Sejak malam di ruang kerja itu, Rinoa jadi tidak bisa tidur nyenyak. Setiap kali memejamkan mata, bayangan wajah Barra selalu muncul. Senyumnya, tatapannya, bahkan bisikan halus di telinga masih membekas begitu nyata.Keesokan paginya, suasana jadi terasa canggung di meja makan. Barra duduk santai sambil men-scroll iPad miliknya, segelas kopi hitam pun terhidang di depannya. Rinoa datang dengan rambut masih sedikit berantakan, mencoba menyembunyikan gugup.“Selamat pagi, Pa,” sapanya lirih.Barra beralih dari iPad-nya, menatap Rinoa sejenak, lalu tersenyum tipis. “Pagi, Noa. Tidurmu nyenyak semalam?”Pertanyaan sederhana, tapi jantung Rinoa langsung berdetak kencang. Dia merasa seperti ada kode tersembunyi di balik kalimat itu. “U-umm… lumayan, Pa.”Barra hanya mengangguk, lalu kembali ke iPad-nya. Seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, Rinoa tahu, pria itu sengaja menciptakan tarik-ulur. Membiarkan dirinya resah, tapi tetap ingin mendekat."Apa Papa lihat Enzo?" tanya Rinoa kemudian. Ju
Last Updated : 2025-09-25 Read more