Begitu mendengar kata "pengecut", alis Ardi langsung berkerut tanpa sadar. Namun dengan cepat, ekspresinya kembali dingin dan santai seperti biasa. Dia berkata ringan, "Sudah kubilang, trik murahan begitu tidak akan mempan padaku. Dokter Raisa, lebih baik simpan tenagamu."Memang, aku sengaja memancing reaksi Ardi. Namun, tujuan utamaku hanya ingin mengungkapkan isi hatiku yang sebenarnya.Melihat garis keras yang tercetak di sudut bibir pria itu, juga jari-jarinya yang terus mengetuk meja tanpa sadar, aku sadar sebenarnya Ardi sedang marah.Nada suaranya barusan pun demikian, walaupun dia masih berusaha mengendalikan kecepatan bicara, tetapi rasa kesalnya tetap terpampang jelas.Aku menebak kalau dia sedang menahan emosi.Seperti seekor macan tutul yang menyembunyikan cakar dan mondar-mandir di sekitar mangsanya, ketukan jarinya di atas meja makin cepat. Seolah dalam detik berikutnya, dia akan merobek topeng yang dia pakai untuk mengendalikan dirinya itu.Sepertinya pancinganku cukup
Baca selengkapnya