"Kak ...""Diam. Kamu cerewet sekali hah!" Martin mencengkram erat dagu Ghea dan menatap istrinya itu dengan tajam."Jangan berlagak seperti istriku. Ingat, kamu itu wanita murahan. Wanita beruntung yang mengandung anakku. Jangan pernah bersikap sombong hah!" teriak Martin penuh kebencian."Tugasmu, cukup lahirkan anakku. Lalu pergi! Paham?"Martin membanting pintu kamar mereka, meninggalkan Ghea yang terpaku dalam ketakutan. Mata perempuan itu memerah, namun ia menahan tangisnya. Sudah cukup air mata yang ia keluarkan sejak menikah dengan Martin. Ia pikir setelah menikah, Martin akan sedikit berubah, atau setidaknya mencoba bertanggung jawab sebagai suami. Nyatanya, tidak.Ghea berjalan pelan ke kamar mandi, mencuci wajahnya yang penuh peluh dan debu air mata. Dari balik cermin, ia melihat bayangannya sendiri—seorang istri muda, tengah mengandung, tetapi diperlakukan seolah dirinya sampah.Tak lama, terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Raisa."Dasar perempuan murahan," ujar
Last Updated : 2025-05-18 Read more