Udara desa yang biasanya damai kini berganti dengan hiruk-pikuk pertarungan sengit. Fajar baru saja merekah, namun halaman kecil rumah kayu tempat Arga dan Nayara tinggal sudah dipenuhi suara pukulan, teriakan, dan desah nafas berat. Arga bergerak lincah, menangkis serangan dari tiga pria sekaligus. Pukulan deras menghantam udara, tendangan cepat nyaris mengenai kepalanya, namun ia selalu berhasil menghindar pada detik terakhir. Mata elangnya terus fokus, tubuhnya berputar dan bergeser seperti penari yang terbiasa dengan medan keras. Pria pertama—yang sebelumnya lengannya dipelintir Arga—masih terlihat kesakitan, tapi dipaksa ikut menyerang lagi. Sementara pria kedua, dengan tubuh lebih kecil namun gesit, terus mencari celah. Pemimpin mereka, yang jelas lebih berpengalaman, menjadi ancaman utama dengan serangan yang terukur dan mematikan. “Serahkan wanita itu! Kamu tidak tahu apa yang kamu hadapi, Arga!” teriak pemimpin itu sambil melayangkan pukulan lurus ke arah dada. Arga menep
Huling Na-update : 2025-09-26 Magbasa pa