan saja sayang, jika kamu hamil anakku otomatis Kamu tidak akan berpura-pura hamil di depan kedua orang tua suamimu, karena kamu hamil beneran bukan hamil bohongan." Jawab Riko masih santai."Tapi kenapa aku bisa hamil, selama ini kan aku rutin meminum obat pil KB itu, setelah 1 tahun terakhir Maria melepaskan KB IUD dan menggantinya dengan meminum pil KB," gumam Maria yang membuat Riko tersenyum lalu menakutkan kedua tangannya di waj
Baca selengkapnya
Bab 19
Panji sangat kesal pada Maria yang tega mengusir Alina saat dalam keadaan hamil. Bahkan Panji rela meninggalkan Maria di mansion miliknya untuk tinggal di apartemen."Kamu di mana sayang, semoga saja kamu baik-baik saja aku sudah mencarimu kemana-mana mencarimu ke sana kemari akan tetapi kamu hilang seperti ditelan bumi."kata Panji sambil memandang foto pernikahan mereka.Dua jam yang lalu Panji pulang dari luar kota, dia tidak langsung pulang ke mansion akan tetapi dia pulang ke apartemen miliknya. Entah kenapa rasa rindu pada Alina sangat membuncah di dada. Bahkan ia mengabaikan Maria yang sedari tadi menelponnya. Setelah ia dijemput oleh Rama di bandara, Panji meminta agar Rama mengantarkannya menuju apartemen. Akan tetapi setibanya di apartemen, ia yang belum masuk ke dalam apartemen bertemu dengan Agung satpam yang selalu berjaga di depan pintu apartemen unitnya. Satpam itu melaporkan jika Maria datang ke sini dan marah-marah pada Nyonya kecil lalu mengusirnya
Baca selengkapnya
Bab 20
Panji tiba di sebuah TKP tempat kecelakaan di mana mobil angkot dengan berplat nomor polisi XXXII itu terguling ke dasar jurang dan menewaskan beberapa penumpang yang berada di dalamnya dan paling menyedihkan adalah terdapat identitas satu orang wanita yang bernama Alina Hapsari. Yang sedang membawa dompet di dalam tas yang ia bawa. Akan tetapi wajah Alina sudah hancur dan tidak bisa dikenali lagi. Karena kata para saksi mata yang melihat kejadian mobil angkot itu melaju dari arah berlawanan dan dalam keadaan yang ngebut ketika di jembatan ada sebuah truk kontainer yang menabrak bagian depan mobil angkot itu, dan korban yang teridentifikasi bernama Alina Itu posisinya berada di depan sehingga ia tepat dihantam oleh sebuah truk kontainer dengan kecepatan yang tinggi dan membuat wajahnya rusak karena terhimpit oleh kap mobil dan wajahnya terkena pecahan kaca.Memang dompet itu milik Alina akan tetapi Panji meyakini jika korban yang sedang terbujur kaku di hadapannya ini bukan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status