All Chapters of AKU DITALAK KARENA TIDAK BEKERJA: Chapter 21 - Chapter 30
50 Chapters
Part 21
“Selamat datang, anakku. Sekarang kamu akan tinggal di sini bersama kami, rumah ini milikmu!” sapa papihnya dengan sumringah seraya merentangkan kedua tangannya seakan mempersilakan kehadiran Indira.“Terima kasih,” jawabnya dengan senyum yang menyungging sambil dan menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat.“Kalau kamu perlu sesuatu langsung saja ngomong sama kami, tidak usah sungkan, ya!” serunya dengan tatapan yang bahagia.“Iya, sekali lagi terima kasih,” balasnya malu seraya tersenyum.“Jangan terima kasih terus, dong, ini sudah menjadi kewajiban kami untuk membahagiakan kamu. Apalagi sudah puluhan tahun kami tidak menunaikan kewajiban atas nafkah untukmu karena kita terpisah. Dan sekarang kita sudah dipertemukan lagi, makanya kami akan penuhi semua kewajiban yang sempat tertunda kepadamu,” isak Tuan Gunadi seraya mengusap air mata yang sempat jatuh.“Sudah, Pih, jangan nangis, harusnya sekarang kita bahagia sudah bertemu anak kita,” timpal Ibu Sukma seraya menggandeng
Read more
Part 22
Malam hari di kediaman orang tua kandung IndiraDi meja makan sudah terhidang beraneka macam makanan dan hidangan penutup. Semua tersaji lengkap bagai di restoran bintang lima. Ini semua untuk menyambut kedatangan Ibu Mala dan Pak Galang selaku orang yang berjasa merawat dan membesarkan putrinya dengan tulus. Sopir pribadinya sudah meluncur ke panti untuk menjemput mereka.Setiap hari, setiap saat, anak kandung Tuan Gunadi ini selalu berucap syukur atas semua nikmat-Nya.Suara Ibu Mala dan Pak Galang_ orang tua angkat Indira sudah terdengar menggema di ruang tamu. Wanita yang kini tampil cantik dan anggun dengan mengenakan gamis berwarna pich senada dengan jilbabnya berjalan menghampiri mereka. Dan dia digandeng oleh papih dan mamihnya di samping.“Bu, Pak,” sapanya seraya mencium punggung tangannya dan memeluknya.“Nak, MasyaAllah ... kamu cantik banget, sampai Ibu dan Bapak hampir tidak mengenali kamu!” pujinya dengan ekspresi wajah yang kaget.“Ah, Ibu sama Bapak bisa aja, nih!
Read more
Part 23
“Bu, sudah, ya, jangan bersedih lagi, aku janji akan mencari cucu Ibu sampai ketemu.”Ibu hanya diam, tak mau membalas ucapannya. Rindu yang sudah begitu mencapai puncaknya terhadap Manaf, tak dapat ia luapkan.“Bu, lebih baik Ibu istirahat saja! Ayo, aku antar Ibu ke kamar,” ajaknya seraya tangannya menggandeng pundak ibunya untuk ke kamarnya.“Nak, apa kamu mau pulang sekarang?” tanyanya dengan sendu dan kedua matanya sembab karena menangis.“Tidak, Bu, besok saja aku pulangnya sekalian berangkat kerja dari sini, lagian di sini masih ada bajuku buat ganti,” balasnya seraya menatap matanya penuh rasa iba.“Ya, sudah, Ibu istirahat dulu, ya!” ujarnya sambil merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.“Iya, Bu. Aku keluar dulu, ya, mau cari angin di depan,” pamitnya pada Ibu sambil berjalan keluar.Revan duduk di bangku teras rumah ibunya sembari tangannya memainkan gadget. Lalu dia menelefon kekasih hatinya, tidak lama, suara dari seberang telefon terdengar. Suara perempuan dengan nada
Read more
Part 24
