All Chapters of Ambil Aku Sekarang, Tuan Besar Alpha: Chapter 11 - Chapter 20

ANASTASIA“Seorang Beta, kau bilang?” tanyaku, mulai berperan sekarang setelah aku tahu siapa pria di depanku ini sebenarnya.Dia menyeringai mendengar pertanyaanku, lalu mendekatiku untuk mengurangi jarak di antara kami dan berkata, “Itu kenyataannya, Sayang. Aku adalah seorang Beta.”“Hm. Dan kau mengira aku akan percaya hanya karena jas itu?” Aku mengangkat alis, seolah meragukan ucapannya.Kalau aku ingin mendapatkan sesuatu yang penting darinya, aku harus memainkan permainan ini seperti seorang Wanita Mafia yang cerdas—meskipun aku belum resmi menjadi bagian dari Mafia. Tapi aku tahu aku bisa, dan aku akan membuktikan bahwa Alpha Diego salah.“Butuh semacam kartu identitas yang menunjukkan posisiku?” Dia bercanda, mengikuti dari belakang saat aku bergerak mengambil lebih banyak camilan.Aku benar-benar lapar dan tak ingin pingsan, jadi aku asal ambil apa pun yang menurutku enak, lalu berkata pada si Beta, “Dengan identitas atau tanpa, aku adalah wanita yang jarang percaya ucapan

ANASTASIA"Haa! Berhenti... Berhenti sekarang!!" Aku mengerang di tangannya, mencoba mengendalikan diri. Tangannya masih memegang payudaraku, meremas dan memijat putingnya.Cara dia menarik putingku dan mencengkeram payudaraku membuat mataku berputar ke belakang. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Kenikmatan itu terlalu kuat bagiku. Itu membuat kakiku gemetar."Apakah putingmu baru saja mengeras? Aku bahkan belum mulai dan kamu sudah gemetar? Mengesankan," ejeknya, masih meremas payudaraku lebih keras."Itulah yang kamu inginkan. Kamu ingat? Kamu mencoba merayuku hari itu di rumahku sendiri, menyentuh dan membelai tubuhku." Dia mengingatkan, melepaskan tangannya dari mulutku dan memberiku kesempatan untuk terkesiap."Aku akan memberikan apa yang kamu inginkan. Setidaknya kamu tidak perlu berjuang untuk sentuhanku lagi.""Diego, berhenti!" Aku berteriak, mencoba menggunakan tubuhku untuk mendorongnya kembali.

DIEGOAku benar-benar tidak percaya gadis ini. Setelah semua stres yang dia buat aku lalui, sekarang dia masih minta imbalan lagi?Kalau saja dia tahu betapa sulitnya aku menerima permintaan pertamanya, pasti dia akan menyimpan keinginannya itu sendiri.Tapi setelah apa yang baru saja kulihat, aku bisa bilang dia sama sekali tidak takut berada di dekat pria seperti aku. Bukan seolah dia tidak tahu bahaya apa yang bisa menimpanya jika ikut campur dalam urusanku. Dia sadar... tapi dia justru menikmati bermain kotor."Pikirkan baik-baik, Alpha. Kalau kamu setuju dengan kebutuhanku, maka kamu dapat kartumu. Tapi kalau kamu tetap keras kepala, aku akan merobeknya," ancamnya.Aku tidak takut padanya. Jangan samakan aku dengan Beta Xavier yang terus menari mengikuti iramanya seperti boneka.Tapi entah kenapa... aku rasa Anna mungkin benar-benar akan merobek kartu itu kali ini.Dia pernah berani keluar dari mobilku saat aku menolak permintaan pertamanya. Dan itu membawanya bertemu langsung de

DIEGO "Aku tidak sabar untuk memanjakanmu malam ini," aku membaca balasan penuh nafsu dari si Beta mesum. Bajingan sange itu terus mengirim pesan untuk memastikan aku... Maaf, maksudku Anna, tidak mengubah rencananya untuk malam ini. Aku harus tetap berperan, melanjutkan dari titik terakhir yang ditinggalkan Anna. Tentu saja aku melihat semua dramanya, bagaimana dia bersikap jual mahal. Itu satu-satunya cara agar si tolol ini percaya kalau dia sedang berbicara dengan Anna, bukan orang lain. “Bagaimana kau akan mengekspresikannya, kalau kau sudah terdengar terangsang hanya lewat pesanku? Apa kau bersama orang lain?” aku membalas, merasa muak. “Aku nggak percaya aku ngelakuin ini.” Aku menggeleng pelan, mencoba menghilangkan rasa jijik yang menjalar di seluruh tubuhku. Si Beta membalas, meyakinkan bahwa dia sedang sendiri, tak ada orang lain di rumah. “Aku cuma memikirkanmu. Mungkin itu sebabnya aku jadi terang

DIEGO“Apa aku bisa dapat hasilnya secepat mungkin?” tanyaku sambil melemparkan botol itu ke tangan Dokter pribadi laboratorium rahasiaku.Setelah keluar dari wilayah Red Moon malam itu, kami langsung menuju laboratorium rahasia milik Dokter terbaik Crescent pada tengah malam, dan memasukkan Beta Xavier serta para wanitanya ke dalam sel yang memang aku siapkan khusus untuk para maniak seperti mereka.Dokter Jeremy, sang Dokter sendiri, tidak menyangka aku akan datang di jam segitu. Tapi dia tahu, dia tak bisa menolak Alpha, terutama jika kasusnya penting.“Wah, kamu berhasil dapat sampel,” katanya, memandangi cairan di dalam botol. “Nggak nyangka bakal lihat hari ini datang juga,” ia terkekeh sambil menatapku.Tawanya langsung berhenti begitu melihat ekspresiku. Aku memang sedang tidak dalam mood bercanda. Aku hanya ingin tahu hasil dari racikan obat gila ini.“Aku akan coba usahakan hasilnya keluar minggu ini. Tapi tergantung dari jenis bahan kimia yang dipakai dalam zat ini,” katany