“Minumnya dateng,” ucap Dinda sambil bergeser pelan ke tempat duduk Cinta. Saat ini, posisinya tepat berada di hadapan Altaf, “ayo, Mas, sekalian pesan makan. Biar nggak lecek mukanya.”Kedua sudut bibir Altaf tertarik tipis. Ia mengucapkan terima kasih terlebih dahulu pada pelayan, baru kembali menatap Dinda. “Mbak, tunggu bentar,” sergah Dinda pada pelayan yang hendak pergi dari meja mereka, “Masnya mau pesan.”“Ehm.” Altaf mendadak tidak enak untuk menolak. Terlebih ketika hari ini adalah hari ulang tahun Dinda. “Aku, samain aja sama pesananmu.”“Rib eye-nya nambah satu, Mbak,” ucap Dinda tersenyum lebar, “makasih.”Dinda melipat kedua tangan di meja, masih tersenyum menatap Altaf. Akhirnya, setelah sekian lama, mereka bisa duduk satu meja, berhadapan seperti sekarang. Meski tampang Altaf tidak secerah biasanya, tetapi wajah pria itu tetap saja tampan di mata Dinda. “Kenapa?” tanya Altaf mulai bingung dengan tatapan Dinda padanya. Sambil membuka air mineralnya, ia pun menatap gad
Last Updated : 2025-11-05 Read more