“Hah!” Gilang mengeluh keras. Pagi itu, pukul 07.30 WIB. Di rumah kontrakan kecil yang sederhana, Gilang duduk di meja kayu tua, ditemani kopi yang sudah tidak lagi hangat. Matanya terpaku pada layar ponsel, jarinya berulang kali melayang tanpa menekan satu pun tombol.Di Los Angeles masih pukul 17.30, sehari sebelumnya. Alvin kemungkinan masih di kantornya, atau setidaknya belum pulang. Gilang akhirnya menghela napas dan menekan panggilan.Beberapa detik kemudian, suara Alvin menjawab, “Halo? Lang?”“Vin, aku butuh bantuanmu. Tapi bukan soal toko atau kebakaran.” Gilang berkata segera tanpa basa-basi.“Oke... Jadi soal apa?”“Soal ibunya Elok. Saraswati Dewi.”Alvin terdiam sesaat. “Kenapa? Dia kan masih dirawat di Malaysia.”“Nah itu. Aku curiga sekarang Rima, Mamaku, terlibat terlalu jauh. Aku baru tahu kalau dia mulai minta akses ke catatan medis dan ngurus proses kepulangan Bu Saras. Elok enggak tahu apa-apa soal itu.”“Bu Rima?” Alvin mengulang. “Dia yang dulu bawa Bu Saraswati
Terakhir Diperbarui : 2025-06-27 Baca selengkapnya