Ruang makan dipenuhi aroma teh hangat dan hidangan mewah dan beragam. Cangkir porselen putih berjejer, uap tipis mengepul pelan. Bai Muyin duduk dengan punggung tegak di sisi Li Fenglan, tangannya terlipat rapi di pangkuan. Ia masih belum terbiasa dengan suasana keluarga besar ini.Kemudian Nyonya Tua mengangkat cangkir tehnya, menyesap perlahan, lalu menyipitkan mata ke arah cucunya.“Fenglan,” ucap Nyonya Tua.Li Fenglan langsung meletakkan sumpitnya. “Iya, Nek, kenapa.”Muyin melirik. Ada sesuatu yang aneh dari cara Nyonya Tua memanggil nama Fenglan.“Dudukmu terlalu tegak. Seperti sedang di medan perang,” lanjut Nyonya Mu Ran. “Ini meja makan, bukan ruang strategi.”Fenglan terdiam. “Aku akan memperbaikinya, ehm.”Agak malu Fenglan ditegur di depan istrinya. Namun, siapa yang berani melawan titah Nyonya Tua. Penguasa tertinggi di kediaman Jenderal Li, meski lelaki itu yang menang di medan pertempuran.“Hm, yang perlu kau perbaiki bukan hanya cara duduk.” Nyonya Tua tersenyum lagi,
Last Updated : 2025-12-25 Read more