“Nak, sini duduk di sebelah Mamih. Papihmu mau ngomong sesuatu!” Mamih duduk di sebelah Papih sambil menonton acara kuis di televisi.“Iya, Mih.” Aku berjalan mengikuti panggilannya kemudian duduk di sebelahnya.“Sayang ..., kamu kan, anak kami satu-satunya. Jadi ... Papih mau kamu yang urus perusahaan, ya!” Papih menatapku penuh harap dan dengan senyum yang hangat.“Tapi ..., aku belum mengerti soal perusahaan, Pih!” Pandanganku tertunduk ke lantai karena malu, merasa diri ini belum pantas dan bodoh.“Kamu tenang saja, soal itu Papih sudah pikirkan matang-matang.”Kami ngobrol panjang lebar sambil diselingi canda dan tawa ringan. Aku merasa senang mempunyai keluarga lengkap seperti yang ku impikan sejak kecil. Mereka mengharapkanku, sebagai anak tunggal bisa meneruskan perusahaannya. Papihku memang pebisnis handal, terbukti dengan banyaknya perusahaan yang berdiri di bawah naungannya. Salah satunya di bidang pertambangan dan properti. Diri ini merasa bingung dan ragu untuk menerima
Read more
Part 25
“Aku maunya jadi ...,” Indira menjeda ucapannya dan membuat mereka serius mendengarnya. ” Cleaning Service,” lirihnya dengan wajah tertunduk takut mereka marah dan tidak terima keputusannya.“Apa ...!? Kamu jangan becanda, sayang, masa Cleaning Service?! Kan, masih banyak jabatan yang pantas buat kamu tempati,” mereka batuk karena tersedak makanan mendengar penuturan putrinya yang gak masuk akal dan mengagetkan.Mereka awalnya menolak dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang diutarakan, tapi setelah mendengar penjelasan yang detail dan logis dari putrinya, bahwa demi untuk mengamankan perusahaan dari para koruptor dan juga ingin menilai etos kerja para karyawannya. Akhirnya mereka menerimanya dengan legowo.“Terus bagaimana kalau orang-orang di kantor tahu kalau kamu putri Papih? Nanti Papih bisa malu, Nak?” tanya Papih dengan perasaan bingung dan raut muka yang tegang menatap putrinya. Dirinya tidak mau sampai orang-orang kantor tahu kalau putrinya bekerja sebagai CS di kantorny
Read more
Part 26
Indira kemudian menengok hendak melihat siapa yang sudah menolongnya.Indira tertegun menatap lelaki itu.” Panji ....“Maaf, Pak, tidak seharusnya seorang atasan memperlakukan bawahannya dengan kasar, apalagi dengan seorang wanita!” ucap Panji dengan tegas seraya menatap tajam atasannya itu sambil mencekal lengannya.“Kamu ..., tidak usah mengguruiku! Dan gak usah ikut campur urusanku sama dia!” geramnya seraya menurunkan tangannya dengan kasar dan langsung menunjuk satu jari ke wajahnya.“ Aku, gak akan diam melihat seorang atasan berbuat semena-mena terhadap bawahannya!” balasnya dengan tegas sambil menggandeng tangan Indira dan berbalik untuk kembali bekerja.” Permisi, Pak!”Kemudian mereka kembali bekerja, Indira senang karena ada orang lain yang membelanya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada Panji atas bantuannya. Semenjak kejadian itu, mereka semakin akrab dengan menghabiskan waktu istirahatnya bersama. Tak jarang mereka saling berbagi makanan atau mentraktirnya.Tak
Read more
Part 27
“Kenapa aku bisa lupa tanya namanya? Masa iya, aku harus balik ke kantor Pak Gunadi Cuma buat nanya nama si cewek Cleaning Service itu, garing banget!” gerutunya sambil bolak balik jalan di dalam ruangan kantornya.“Apa aku ke sana lagi aja, ya, agar bisa bertemu dan berkenalan dengannya? Dari pada aku tersiksa begini, pikiran jadi kacau gara-gara mengingat insiden kemarin, kerja pun gak bisa fokus,” gumamnya kemudian.Akhirnya Abigail Lucas, seorang CEO di perusahaan Lukas Group, pria lajang yang berumur 30 tahun menyambar kunci mobil di meja kerjanya dan langsung keluar menuju parkiran. Dengan mengendarai mobil Alphard seri terbaru, dia meluncur menuju kantor di mana wanita itu kerja.Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Saat mobilnya masuk langsung menuju halaman belakang untuk memarkirkannya, dia melihat cewek itu hendak membuang sampah. Tak membuang waktu, dia langsung mengikutinya dari belakang.“Ehmm ... sampai tiga kali,” suaranya memberi kode agar dia menoleh.“Ka-kamu ... orang ya
