Sang Pendekar

Sang Pendekar

last updateDernière mise à jour : 2021-08-11
Par:  CahyaGumilar79Complété
Langue: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
271 Notes. 271 commentaires
127Chapitres
162.9KVues
Lire
Ajouter dans ma bibliothèque

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scanner le code pour lire sur l'application

"Aku sudah tegaskan, kalau aku tidak tahu apa-apa mengenai pendekar yang kalian cari," teriak petani itu tampak berani dan tidak merasa gentar meskipun dahi dan pergelangan tangan kanannya sudah terluka oleh sabetan pedang dari salah seorang prajurit yang sedang mengeroyoknya itu."Jangan bohong kamu!" kata prajurit yang bertubuh besar tinggi, sambil meletakkan ujung pedang di leher petani tersebut."Aku tidak tahu, Punggawa," jawab petani itu berusaha mengatakan hal yang sebenarnya. Sejatinya, ia memang tidak mengetahui tentang kemunculan pendekar bertopeng itu.Kemudian, prajurit tersebut menendang keras dagu pria setengah baya itu, dengan begitu beringasnya dan mehujaminya dengan rentetan pukulan keras mengenai perut dan wajah pria setengah baya itu.Ketika prajurit lainnya hendak menebas leher petani tersebut. Tiba-tiba sebongkah batu berukuran besar melesat cepat dari arah tak terduga menghantam tubuh prajurit tersebut, sehingga membuatnya terpental dan sekarat seketika dengan bersimbah darah dari mulut dan hidungnya. Tampak seperti ayam baru disembelih, tubuhnya terlentang di hadapan rekan-rekannya.****

Voir plus

Chapitre 1

1. Sebuah Kudeta

Di sebuah kerajaan besar terletak di sebelah selatan pegunungan Sanggabuana, terjadi sebuah konflik berkecamuk. Kala itu, istana kerajaan tersebut digemparkan dengan sebuah kudeta yang dilakukan oleh seorang petinggi istana terhadap raja yang berkuasa.

Senapati Rawinta sudah menghimpun kekuatan selama bertahun-tahun mempengaruhi para prajurit dan para petinggi istana untuk melakukan kudeta terhadap Prabu Sanjaya yang merupakan penguasa resmi kerajaan Kuta Tandingan.

Peristiwa tersebut, menjadi sebuah sejarah yang sangat kelam bagi rakyat di kerajaan tersebut. Sang Raja yang mereka kagumi yang terkenal dengan kebaikan dan kebijaksanaannya terhadap rakyat, harus tewas di tangan senapatinya sendiri yang sudah melakukan pengkhianatan.

"Tangkap Prabu Sanjaya dan seret keluar!" seru seorang pria berperawakan tinggi dan bertubuh kekar mengarah kepada para prajurit.

Pria tersebut adalah Sugriwa, seorang prajurit senior yang secara terang-terangan ikut membelot dan mengkhianati kepercayaan Prabu Sanjaya sebagai penguasa kerajaan Kuta Tandingan.

"Sugriwa!" teriak Senapati Rawinta.

"Iya, Gusti Senapati," sahut Sugriwa langsung melangkah menghampiri sang senapati yang berdiri dengan menggenggam pedang berlumuran darah.

"Cari Pangeran Erlangga dan selir-selir sang raja!" titah Senapati Rawinta.

"Baik, Gusti Senapati," jawab Sugriwa bergegas melaksanakan tugas tersebut.

Kemudian, Senapati Rawinta memerintahkan para prajurit yang memihak kepadanya agar segera membunuh semua prajurit yang tidak patuh dan masih setia terhadap raja.

"Kumpulkan mereka dan tebas batang leher mereka jika bersikeras tidak mau memihak kepada kita!" titah Senapati Rawinta.

"Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serempak.

Di halaman istana tampak seorang pria paruh baya dengan mengenakan jubah dan mahkota kebesaran sebagai seorang raja, berdiri dengan tubuh terbelenggu tali yang sangat kuat, menyatu dengan sebatang kayu berukuran besar yang menancap ke tanah.

Tampak darah segar mengalir di keningnya hampir menutupi semua bagian wajah pria paruh baya itu. Tubuhnya lemah, seakan-akan sendi-sendi dalam tubuhnya sudah rapuh akibat siksaan dari para prajuritnya sendiri yang sudah berkhianat.

"Ayahanda!" teriak seorang anak kecil duduk di atas batang pohon besar yang rimbun dengan dedaunan.

