Terpaksa Menikahi Sopir Bapak

Terpaksa Menikahi Sopir Bapak

last updateLast Updated : 2025-07-24
By:  Banyu BiruUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
36Chapters
166views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pernikahan Safira nyaris batal karena pengkhianatan sang tunangan. Demi menjaga nama baiknya, ia terpaksa menerima saat harus dinikahkan dengan sopir pribadi pilihan ayahnya. Tak ada yang tahu, jika pria itu adalah putra tunggal sang pewaris besar yang memilih kabur dari perjodohan. Dikelilingi luka, penolakan, dan cinta masa lalu yang belum usai, serta intrik perebutan harta, mampukah Safira menjadikan rumah tangganya tempat yang penuh cinta, bukan hanya pelarian semata?

View More

Chapter 1

1. Pengkhianatan

"Ah! Damar, ternyata kamu nakal juga ya! Safira pasti nggak tahu kalau kelakuan kamu ternyata begini!"

Deg.

Tubuhku meremang seketika. Aku mendengar suara rintihan perempuan juga laki-laki bersahutan. Bukankah kamar ini harusnya kosong? Aku mengendap lebih dekat.

"Safira gak bisa buat aku seneng kayak kamu. Dia kuno dan bosenin. Beda sama kamu, Sayang!"

Suara Damar! Di kamar! Kenapa dia ada di rumah ini? Dengan siapa? Jangan-jangan...

Tanganku mengepal.

Aku baru saja pulang pagi ini karena rapat sekolah yang harusnya selesai siang ternyata lebih cepat dari biasanya. Sekaligus berpamitan karena cuti sudah mulai turun jelang satu minggu pernikahan.

Rumah biasanya memang sepi di jam-jam kerja seperti ini. Bapak masih di kelurahan. Sementara ibu ada urusan ke desa sebelah untuk menghadiri hajatan. Akhir-akhir ini memang banyak warga yang menggelar hajat.

Namun saat aku akan masuk ke kamar, aku malah mendengar suara desahan yang tak biasa di kamar sebelah.

Jadi ini sebabnya, Damar sering menghindar dan sering menjauh dengan alasan sibuk. Bahkan fitting baju untuk pernikahan saja, terpaksa harus tertunda hingga hari ini.

Tanpa pikir panjang, kakiku menendang pintu yang tak terlalu rapat. Seketika mataku membelalak saat Damar ada di atas tubuh seseorang. Keduanya tanpa pakaian.

Dasar hidung belang. Seminggu lagi akan menikah denganku, tapi dia malah tidur sama perempuan lain? Di rumahku lagi!

"Safira?"

"Meta?"

Tubuhku seketika lemas.

Dengan sadar, aku menekan tombol darurat ponsel yang masih ada di saku seragam. Tombol darurat yang menghubungkanku dengan Bapak.

Selama ini aku berpikir, fitur itu tak ada manfaatnya. Ternyata, sekarang aku bisa menggunakannya.

Meta yang kini ada di bawah tubuh Damar justru menatapku tanpa bersalah, sedangkan Damar tersentak, segera beranjak bangkit dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.

"Safira, ini gak seperti yang kamu pikir. Aku dan Meta cuma...!" Damar mendekatiku dan berusaha meraih tanganku.

"Cuma apa? Cuma latihan? Praktek? Atau apa?" Aku menatapnya dengan tatapan sinis dan mundur untuk menghindarinya.

Sementara Meta hanya tersenyum miring dan bergulung dengan spreinya. Tangannya menahan kepala dengan tubuh miring.

"Sudahlah Safira. Cukup. Jangan cari pekara. Anggap saja kau tak melihat semua ini. Aku akan tetap menikahimu, tak ada yang berubah. Kamu mau pernikahan kita batal?!" bentak Damar dengan gelagat paniknya.

Damar mendorongku saat aku mencoba untuk mendekati Meta, ingin rasanya menjambak rambut dan mencakar wajahnya. Mendapat pembelaan Damar, senyum miring Meta semakin lebar.

"Apa? Aku cari perkara? Kamu pikir aku buta?" Aku menatap Damar tak percaya. Bukannya merasa bersalah dan meminta maaf, Damar justru mengancamku.

"Ya! Pernikahan kita batal kalau kau tak mau diam dan tetap mempermasalahkan ini! Tapi jika kau diam dan menerima, aku akan tetap menikahimu, dan Meta..." Aku melihat ujung mata Damar yang melirik Meta. "Aku akan putuskan Meta!"

