Pagi berikutnya, matahari menyelinap perlahan melalui celah tirai. Cahaya keemasan menari pelan di dinding kamar, menyentuh wajah Kamila yang baru saja terbangun. Udara pagi terasa hangat dan segar, tapi ada sesuatu yang berbeda dari biasanya—hening, namun tidak menyesakkan.Kamila mengerjap pelan. Tubuhnya jauh lebih ringan dibanding beberapa hari sebelumnya. Tenggorokan tidak lagi terasa kering, demamnya sudah benar-benar hilang. Namun, yang membuatnya terdiam bukanlah kesehatannya… melainkan suara langkah sepatu kulit yang teratur di luar kamar.Arsen.Ia selalu berjalan dengan irama yang sama, tenang, mantap, dan tak tergesa. Kamila menoleh pelan ke arah pintu—dan benar saja, beberapa detik kemudian, pintu terbuka perlahan. Arsen masuk dengan kemeja putih bersih, rambutnya sedikit basah seperti baru saja mandi, dan wajah datarnya yang seakan tidak pernah berubah.Namun ada satu hal, di tangannya, pria itu membawa nampan kayu berisi sarapan—bubur ayam, segelas air putih, dan sepot
Terakhir Diperbarui : 2025-10-12 Baca selengkapnya