Anak kecil itu adalah Pangeran Erlangga, ia berhasil lolos dari kepungan para prajurit karena diselamatkan oleh seorang prajurit senior—ajudan pribadi sang raja.

"Diam, Pangeran! Mereka akan menangkap kita kalau mengetahui keberadaan kita di sini," bisik Landuji mendekap erat tubuh Erlangga.

"Lantas kalau kita diam, siapa yang akan menolong ayahandaku, Paman?"

"Aku harap, Pangeran turuti perkataanku! Jika Pangeran nekat turun, kelak yang akan membalaskan dendam ayahandamu siapa?" jawab Landuji terus memberikan nasihat dan berusaha menguatkan Erlangga agar bisa menerima kenyataan yang terjadi.

Kekejaman itu, tidak berhenti sampai di situ saja. Senapati Rawinta mengeksekusi para selir sang raja yang sudah berhasil ditangkap dan juga langsung menggantung sang ratu di halaman istana kerajaan tersebut.

Kekejaman Senapati Rawinta dan dan anak buahnya disaksikan langsung oleh sang raja. Bahkan Erlangga dan Landuji pun turut menyaksikan kekejaman Senapati Rawinta dan para pengikut setianya. Erlangga dan Landuji saat itu bersembunyi di atas pohon besar yang tumbuh di dekat pagar tembok istana.

Terasa pilu, sedih, dan emosi. Perasaan itu terus berkecamuk dalam jiwa dan pikiran Erlangga. Ia tak kuasa melihat kekejaman dari Senapati Rawinta terhadap ibunya dan para selir ayahnya.

"Kejam sekali, Paman Senapati Rawinta," desis Erlangga menyaksikan kekejaman Senapati Rawinta dan para pengikutnya.

"Harus kalian ketahui, mulai hari ini raja kalian adalah aku! Raja yang berkuasa di seluruh negri ini!" teriak Senapati Rawinta mendaulat dirinya menjadi seorang raja di hadapan para prajurit yang tunduk kepadanya.

"Kau boleh bangga dengan kemenanganmu. Tapi ingat! Kelak di masa yang akan datang, putraku akan membunuhmu dan akan membuatmu menderita, Senapati!" kata Prabu Sanjaya masih dalam posisi tubuh terikat di sebatang kayu yang tertancap ke tanah.

Lemah dan tidak berdaya, untuk bergerak pun ia sangat kesulitan. Tali yang melingkar di perutnya terlalu kuat mengikat tubuhnya. Sehingga, sang raja tampak kesulitan melepaskan diri dari tali yang membelenggu tubuhnya.

"Ayahanda tidak boleh mati, Paman," kata Erlangga. "Aku harus turun untuk menyelamatkannya," sambungnya sambil berurai air mata.

"Pangeran masih kecil, Pangeran tidak akan sanggup melawan mereka. Aku harap Pangeran turuti apa kataku, kelak aku akan mengajarkan Pangeran ilmu kanuragan, agar Pangeran bisa melakukan balas dendam terhadap Senapati Rawinta dan para pengikutnya!"

Erlangga terdiam menyimak perkataan Landuji, ia hanya menangis menyaksikan penderitaan yang dialami kedua orang tuanya. Tak hanya membunuh sang ratu saja, Senapati Rawinta pun akhirnya membunuh Prabu Sanjaya dengan cara yang sangat kejam, menggantungnya kemudian membakar tubuh Prabu Sanjaya dengan kobaran api.

Landuji terus mendekap tubuh sang pangeran, supaya tidak melakukan tindakan nekat yang sudah barang tentu akan mencelakai dirinya sendiri. 

Di saat para pengikut Senapati Rawinta tengah merayakan kemenangan, Landuji memanfaatkan kelengahan mereka. Perlahan ia turun dari pohon tersebut dengan menggendong tubuh sang pangeran yang kala itu masih berusia tujuh tahun. Landuji langsung membawa Erlangga berlari meninggalkan istana.

"Kita tidak boleh lari, Paman. Kita harus menolong mereka yang masih hidup!" Erlangga berontak mencoba melepaskan diri dari dekapan Landuji.

Namun, Landuji tidak mengindahkan teriakan Erlangga, ia terus berlari menuju ke tengah hutan mencari sebuah tempat untuk dijadikan perlindungan.

Singkat cerita ....

Landuji dan Erlangga sudah tinggal di sebuah gubuk di dekat lembah yang ada di tengah hutan. Setiap harinya, Landuji banyak mengajarkan ilmu bela diri kepada Erlangga. Ia berharap kelak Erlangga akan menjadi seorang pendekar yang tangguh yang dapat melawan kezaliman dan menumpas kejahatan.

