Mendengar dia memanggilku pincang, aku tidak bisa lagi menahan diri.Saat dia membanggakan bahwa Johan mencintainya, aku masih bisa memilih untuk tidak memedulikannya.Namun, begitu dia mengejek kakiku, rasanya hatiku seperti disobek-sobek.Aku membentak."Shenina, apa hakmu memanggilku pincang? Kalau bukan karena kamu, bagaimana mungkin aku kehilangan kesempatan untuk menari?""Selain itu, jangan pernah mengungkit soal ibuku!"Saat Shenina hendak melanjutkan makiannya, suara Johan terdengar dari luar pintu.Ternyata, setelah mencari Shenina ke mana-mana dan tidak menemukannya, dia justru datang ke sini.Begitu mendengar suaranya, Shenina buru-buru berpura-pura lemah dan terjatuh ke lantai."Kak Johan, tolong aku!"Mendengar seruan minta tolong itu, Johan langsung menerobos masuk. Melihat Shenina terjatuh di lantai dengan wajah penuh air mata, dia segera memanggil dokter."Kak Johan, untung kamu datang, kalau nggak aku benar-benar nggak tahu harus bagaimana..."Shenina menatap Johan de
Read more