Share

Bab 1 Perjumpaan

Perjumpaan ini bagaikan sebuah pengulangan. Bagi gadisnya untuk pergi meninggalkan dirinya. Seperti yang pernah ia lakukan dulu, pada Aleshanya.

Mohon perhatian, Kepada para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Surabaya dipersilahkan masuk melalui pintu A12, Terima Kasih.

Ryan melangkah kan kakinya dengan lesu, dia dan Nayla baru saja kembali ke Jakarta setelah 2 hari berada di Surabaya.

Gerak-gerik Ryan yang lesu pun tidak luput dari perhatian Nayla yang tanpa sadar terus memandangi lelaki disampingnya itu.

Bahkan banyaknya suara dan blitz kamera pun sampai tidak di hiraukan oleh pemuda itu yang masih menampilkan raut lelah namun masih memancarkan kesan dingin di wajahnya.

Jangan heran jika banyak suara kamera dan blitz disekitar mereka berdua, karena Nayla adalah seorang aktris yang sedang naik daun. Apalagi lelaki disebelahnya merupakan seorang pengusaha muda yang sangat sukses, hingga menimbulkan banyak keingintahuan orang-orang akan bagaimana hubungan mereka yang sebenarnya.

Mungkin sebagian orang menyangka bahwa mereka memiliki hubungan istimewa, apalagi fans fanatik Nayla selalu saja menjodohkannya dengan Ryan di karenakan moment-mement yang sebenarnya biasa saja menjadi luar biasa di kamera mereka.

Namun kenyataannya sangatlah jauh dari yang orang-orang pikirkan. Karena lelaki di sampingnya ini tidak pernah sekalipun memberikan kesempatan padanya.

Ryan selalu saja mengingatkan Nayla jika hubungan mereka hanyalah sebatas saudara dan tidak akan pernah berubah sampai kapan pun.

Apalagi kini sepuluh tahun sudah berlalu, seorang Ryan Dermawan Bramastya selalu melakukan pencarian ke Surabaya tiap bulannya. Hanya untuk satu tujuan yaitu mencari seorang gadis. Namun nihil karena keberadaan nya bagaikan hilang tanpa jejak.

Jika boleh jujur, Nayla berharap suatu saat laki-laki disampingnya bisa membuka hati untuknya. Tapi harapan itu semakin terkikis saat melihat bagaimana perjuangan Ryan untuk bisa bertemu kembali dengan gadis itu, hingga membuat Nayla mencoba melupakan rasa cintanya walaupun sulit hingga saat ini.

Tapi tak bolehkah, seperti halnya Ryan yang tetap setia menunggu dan mencari selama 10 tahun, dirinya juga melakukan hal yang sama dengan terus berada di samping lelaki itu.

Nayla akui terkadang ia merasa jahat, karena setiap kali mereka kembali dengan tangan kosong, dia merasa lega dan senang. Seperti ada sebuah harapan untuk dirinya bisa terus bisa bersama Ryan.

Hati kecilnya mengatakan, bukankah seseorang yang dicintai pada akhirnya akan kalah pada yang selalu menemani?

"Pasti deh setiap balik dari Surabaya selalu murung" Ucap Nayla, mencoba untuk memulai pembicaraan dengan lelaki yang lebih tua lima tahun darinya itu.

Ryan hanya tersenyum sendu kemudian menggelengkan kepalanya, ia merasa hampa karena lagi-lagi gagal untuk mendapat informasi sekecil apapun tentang gadisnya. Keluarga besar gadis nya tidak pernah memberikan celah sedikit pun padanya. Bahkan para anak buahnya angkat tangan menyerah karena sang gadis bagaikan hilang tanpa jejak.

"Bagaiaman bisa seseorang menghilang seperti ini. Kecuali jika ia benar-benar berniat untuk tidak pernah di temukan" Lirihnya.

Ryan kemudian mengeluarkan Hpnya dan terlihat jelas wallpaper lelaki itu adalah foto gadisnya saat masih berumur 10 tahun. Ryan sedikit tersenyum melihat foto itu dan bertanya-tanya bagaimanakah keadaan gadis manis berambut pendek dengan gaya premannya saat ini.

Memikirkannya saja sudah membangkitkan kenangan akan kebersamaan mereka dulu. Namun hatinya sedikit terusik, mengingat bagaimana Ryan kehilangan gadisnya karena ulahnya sendiri.

Disisi lain, Nayla yang tidak sengaja melihat wallpaper Hp Ryan pun merasa sangat sakit, ia cemburu dan juga iri ketika melihat senyuman tulus yang di berikan Ryan pada sebuah foto. Tapi Nayla tetap tersenyum, bagaimanapun ia ingin selalu menjadi penyemangat untuk lelaki disebelahnya.

