Menjelang tengah hari, kedua matahari mendekat satu sama lain, menciptakan bayangan vertikal tajam yang menyayat tanah. Udara menegang.Kemudian terdengar suara itu.Gema dalam. Dalam sekali. Bukan hanya didengar—tapi dirasakan. Seperti sumsum yang dipanggil keluar dari tulang.Cucu dan Rimba membeku. Hara pun terdiam otomatis, bak bayi berhenti menangis. Hanya lidah api di unggun yang tetap meliuk, bagai tak terpengaruh oleh dunia.Seorang lelaki tua yang kebetulan berjalan bersama mereka, berlutut, menempelkan telinga ke tanah.“Sangkala Waktu …, tapi ini beda,” gumamnya. “Nadanya miring. Ada yang rusak.”Rimba berbalik ke arah Cucu. “Kau dengar itu? Seperti ada …, sesuatu lain di bawah sana?”“Bukan cuma gema,” bisik Cucu. “Lebih seperti ..., seseorang memanggil balik.”---“Wahai Pak Tua, Anda mau ke mana?” tanya Hara ketika S
Terakhir Diperbarui : 2025-06-27 Baca selengkapnya