Share

Putra Panglima Perang

Para prajurit tersebut langsung melaporkan kejadian yang mereka alami kepada Prabu Rawinta—seorang penguasa tamak dan keji itu.

"Hanya menangkap seorang pendekar saja kalian tidak becus!" bentak Prabu Rawinta murka terhadap para prajuritnya.

Setelah itu, Prabu Rawinta langsung memerintahkan Jaya Menda yang menjabat sebagai panglima perang di kerajaan tersebut, untuk segera melakukan penyisiran ke setiap pelosok desa dan dusun-dusun yang ada di wilayah kerajaan Kuta Tandingan.

Jaya Menda bergerak cepat dalam melaksanakan titah rajanya itu. Ia mengumpulkan para prajurit dan langsung membagi tugas serta membentuk beberapa kelompok pasukan yang akan disebar ke seluruh wilayah kerajaan tersebut, dalam rangka melakukan pencarian Randu Aji yang sudah membuat kegaduhan dengan melakukan banyak teror membantai para prajurit kerajaan Kuta Tandingan.

Hal tersebut ternyata diketahui oleh Prabu Wanakerta penguasa alam jin dari alas gunung Sanggabuana, ia langsung memerintah Senapati Sulima untuk mengabarkan hal tersebut kepada Erlangga.

"Segera sampaikan kabar ini kepada

Pangeran Erlangga!" perintah Prabu Wanakerta kepada senapatinya.

"Baik, Gusti Prabu. Hamba akan segera berangkat untuk menemui Pangeran Erlangga," jawab Senapati Sulima menjura kepada rajanya.

"Berangkatlah!" ujar sang raja memberikan perintah.

Dengan demikian, Senapati Sulima langsung menghilang dari hadapan Prabu Wanakerta, Senapati Sulima langsung menemui Pangeran Erlangga di Padepokan Kumbang Hitam.

Malam itu, ketika Pangeran Erlangga sedang duduk santai di beranda barak. Ia dikagetkan dengan munculnya asap putih yang membumbung tinggi di sudut beranda rumah tersebut.

Perlahan asap tersebut menghilang dan muncullah sesosok makhluk tinggi besar berambut gimbal bertaring—sangat menyeramkan.

Jika orang yang ditemuinya tidak mengenali makhluk tersebut. Mungkin orang itu akan kabur karena merasa takut dengan kemunculan sosok menyeramkan itu.

Namun, tidak berlaku bagi sang pangeran. Ia tampak santai dan tidak bereaksi apa-apa. Karena sang pangeran sudah mengenal makhluk tersebut.

Sosok jin itu adalah Senapati Sulima, ia bersimpuh di hadapan Erlangga seraya memberi salam hormat kepada sang pangeran.

"Sampurasun, Pangeran," ucap Senapati Sulima bersikap ramah dan menjura hormat kepada Erlangga.

"Rampes, Senapati," jawab Erlangga lirih.

Senapati Sulima mengangkat wajah mengarah kepada sang pangeran yang ada di hadapannya. Kemudian, Sulima langsung berkata lirih memberitahukan tentang kemunculan pendekar bertopeng tengkorak yang membuat gaduh di istana kerajaan Kuta Tandingan.

"Apakah Senapati tahu siapa pendekar itu?" tanya Erlangga meluruskan pandangannya ke wajah Senapati Sulima.

"Hamba tidak tahu, Pangeran. Karena hamba belum menyelidiki asal usul pendekar bertopeng itu," jawab Senapati Sulima.

"Aku harap Senapati bisa mencari tahu sesegera mungkin! Siapakah pendekar itu? Ajaklah dia untuk bergabung dengan kita!" tandas Erlangga memberikan perintah kepada jin tersebut.

"Baik, Pangeran. Hamba pamit sekarang," pungkas Senapati Sulima menjura hormat. Kemudian langsung menghilang dari hadapan sang pangeran.

"Apa mungkin dia itu merupakan putra dari Paman Rumi yang dulu setia kepada ayahku?" desis Erlangga bertanya-tanya sendiri.

Erlangga mulai menduga-duga, bahwa Randu Aji itu merupakan putra dari panglima perang kerajaan Kuta Tandingan semasa masih dalam kekuasaan Prabu Sanjaya–ayahandanya.

Setelah itu, Erlangga langsung membangunkan Anggadita, dan ia memberitahukan kepada kawannya itu, terkait kabar yang sudah disampaikan oleh Senapati Sulima beberapa waktu lalu.

"Syukurlah, Pangeran. Semoga pendekar itu dapat membantu perjuangan kita," tandas Anggadita dalam perbincangannya dengan Erlangga.

"Ya, sudah. Kau tidur lagi! Besok kita harus menghadap guru, karena aku ingin mengatakan tentang hal ini kepada guru!" pungkas sang pangeran bangkit, lalu melangkah menuju ke arah kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Anggadita.

Anggadita hanya tersenyum, lantas ia pun bangkit melangkah masuk ke dalam kamarnya.

* * *

Keesokan harinya, telah terjadi kegaduhan kembali di istana kerjaan Kuta Tandingan, ada sekitar tiga puluh orang prajurit yang sedang berjaga di keraton para selir Prabu Rawinta, ditemukan tewas mengenaskan.

Hal tersebut menjadikan Prabu Rawinta naik pitam, sehingga ia mulai menaruh kecurigaan kuat kepada rakyatnya sendiri terutama kepada para pemimpin perguruan-perguruan silat yang ada di wilayah kerajaan tersebut.

Dengan tegasnya Prabu Rawinta menuduh para petinggi dari seluruh paguron silat yang ada di seluruh wilayah kerajaannya sebagai otak di balik teror tersebut.

