Di rumah sakit kota, aku berteriak histeris padanya, “Rizky! Kalau kamu pergi hari ini, hubungan kita selesai!”Langkahnya sempat terhenti, lalu Rizky pun buru-buru berbalik untuk memeluk dan mencium keningku.Aku menggenggam tangannya secara reflek dan tak ingin dia pergi.Dia melepaskan tanganku perlahan dan membisikkan satu kalimat di telingaku,“Sayang, jangan pikir yang aneh-aneh. Aku hanya pergi melihatnya sebentar dan langsung balik nanti.”Kemudian, dia pun berbalik dan berlari pergi.Meninggalkanku berdiri sendirian dengan air mata yang terus mengalir.Menjijikkan, benar-benar menjijikkan.Mulutnya masih memanggilku ‘sayang’, tapi tanpa ragu pergi menemui wanita lain.Rizky, kita selesai sampai sini.Aku tak akan memaafkanmu lagi.Ibuku yang datang mencari Rizky menggenggam tanganku dan dengan nada memohon, berkata padaku, “Tania, bisakah kamu berlapang dada sedikit? Kakakmu depresi dan keadaannya cukup parah. Biarkanlah Rizky pergi menemaninya sebentar, ya? Ibu mohon padamu
Read more