"Semangat, kan masih ada bulan-bulan berikutnya..."

"Nayla yakin kok... Pasti bakal ketemu suatu saat...Nanti" Tambahnya walaupun hatinya berat mengucapkan itu.

Munafik bukan? Iya, Nayla menyadari itu.

Mendengar perkataan Nayla membuat Ryan kembali bersemangat. Ia senang jika banyak orang yang mendoakannya seperti itu. Lalu di pandangnya Nayla hingga membuat jantung gadis di sebelahnya itu berdebar tidak karuan.

"Iya, Akan kucari dan kutunggu...Dia..."

"Alesha" Ucapnya pelan bersamaan dengan suara laki-laki yang yang cukup keras nyaris seperti berteriak, juga memanggil nama "ALESHA".

Ryan yang mendengar itu sontak mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang dipanggil Alesha. Ia pun tanpa sadar mulai berlari menembus barikade orang-orang yang sedari tadi terus mengambil fotonya dan juga Nayla.

Ryan mulai mendekati wanita yang berambut pendek ataupun bergaya tomboi, entahlah ia pikir Aleshanya masih menyukai gaya itu. Tapi tak ada satupun yang merupakan gadis yang di carinya.

Ryan kemudian menghubungi seseorang.

"Dimana?" Tanyanya nyaris berteriak seraya terus mengedarkan pandangannya ke sana kemari.

Jawaban orang di ujung telepon terlihat tidak memuaskan Ryan hingga aura dingin di pancarkan lelaki iitu.

"Ke sini sekarang dan bawa semua anak buah mu. Juga suruh mereka untuk melacak seseorang bernama Alesha Hatmaja apakah ada melakukan penerbangan hari ini" Ucapnya setelah memberikan perintah langsung mematikan panggilan tersebut lalu langsung mengejar salah seorang gadis berambut pendek di hadapannya.

Nayla yang melihat Ryan berlari ke sana-kemari jelas bingung, namun tak dapat dipungkiri jika ia juga mendengar seseorang memanggil nama Alesha. Dan walaupun sedikit kesusahan karena harus menyeret dua koper Nayla terus mengikuti Ryan, sembari memanggil lelaki itu berkali-kali.

"Kakak kenapa? Bisa aja kan itu bukan Kak Alesha" Ucap Nayla mencoba menghentikan Ryan dari hal yang tengah di lakukan lelaki itu.

"Alesha? Oh maaf" Ucap Ryan setelah membalik seorang gadis berambut pendek, namun bukan lah gadisnya.

"Alesha... Nayla, Kakak yakin dia ada disini... Aku yakin... Kakak bisa merasakannya. Perasaan saat dia ada di sekitarku. Seperti dulu..." Lalu mulai mencari dan mengedarkan pandangannya sekali lagi, berharap ia menemukan apa yang dicarinya.

Dan saat itulah ia melihat seorang gadis berjalan menjauh membelakanginya. Gadis itu mengenakan long dress lengan panjang berwarna putih dengan sedikit bermotif bunga dan jangan lupakan rambut hitam indahnya dengan panjang sepunggung sanggup membuat Ryan sedikit terpana hingga kakinya serasa lumpuh tidak bisa di gerak kan.

"Alesha" Ucap Ryan dengan suara tercekat, entah kenapa saat melihat punggung gadis itu jantungnya berdetak cepat, sangat cepat hingga dirinya tak bisa berpikir jernih.

"ALESHA" Panggilnya dengan lebih nyaring agar gadis itu mendengarnya.

Namun gadis itu, yang ia yakini adalah Alesha masih berjalan menjauhinya seolah-olah mengabaikan semua panggilannya.

Ryan pun ingin berlari mengejarnya, namun Nayla menahannya. Terlihat Nayla khawatir dengan tingkah pemuda berumur 25 tahun ini.

"Kak, ingat banyak yang memperhatikan" Bisik Nayla pelan mencoba menyadarkannya.

Karena di dunia mereka, hal sekecil apapun bisa menjadi berita yang aneh-aneh untuk segelintir orang, apalagi sekarang ada beberapa wartawan.

Tidak seperti Nayla yang sibuk mengkhawatirkan sekitarnya, sedari tadi mata dan pikiran Ryan masih menatap lurus gadis itu yang sedang membuka pintu mobil Toy*ta Agya merah yang terparkir tepat diseberang jalan sana.

Dan tidak ingin membuang kesempatan, Ryan pun meneriakkan sesuatu sehingga ia yakin jika semua orang terutama gadis itu bisa mendengarnya.

"ALESHA BRAMASTYA" Teriaknya menggelegar menghentikan gadis itu saat hendak masuk kedalam mobilnya.