Aku mendengus mendengar jawaban Damar. Berani sekali dia mengancamku dan berpikir aku masih mau melanjutkan pernikahan ini, setelah apa yang mereka perbuat?

"Apa maksudnya kamu akan putuskan Meta? Jadi selama ini kalian pacaran? Kalian memang sudah biasa melakukannya?" Aku sinis menatap mereka bergantian. Meskipun sebenarnya, hatiku sakit melihat pengkhianatan dari orang yang kupercayai.

Apakah selama ini Damar memang cuma mempermainkanku?

"Ayolah, Safira. Jangan keras kepala! Terima saja semuanya dan kita akan jalani seperti biasa!" Damar mengacak rambutnya.

Aku menatapnya dengan tatapan terluka. “Aku sudah panggil Bapak.”

Kulihat mata Damar yang membulat dengan panik. Meta di kasur juga mulai blingsatan mencari pakaiannya.

Terdengar suara mobil berhenti di depan. Tepat dengan apa yang kuduga. Bapak segera meluncur pulang dengan sopirnya setelah mendapat telepon daruratku. Langkah-langkah kaki mulai mendekat. Damar dan Meta semakin pucat.

"Ada apa, Safira...?" Bapak menghentikan kalimatnya saat melihat Meta dan Damar yang tergesa-gesa merapikan pakaiannya.

"Damar, Meta? Apa yang kalian lakukan?" Bapak nanar melihat kami bergantian. Fatih, sopir Bapak, segera ikut masuk menyusul Bapak yang telah masuk lebih dulu.

"Bapak lihat? Apa yang sudah mereka lakukan? Aku gak mau melanjutkan pernikahanku dengan Damar. Aku gak mau laki-laki bekas orang!" seruku, emosiku seketika pecah di hadapan Bapak.

Bapak mengurut dada.

"Kau bisa jelaskan, Damar?" Suara bariton Bapak menggelegar. Kemarahan yang tertahan justru membuat Bapak semakin menakutkan. Meta kini hanya bisa menunduk. Wajah jumawanya tak lagi terlihat seperti tadi.

"Maaf, Pak. Saya khilaf. Saya cuma main-main dengan Meta. Saya gak ada maksud untuk menyakiti Safira. Saya...!" Damar menghentikan kata-katanya untuk melihat respon bapak.

"Ini... Ini karena Safira selalu menolak saya, Pak. Lalu... Lalu meta mencoba menggoda saya!"

"Lalu, kamu melakukannya? Di rumah ini? Dengan sepupunya?"

Bapak mendekati Damar perlahan. Tangan Bapak terlihat mengepal. Sebagai kepala desa, bapak memang bukan orang yang mudah terpancing untuk marah. Tapi tentu saja, Bapak tidak akan tinggal diam saat anak perempuan satu-satunya disakiti.

PLAK!

Semua tersentak dan menatap Bapak dengan takut.

"Bagaimana jika aku katakan hal ini pada orang tuamu?"

"Jangan, Pak. Jangan! Saya... !" Damar tak lagi bisa berkata-kata.

"Batalkan pernikahanmu dengan Safira!" tegas bapak. Akhirnya.

"Tapi, Pak. Bagaimana dengan Safira? Apa Bapak tidak kasihan dengan Safira?" Suara panik Damar membuat Bapak memicingkan mata. “Safira pasti akan jadi bahan pergunjingan di desa karena batal menikah! Apa Bapak gak kasihan? Tolong, Pak! Biarkan kami menikah... Saya...!"

Aku menggamit lengan bapak dengan mata berkaca-kaca. "Pak, tadi dia ancam aku. Katanya aku gak usah masalahin yang dia lakukan sama Meta. Kalau gak, dia gak mau nikahin aku, biar Bapak malu, katanya!"

Mereka pikir cuma mereka yang bisa sandiwara? Aku juga bisa kan? Damar dan Meta melirik ke arahku dengan tatapan berang.

Suara tegas Bapak terdengar lagi. "Selamanya aku tak akan mengijinkan kamu menikahi Safira! Aku akan menikahkannya dengan laki-laki lain, Damar!"

Aku melongo, tidak menyangka ucapan bapak. "Bapak mau nikahin aku sama siapa?" Ulangku.

Bapak menoleh ke belakang, ke arah sopirnya yang berdiri di belakang kami.

"Dengan Fatih!"

"Apa, Pak!" Seketika tubuhku luruh.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
36 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status