Hal itu ia kemukakan dalam sidang terbatas bersama para senapati dan panglima perang dari kerajaannya tersebut. Prabu Rawinta juga mengundang seluruh patih dan adipati di tiap-tiap wilayah kepatihan serta wilayah kadipaten untuk segera menghadapnya, dan meminta mereka untuk menangkap semua pimpinan padepokan-padepokan silat yang ada di wilayah kerajaan tersebut.

Randu Aji tampak puas dengan kekacauan yang terjadi di wilayah kerajaan tersebut. Ia bersama dua rekannya saat itu sedang berada di sebuah gubuk di tengah hutan. Mereka sedang melakukan perbincangan dan memikirkan tentang siasat dan rencana baru untuk mengadu domba dua kerajaan besar yakni kerajaan Kuta Tandingan dan kerajaan Kuta Waluya.

Dua kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang sudah lama berkoalisi dari zaman runtuhnya kekuasaan Prabu Sanjaya. Dua kerajaan tersebut sama-sama memiliki seorang raja yang jahat dan terkenal dengan kekejamannya terhadap rakyat mereka sendiri.

"Tujuh hari ke depan kita akan kembali melakukan teror kepada Rawinta, kalian berdua menyusup ke istana dengan cara memakai baju kebesaran para wadiya balad kerjaan Kuta Waluya!" kata Randu Aji mengarah kepada Sargeni dan Soarna.

Kedua pendekar itu merupakan orang kepercayaan Randu Aji. Mereka sudah dipercaya karena mempunyai ilmu tingkat tinggi yang dapat menghilang ketika dalam situasi genting saat terpojok oleh musuh.

"Baiklah, kami akan menjalankan tugas dengan baik." Kedua pendekar itu tampak bersemangat menjalankan tugas dari Randu Aji yang sudah berkawan lama dengan mereka.

Randu Aji hanya tersenyum dan berkata lirih, "Ya, sudah. Sekarang kita makan saja dulu! Aku sudah memasak nasi dan membakar dua ekor ayam hutan!" ajak Randu Aji.

Kedua pendekar itu hanya menganggukkan kepala, lalu bergegas bangkit dan masuk ke dalam gubuk bersama Randu Aji untuk segera makan bersama.

Tanpa Randu Aji sadari, Sulima saat itu sedang mengintai gerak-geriknya. Senapati ulima sengaja melakukan penyelidikan terhadap Randu Aji dan kedua rekannya itu, atas perintah dari Erlangga.

"Ternyata pendekar bertopeng itu, Randu Aji," bisik Senapati Sulima terus meluruskan pandangannya ke arah Randu Aji.

Randu Aji merupakan putra dari Panglima perang kerajaan Kuta Tandingan semasa pemerintahan Prabu Sanjaya, yakni Rumi Suliwang seorang punggawa yang setia kepada Prabu Sanjaya dan hingga pada akhirnya ia diangkat menjadi panglima perang di kerajaan tersebut.

"Aku harus menemuinya sekarang juga," desis Senapati Sulima.

Ia langsung meloncat dari pohon tempatnya berdiri dan langsung menghampiri Randu Aji dan kedua rekannya yang sedang berada di dalam gubuk itu.

"Sampurasun," ucap Senapati Sulima.

Randu Aji dan kedua rekannya terperanjat, mereka bangkit dan langsung keluar dari dalam gubuk tersebut.

"Rampes, siapa kamu?" tanya Randu Aji menatap wajah Senapati Sulima penuh kecurigaan.

"Maafkan aku, Raden." Senapati Sulima menjura kepada Randu Aji sambil membungkukkan badan.

Ia langsung memperkenalkan diri dan mengutarakan niatnya di hadapan Randu Aji dan kedua rekannya.

"Aku adalah Sulima, aku diutus oleh Pangeran Erlangga untuk menemuimu, Raden," ujar Senapati Sulima berkata lirih.

Randu Aji mengerutkan kening, lalu bertanya, "Pangeran Erlangga itu siapa?" Randu Aji menatap tajam wajah Senapati Sulima penuh rasa penasaran.

"Pangeran Erlangga merupakan putra dari Prabu Sanjaya, ia sedang menghimpun kekuatan untuk kembali merebut tahta kerajaan. Jika Raden bersedia, sudi kiranya untuk bergabung bersama kami!" ungkap Senapati Sulima menjawab pertanyaan dari pendekar tampan itu.

Randu Aji hanya tersenyum, dan mengangguk tanda menyetujui ajakan dari Senapati Sulima. Randu Aji menanyakan tentang keberadaan Erlangga kepada Sulima, karena ia akan segera menemui Erlangga secepat mungkin.

Dengan senang hati Sulima memberitahukan tentang keberadaan Erlangga kepada Randu Aji.

"Pangeran Erlangga berada di Padepokan Kumbang Hitam."

"Baiklah kalau seperti itu, secepat mungkin aku akan menemui Pangeran Erlangga," tandas Randu Aji.

"Baiklah, Raden. Aku pamit sekarang," pungkas Senapati Sulima langsung menghilang dari hadapan Randu Aji dan kedua rekannya itu.

"Sebenarnya makhluk tadi itu siapa, Raden?" tanya Soarna mengerutkan kening, ia tampak penasaran sekali, karena tidak mengenali sesosok makhluk tersebut.

"Dia itu jin," jawab Randu Aji singkat.

Setelah itu, Randu Aji kembali mengajak kedua rekannya untuk melanjutkan makan yang tadi sempat tertunda karena kedatangan Senapati Sulima.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status