Mona berjalan setengah berlari mengejar langkah Hana. Setelah lebih dekat, ia menyapa Hana dengan ceria tanpa dosa, yang begitu manis melebihi gula, dan terlalu palsu untuk dikatakan tulus. “Mbak Hanaaa… pagi!” Sapanya, “Heh, Mona. Baru sampai juga?”Mona mengangguk, “Loh, muka kamu kelihatan capek banget, Mbak. Pucat gitu. Kurang tidur banget, ya?” tanyanya seolah begitu perhatian mendetail wajah Hana.Hana tersentak sedikit, “Masa, sih?” buru-buru ia mengambil cermin bedak di dalam tas. Hana berkaca sekilas, lalu tersenyum tipis, “Eh, iya. Kelihatan kayak ibu-ibu anak lima yang di kantor masih ngejar deadline, hehe.” Jawabnya dengan candaan miris.“Mungkin memang belakangan ini aku kurang tidur,” ujarnya pelan sambil memasukkan cermin bedaknya ke dalam tas.“Wah, pantes. Benar, kan, dugaan aku. Tapi ya maklum sih, Mbak. Sekarang kamu, kan, kerjanya di bawah tekanan langsung CEO baru,” ujar Mona, nada suaranya dibuat santai tapi jelas memiliki arti. “Adam itu, kan, memang orangnya
Terakhir Diperbarui : 2025-10-17 Baca selengkapnya