Malam turun perlahan, seperti tirai hitam yang menutup panggung dunia. Di luar, suara jangkrik bersahutan dengan desir angin yang menembus sela jendela. Lampu di kamar kecil itu redup, hanya menyisakan bayangan samar di dinding — bayangan seorang pria yang duduk diam dengan wajah menunduk.Adrian Tanaka — atau Ardi, sebagaimana semua orang di proyek mengenalnya — memegang selembar kertas lusuh di tangannya. Surat itu, yang kini mulai sedikit kusut di ujungnya, masih membawa aroma samar dari tinta dan tangan yang menulisnya.Ia sudah membacanya entah berapa kali, tapi setiap kali matanya menelusuri huruf-huruf itu, ada sesuatu di dadanya yang bergerak. Bukan hanya rasa senang, tapi juga takut. Takut pada kenyataan bahwa seseorang berhasil menembus lapisan peran yang ia bangun begitu rapat.Ia menarik napas panjang, lalu berbisik pelan, seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri,“Maya… apa yang sebenarnya kau lakukan padaku?”Di luar jendela, hujan tipis mulai turun lagi.Adrian mena
Terakhir Diperbarui : 2025-10-31 Baca selengkapnya