"Paman sudah tua, Paman harap kau kelak mendatangi sebuah padepokan untuk mengasah ilmu kanuraganmu agar lebih mumpuni lagi!" kata Landuji di sela perbincangannya dengan Erlangga.

"Maksud, Paman?" tanya Erlangga menatap wajah Landuji penuh rasa penasaran.

"Kau temui Ki Bayu Seta di Padepokan Kumbang Hitam, dan bawa pedang ini sebagai senjata untuk berjaga diri. Ingat, bukan untuk membunuh tanpa sebab!"

Landuji menyerahkan sebilah pedang yang tersimpan dalam selongsongnya. Pedang tersebut ia dapatkan dari kamar Prabu Sanjaya ketika pemberontakan berkecamuk di istana, Landuji hanya bisa menyelamatkan Erlangga dan pedang tersebut saja.

"Bukankah ini pedang ayahanda?"

"Iya, Pangeran. Paman sengaja mengambilnya, karena menurut Paman ini adalah senjata penting untuk dirimu," jawab Landuji.

***

Beberapa bulan setelah itu, Landuji jatuh sakit. Erlangga berusaha mengobatinya. Namun, Sanghyang Widhi berkata lain, Landuji memang sudah waktunya meninggalkan Erlangga menuju ke alam baka. Ia mengembuskan napas terakhir dalam pangkuan Erlangga.

Hanya ada satu pesan yang Landuji sampaikan kepada Erlangga di akhir hayatnya.

'Berikan kedamaian untuk rakyat, dan kelak kau akan menjadi raja seperti ayahandamu!" Demikianlah pesan terakhir yang disampaikan oleh Landuji kepada Erlangga.

Setelah kematian Landuji, Erlangga mulai melakukan pengembaraan—mencari seorang guru yang linuwih yang mempunyai kesaktian tinggi sesuai saran Landuji.

Landuji semasa hidupnya pernah menyarankan kepada Erlangga agar mendatangi Padepokan Kumbang Hitam yang ada di sebuah bukit di bawah kaki Gunung Sanggabuana.

"Aku harus tiba di Padepokan Kumbang Hitam hari ini," desis Erlangga lirih sembari mengangkat wajah ke arah puncak bukit yang menjulang tinggi.

Ia sangat berharap bisa sampai di atas bukit tersebut, meski harus melewati jurang dan menaiki tebing yang sangat tinggi dan terdapat banyak rintangan yang akan menghadangnya.

"Untuk sampai ke Padepokan Kumbang Hitam, aku harus naik ke bukit itu."

Erlangga meluruskan pandangan ke arah bukit yang ada di hadapannya.

Kemudian ia melangkahkan kedua kakinya menyusuri jalan setapak, dari bagian samping kiri dan kanan jalan tersebut banyak ditumbuhi tanaman liar yang tumbuh secara subur yang sebagian dahannya menjulur ke tengah jalan, sehingga sedikit menutupi jalanan tersebut.

Baru beberapa langkah saja, Erlangga sudah dikejutkan oleh teriakan seorang pria dari arah belakang.

"Tunggu, Anak muda!"

Erlangga menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah belakang. "Kau siapa, Ki Sanak?" tanya Erlangga meluruskan pandangannya ke arah pria tersebut.

Rupanya pria tersebut adalah seorang pendekar, ia berdiri tegak sambil bertolak pinggang dengan sikap angkuhnya.

"Ternyata Andika masih anak ingusan yang masih bau kencur!" kata pria berjanggut tebal itu dengan sikap sinis. "Seharusnya aku yang bertanya kepadamu," sambungnya membusungkan dada dan membuang ludah di hadapan Erlangga.

"Baiklah kalau itu keinginanmu, silakan!" Erlangga berusaha untuk mengalah dan tidak mau meladeni keangkuhan pria itu.

"Tujuanmu hendak ke mana? Kenapa kau berada di tempat ini?" Pria tersebut bertanya dengan sorot mata tajam memandang wajah Erlangga.

"Mohon maaf sebelumnya, Ki Sanak. Aku Erlangga, aku jauh dari alas Cidoro sengaja datang ke sini karena aku ingin berjumpa dengan Ki Bayu Seta," jawab Erlangga bersikap ramah dan sopan.

Erlangga tidak membalas semua keangkuhan yang ditunjukkan oleh pendekar tersebut, ia tetap bersikap ramah dan tetap menunjukkan sikap sebagaimana mestinya.

