Beberapa hari berlalu. Kabar tentang kepergian Fatih masih menjadi misteri, setidaknya bagiku. Ditambah dengan kehadiran Bram, sopir baru yang misterius, benar-benar menjadi teka-teki yang menyiksa. “Bu, Pak,” aku memecah keheningan diantara denting sendok pagi ini. "Fatih pamit ke mana sih?" Ibu meletakkan sendoknya. "Kangen?" "Idih, boro-boro!" Jawabku cepat. Aku mengunyah makanan dengan cepat. "Safira, ibu lihat selama ini, Fatih anak yang baik. Yaaa.. meskipun ibu gak setuju kamu menikah dengannya!" Ibu melirik ayah yang sedang membaca koran serius. "Tapi ibu harus akui, Fatih laki-laki baik. Sejak dia tinggal dengan kita, gak sekalipun dia mendekatimu. atau perempuan-perempuan lain yang mencoba mencari perhatian padanya. Kamu lihat kan gimana dia? Mudah buat dia main hati!" "Gak kayak satunya. Udah pas-pasan, mainin anak orang hobinya!" Ekor mata Bapak melirik kamar Meta yang masih tertutup rapat. "Tapi Bapak setuju, kalau Ibumu bilang, dia laki-laki yang baik. S
Terakhir Diperbarui : 2025-07-12 Baca selengkapnya