Air mata Tiffany akhirnya tak terbendung lagi. Selama bertahun-tahun ini bersama Bronson, meskipun dia tidak pernah mengeluh, rasa tertekan itu tetap ada.Kini, dia akhirnya bisa melepaskan semuanya. Bagaimana mungkin dia tidak menangis karena bahagia?"Sudah, sudah! Jangan nangis lagi dong!" Saat ini, Arlene yang rambutnya dikepang dua berjalan mendekat dengan langkah goyah. Satu tangannya menggenggam lengan baju Tiffany, satu lagi menarik ujung pakaian Bronson."Mama, tadi Kakek bilang mau kepang rambut Mama. Katanya, waktu Mama seumuran dengan Arlene, Kakek belum pernah kepangin rambut Mama. Mama masih mau nggak dikepangin sama Kakek?"Sambil berbicara, si kecil menggelengkan kepalanya untuk membuat kedua kuncirnya bergoyang. "Mama, lihat deh, rambut Arlene bagus banget, 'kan? Kakek jago kepangin rambut! Mau coba nggak?"Tiffany tertegun sesaat. Dia refleks melirik ke arah Arlene, lalu menoleh memandang Bronson. Beberapa detik kemudian, hatinya terasa hangat. "Mau!"Setelah berkata
Read more