"Itu berhasil," bisik Lora, suaranya nyaris tak terdengar.Ayahnya, Jody Marinda, dengan usaha yang cukup besar, akhirnya berhasil duduk. Dia mengayunkan kakinya ke sisi ranjang."Ini seperti keajaiban," gumam Jody.Lora merekam setiap momen berharga itu dengan kameranya. Pikirannya sudah berlari jauh memikirkan berbagai kemungkinan.Ini sudah jauh melebihi harapan Lora.Bagi orang-orang kaya, tidak ada yang lebih berharga daripada kesehatan."Ayah, aku akan panggil Ibu," ujar Lora sambil berdiri.Lora lalu meninggalkan kamar dengan jantung berdebar karena kegembiraan.Sementara itu, Jody menoleh ke arah ponselnya yang terletak di sisi ranjang.Setelah terbaring selama begitu lama, pikirannya kini berputar kencang. Jody menarik napas dalam-dalam, lalu menekan nomor yang sudah bertahun-tahun tidak dia hubungi."Febrian?" ucap Jody ketika teleponnya tersambung."Jody?" Suara Febrian terdengar terkejut.Dulu Jody adalah pesaing terberat Febrian di Kota Vilego. "Kudengar, kau lumpuh karena
Read more