Brian menoleh cepat, wajahnya tampak bingung, seolah kata-kata Alana baru saja menjatuhkan petir di ruang itu. “Eh… gimana?” suaranya ragu, tidak sekuat biasanya.Alana tidak bergeming. Tatapannya berubah dari hangat, menjadi menusuk, tajam. “Kau sangat pandai berakting, Benar kan…Brian?” Ia menekankan nama itu dengan nada getir. “Aktingmu sempurna. Caramu meniru kebiasaannya, kata-katanya, langkah dansanya, bahkan lukisannya.”Brian terdiam, tubuhnya kaku di depan jendela. Sejenak, ia tampak kehilangan kendali, tak tahu harus menyangkal atau mengalihkan. “Apa maksudmu?” tanyanya akhirnya, Ia tak menduga Alana akan menodongnya seperti ini.Alana menggenggam erat gelas tehnya, jemarinya bergetar. “Nggak usah pura-pura lagi, Brian…” suaranya pecah, pelan tapi penuh kekuatan yang lahir dari rasa sakit. “Kau meniru… Chandra, kan?”Ruangan itu mendadak hening, hanya terdengar detak jam dinding yang bergema lebih keras dari biasanya.Di tempat lain, di ruang kerja Leo, ketegangan sudah tak
Last Updated : 2025-08-23 Read more