Nayla melotot kan matanya terkejut mendengar teriakkan Ryan. Dan sontak semua orang yang berada di sana juga bertanya-tanya siapakah Alesha Bramastya, terutama para wartawan yang haus akan berita.

Ryan langsung menghempaskan tangan Nayla darinya lalu berlari seperti orang gila saat gadis itu memiringkan wajahnya sedikit kesamping.

Jujur, jantungnya kini masih berdetak sangat kencang saat menatap wajah yang sudah dewasa itu dan tidak salah lagi gadis itu adalah Aleshanya.

Tentu saja Ryan masih ingat pipi, bibir, dan juga mata itu walau belum sepenuhnya wajah cantiknya menoleh padanya.

Sialnya sebuah Bus berhenti di hadapan Ryan untuk menurunkan dan menaikan beberapa penumpang. Namun masalah kecil itu tetap tidak melunturkan senyum bahagianya karena akhirnya ia bisa berjumpa kembali dengan Alesha

Apalagi Alesha berhenti saat Ryan memanggil namanya dengan nama belakang yang selalu gadisnya inginkan, yaitu nama belakangnya. Dan ia berjanji akan mewujudkan impian itu untuk menjadikan Alesha sebagai Nyonya Bramastya.

Tidak ingin membuang waktu Ryan pun berjalan memutari bus yang berhenti di hadapannya tapi Aleshanya sudah masuk kedalam mobil itu.

Ryan yang melihat itu seketika mulai berlari dan tidak di hiraukannya teriakan orang-orang yang kesal karena beberapa kali dirinya menabrak orang yang berlalu-lalang.

Ryan terus berlari, mengejar mobil yang terus melaju dihadapannya sembari memanggil nama Alesha berkali-kali.

Tidak! ia tak bisa kehilangan lagi batinnya berteriak.

Namun keadaan berkata lain, disaat Ryan terus mengejar mobil yang di naiki gadisnya, ia teringat akan masa itu. Dan mulai kehilangan tenaganya untuk terus berlari, hingga Ryan pun tertunduk di jalanan.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, ingatan akan masa lalu pun menghampirinya.

"Lo apa-apan sih" Bentak Ryan.

"Kak... Aku kan jagain wajah kakak biar gak di sentuh cewek genit itu" Jawabnya santai sambil terus mengekori Ryan.

Ryan menutup matanya lelah dengan sikap Alesha.

"Bisa gak sih stop ngejar gue?" Ucap Ryan benar-benar lelah melihat tingkah gadis di belakangnya.

"Makanya jangan lari, berjalan perlahan aja. Agar kita bisa berjalan beriringan." Gombalan Alesha yang sudah sangat sering Ryan dengar, hingga membuat pemuda itu merasa jengah.

"Kakak gak tahu sih gimana lelahnya mengejar, tapi aku harap kakak gak akan pernah merasakannya" Sambungnya seraya tersenyum tulus.

Begini kah rasanya? Kalau begitu, dulu ia benar-benar manusia paling berengsek.

"Kak... Kakak gak apa-apa?" Tanya Nayla yang juga ikut terduduk di jalan, ia memang sedari tadi mengejar Ryan terlihat dari nafasnya yang tidak teratur karena berlari tadi.

Gadis itu terlihat khwatir kepada Ryan lalu tanpa di komando tangannya menyetuh wajah pucat lelaki di hadapannya namun Ryan langsung memalingkan wajahnya, bagaimanapun ia masih sadar jika tidak ada yang boleh menyetuh wajahnya selain Alesha nya.

Ryan menatap kepergian Alesha dengan penuh rasa bersalah di dadanya.

Perjumpaan ini bagaikan sebuah pengulangan. Bagi gadisnya untuk pergi meninggalkan dirinya. Seperti yang pernah ia lakukan dulu, pada Aleshanya.

"DAN JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPANKU LAGI!"

Ryan memejamkan matanya, saat ucapannya dulu pada Alesha kembali teringat dengan jelas di kepalanya. Saat pertemuan terakhir mereka sekitar 10 tahun yang lalu, bagaimana dengan tak ber perasaannya ia terus membiarkan Alesha berlari mengejarnya tanpa memperdulikan gadis itu.

Tubuhnya gemetar, Ryan merasakan hantaman kuat di relung hatinya. Betapa dulu ia begitu melukai gadisnya. Dan Ryan sangat menyesal telah mengucapkan itu karena gadisnya seperti menuruti ucapannya agar jangan pernah muncul lagi dihadapannya.

~~~

Avialviolita

Hai Guysss Nyapa doang hehehe Selamat membaca yaa Terima kasih sudah mampir

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status