Pria sombong itu tertawa lepas, "Hahaha ...!

Meski demikian, Erlangga tetap bersikap tenang dan tidak terpancing oleh sikap angkuh yang ditunjukkan oleh pria tersebut.

Lantas, pria itu berkata dengan perkataan yang sedikit menyinggung perasaan Erlangga, "Andika tidak akan pernah bisa naik ke sana tanpa seizinku. Untuk itu, bertarunglah denganku terlebih dahulu! Jika kau berhasil mengalahkan aku, maka kau boleh melanjutkan perjalananmu."

Sekasar apa pun kalimat yang terlontar dari mulut pria tersebut, Erlangga hanya tersenyum saja, ia tidak mengindahkan sikap sombong orang yang ada di hadapannya.

Namun, sikap Erlangga disalah artikan oleh pria tersebut. Ia beranggapan diamnya Erlangga itu sebagai tanda menyepelekannya, hingga amarahnya semakin memuncak. Tanpa basa-basi lagi, pria itu langsung bersiap hendak melakukan serangan terhadap Erlangga.

"Bedebah, kau sudah menyepelekan aku! Rasakan ini!" Pendekar itu mulai melancarkan pukulan ke arah wajah Erlangga.

Dengan sigap Erlangga dapat menghindari pukulan tersebut, sehingga tubuh pendekar sombong itu tersungkur akibat terbawa tenaganya sendiri.

"Aku harap Ki Sanak jangan melanjutkan pertarungan ini!" cegah Erlangga bersikap tenang. "Kedatanganku ke sini bukan untuk mencari musuh," sambungnya.

Namun, orang tersebut tetap bersikap sombong dan terus melancarkan serangan kepada Erlangga. Hingga pada akhirnya, Erlangga mulai terpancing emosi dan langsung melakukan perlawanan. Hanya dengan satu pukulan balasan, pria sombong itu kembali jatuh dan memuntahkan darah segar.

"Maafkan aku, Ki Sanak!" ucap Erlangga melangkah ke arah pendekar tersebut, lalu membantunya untuk bangkit. "Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu."

'Ternyata aku salah menduga, pemuda ini memiliki sikap baik,' kata pendekar itu dalam hati. Ia tampak menyesali semua tindakannya.

"Maafkan aku, Anak muda. Silakan lanjutkan perjalananmu!"

"Tidak, Ki Sanak. Sebelum melanjutkan perjalanan aku harus mengobati lukamu dulu!" jawab Erlangga. "Aku bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan," sambungnya.

Kemudian, Erlangga pamit kepada pendekar itu untuk mencari air dan dedaunan yang bisa dijadikan obat.

"Ki Sanak tunggu di sini. Aku akan mencari air dan dedaunan yang bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan luka dalam Ki Sanak!" kata Erlangga.

Pria itu hanya menganggukkan kepalanya, napasnya terasa sesak dan dadanya pun terasa sakit sekali. Pukulan Erlangga benar-benar sangat berbahaya, sehingga pria tersebut tak dapat berbuat apa-apa lagi. Ia hanya pasrah dengan kondisi tubuh yang lemah.

Erlangga langsung melangkah menuju ke arah sumber air yang banyak ditumbuhi tanaman obat untuk mengobati luka dalam yang diderita oleh orang yang sudah berusaha mencelakainya.

Dengan sikap baik yang ditunjukkan oleh Erlangga, pendekar berjanggut tebal itu merasa takjub dan kagum.

"Dari gaya bicara dan tutur sapanya, pemuda itu seperti berasal dari keluarga bangsawan?" gumamnya bersandar ke sebuah pohon besar.

Tidak lama kemudian, Erlangga sudah kembali dengan membawa air dan juga dedaunan yang hendak ia jadikan obat.

"Mohon maaf, Ki Sanak. Aku terlalu lama meninggalkanmu," kata Erlangga langsung duduk di samping pria tersebut.

Erlangga menyerahkan wadah air minum yang terbuat dari batang bambu kepada pria itu. Setelah itu, Erlangga langsung mengobati luka memar di bagian dada pria tersebut dengan menggunakan dedaunan yang sudah ia haluskan.

"Maafkan aku, Ki Sanak. Aku sudah melukaimu," ucap Erlangga menyesali perbuatan yang sudah ia lakukan terhadap pria tersebut.

Tidak ada tabib mana pun yang bisa mengobati luka dalam akibat pukulan tersebut, hanya pemilik pukulan itulah yang mampu mengobatinya. Sehingga menjadi alasan untuk Erlangga tidak meninggalkan pendekar tersebut dalam kondisi seperti itu.

