“Mas, tolong, aku capek. Aku cuma mau ngomong baik-baik.”“Berani melawan sekarang, hah?!” bentaknya. Bau alkohol menusuk dari napasnya. Aku bergidik ngeri.“Tidak, Mas,” aku mencoba menjauh, tapi dia melangkah cepat mendekat. “Aku cuma mau ngomong ... tentang hubungan kita.”“KURANG AJAR!” Bimo mengangkat tangannya, siap menampar. Aku mundur selangkah, menatapnya dengan ketakutan tapi juga nekad.Dan entah dari mana keberanian itu datang, aku berteriak, “AKU MAU KITA CERAI!”Suara itu terdengar keras di ruangan kecil itu.Bimo tertegun. Tangan yang tadi terangkat kini menggantung di udara.Beberapa detik kemudian, tawanya pecah dan mengejek.“Cerai?” katanya dengan nada sinis. “Kamu pikir gampang, hah? Kalau cerai dari aku, kamu mau ke mana? Mau tinggal di kampung? Mau jualan lagi di pinggir jalan?”“Itu bukan urusanmu, Mas!” jawabku cepat. Napasku naik turun, dada berdebar hebat antara takut dan nekat. “Aku nggak mau hidup kayak gini terus!”Wajah Bimo berubah gelap. “Kamu nggak bol
Huling Na-update : 2025-11-09 Magbasa pa