Saat terbangun, yang kulihat pertama adalah wajah ibu yang penuh kecemasan.Tanganku reflek menyentuh perut, rasanya rata, seakan-akan kehidupan kecil itu tak pernah ada.Di kehidupan sebelumnya, putriku lahir dalam kondisi lemah dan harus dirawat lama di inkubator.Bahkan dokter sempat mengeluarkan surat pernyataan kondisi kritis.Aku mengerahkan semua koneksi untuk memanggil dokter dari luar negeri dan berjaga tanpa tidur di luar ruang perawatan.Satu-satunya kali Arthur datang ke rumah sakit, dia mengernyit dan menasihati,“Bagaimana kalau ikhlaskan saja, begini hanya membuat ibu dan anak sama-sama menderita.”Yang paling lucu adalah saat itu aku benar-benar mengira dia tulus memikirkan keadaanku.Ambil positifnya saja, kalau memang tidak dicintai, tak perlu biarkan dia datang untuk menderita.“Dorin, tadi dokter bilang….”Ibu terlihat ragu, takut kata-katanya membuatku semakin terpuruk.“Aku sudah nggak apa-apa, bu,” ujarku sambil menggenggam tangannya, lalu melanjutkan, “Batalkan
Read more