Read more
Part 28
“Sepertinya aku kenal dengan suara itu,” dalam hatinya. Kemudian Indira menoleh dan menatapnya dengan menautkan kedua alisnya.” Abi.”Revan penasaran melihat Abi ada di kantor ini dengan penampilan yang rapi mengenakan setelan jas dan dasi yang menggantung di lehernya, membuatnya tidak bisa menahan untuk bertanya.“Kamu ..., ngapain ada di sini? Ini perusahaan Bonafid, tidak bisa sembarangan orang masuk ke sini tanpa Id Card. Sebenarnya kamu itu kerja apa, sok-sokan pake jas segala?” cecarnya dengan menyilangkan kedua tangannya dan diletakkan di dada seraya netranya nyalang menatap lelaki di hadapannya.“Kamu ..., kayaknya penasaran dengan pekerjaanku. Ingin tahu, apa ingin tahu banget? Ah, gak, usahlah, takut nanti kamu kena stroke kalau aku cerita.” Dengan senyum menyeringai dan ekspresi yang santai menatapnya.“Sombong banget, loe! Paling juga jadi Clening Service, kalau gak sekuriti!” Tatapannya sengit sambil berdecih kesal seraya berlalu meninggalkan mereka berdua.Indira men
Read more
Part 29
Keadaan kantor sudah mulai sepi, semua karyawan sudah pada pulang. Hanya dua satpam yang bertugas jaga malam, itu pun mereka hanya berjaga di pos depan. Jam sudah menunjukkan pukul 19:00. Tiba-tiba Panji Panji datang ke kantor untuk mengambil dompet yang tertinggal dan izin dulu ke Satpam untuk masuk mengambilnya. Lalu Panji bergegas masuk menuju loker di mana dompetnya ditaruh. Saat membuka lokernya, netranya tertuju pada loker milik Indira yang kuncinya masih tergantung. Dia penasaran untuk membukanya, karena tak biasanya Indira meninggalkan kuncinya begitu saja.“Kenapa tasnya masih di sini, dompet dan HP-nya juga masih ada di dalamnya, kemana dia? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu sama dia?” dalam hatinya menerka-nerka sambil membuka isi tasnya dan bergegas mencari-cari keberadaan Indira dengan perasaan khawatir.Tempat loker tak jauh dari gudang dan toilet. Panji setengah berlari sambil matanya menyapu ke segala arah.
Read more
Part 30
Aku melihat dari arah bawah hingga ke atas lelaki yang ada di hadapanku. Lelaki yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidup, yang membuatku bergidik ngeri kala mengingatnya.“Tuan Mike ...,” lirihku sambil menatapnya penuh kebencian.“Kamu ..., cantik banget hari ini! Kamu tamunya Revan apa Kamila?” Dia hendak membantuku untuk berdiri. Namun, aku menolaknya dengan menepiskan tangannya yang hendak memegangku.“Aku tamunya Revan.” Aku menjawabnya dengan sinis lalu bergegas bangun dan mengibas-ngibaskan gaunku karena ada debu yang menempel. “Permisi, aku duluan!”Tuan Mike mencekal lenganku, membuat langkahku terhenti. Aku menoleh ke belakang.“Aku mau kamu menemaniku malam ini, kita nanti booking hotel. Aku akan bayar berapa pun yang kamu mau!” Dia menatapku seperti Elang yang hendak menerkam mangsanya.Buuugh!Bogem mentah melayang di pelipisnya, membuat tubuhnya terhunyung seketika. Tiba-tiba Abi datang menghampiri kami dengan ekspresi marah menatap Tuan Mike. Mu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status