Pendekar itu tersenyum dan bangkit, ia menatap tajam wajah Erlangga sembari mengulurkan tangannya.

"Namaku Anggadita."

Erlangga langsung meraih uluran tangan Anggadita. "Aku Erlangga."

Erlangga tampak semringah karena mempunyai kawan baru saat itu.

Ia berharap Anggadita tidak mengulangi perbuatan jahatnya kepada orang lain.

"Ki Sanak harus mengunyah daun ini. Mungkin rasanya sedikit pahit, tapi ini sangat berkhasiat untuk mengobati luka dalam Ki Sanak."

Anggadita hanya mengangguk dan langsung menuruti permintaan Erlangga mengunyah beberapa lembar daun yang dipercaya dapat mengobati luka dalam.

Setelah itu, mereka langsung berbincang-bincang, mereka bercerita tentang niat dan maksud mereka berada di tempat tersebut.

Anggadita pun bercerita kepada Erlangga bahwa dirinya sudah hampir 31 hari berusaha untuk mendatangi Padepokan Kumbang Hitam. Namun, usahanya selalu gagal karena dalam perjalanan selalu dihadang oleh sekelompok makhluk gaib penguasa alas tersebut. Hingga pada akhirnya ia menyerah dan merasa frustasi, hingga melakukan tindakan jahat terhadap orang-orang yang hendak mengunjungi Padepokan Kumbang Hitam.

"Hari ini aku tidak akan melanjutkan perjalananku," kata Erlangga lirih.

Anggadita bangkit sembari terus memegangi dadanya.

"Apa alasannya?" tanya Anggadita meluruskan pandangan ke wajah Erlangga.

Déplier
Chapitre suivant
Télécharger

Latest chapter

Plus de chapitres

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Commentaires

10
99%(268)
9
0%(0)
8
0%(1)
7
0%(0)
6
0%(1)
5
0%(0)
4
0%(1)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
271 Notes · 271 commentaires
Écrire une critique
user avatar
Andi Firmansyah Karaengtakamru
mantap lanjutkan
2025-01-17 18:14:14
0
user avatar
Irma_Asma
Tetap konsisten menulis novel silatnya
2024-07-06 07:31:27
0
user avatar
Sute Cute
Cerita ini akan menjadi cerita legenda di GoodNovel, keren Bang
2024-03-28 03:45:07
0
user avatar
Rajep Khan
Dua bab lagi tamat, lanjut ke season keduanya. terima kasih thor
2023-12-23 10:48:27
0
user avatar
Mbak Marni
Drama kolosal pertama yang aku baca di GoodNovel
2023-12-22 15:55:06
0
user avatar
Afie
Saya tidak pernah bosan membaca cerita ini, ia adalah cerita yang bagus.
2023-12-22 15:48:42
0
user avatar
Akuna One
Lanjutan Season keduanya Pewaris Tahta Kerajaan ya, Thor?
2023-12-21 12:38:28
1
user avatar
Monata
Jos ceritanya bagus
2023-11-17 08:26:17
1
user avatar
samudrabiru412
judul novel yg sy cari kok gak ada di apk ini penguasa pedang dewa
2023-10-21 16:41:41
1
user avatar
Zhu Phi
Halo semuanya ... Ijin promosi ya thor... Mampir yuk ke PERJALANAN PENDEKAR TANGAN SATU. Kisah Rawindra yang berjuang menjadi Pendekar Pedang Terhebat dengan segala kekurangannya.
2023-10-05 01:13:56
1
user avatar
CahyaGumilar79
Terima kasih untuk kalian yang sudah mampir, jangan lupa baca juga cerita lainnnya, Pewaris Tahta Kerajaan, Pandu Kesatria Genda Yaksa, Wanara, Sang Pendekar Lembah Naga, dan Tasbih Cinta Yang Hilang
2023-08-24 14:59:19
0
user avatar
Isma
Keren Ceritanya
2023-06-08 10:00:26
1
user avatar
Ananda Ziyan
Aku kira belum tamat, tapi udah tamat yah? baguslah gak perlu nunggu bab update busa langsung baca
2023-06-07 12:58:44
1
user avatar
Ananda Ziyan
Lanjutkan,,,
2023-06-07 12:57:50
1
user avatar
CahyaGumilar79
Season dua dari novel ini judulnya Pewaris Tahta Kerajaan ya, Kak.... Jangan lupa lanjut ke sana
2023-05-28 15:55:27
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 19
127
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status