Share

:: Part 6 ::

Vienza masuk kedalam istana setelah pagi ini dia berjalan-jalan disekitar pasar di ibukota bersama seorang pelayan yang kemarin diperintahkan Akhtar untuk menjadi pelayan pribadinya.

Akhtar pergi ke Moskow selama tiga hari dan dia malam ini akan kembali dari kunjungannya itu. Vienza tidak jadi ikut karena Akhtar tidak mengajaknya. Alasan Akhtar karena dia akan langsung pergi ke Qatar setelah selesai di Moskow.

Vienza merasa lebih baik saat Akhtar tidak ada diistana. Tapi sepertinya dia salah, saat ini Ghafur sedang berdiri di gerbang pintu menuju kamarnya.

Dia berpura-pura tidak melihat

"Paula kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan istirahat sebentar. Letakkan buah-buahan ini dilemari es didapur istana." Vienza menyuruh pelayan nya itu pergi karena tak ingin Paula curiga kepadanya dan Ghafur.

Dan dia akan segera masuk kedalam kamar saat tangan itu menahan tangannya. Vienza melihat tangan kokoh yang menahannya itu, dia heran kemana perginya penjaga kamar nya.

Lalu tiba-tiba Ghafur mendorong tubuhnya masuk kedalam kamar.

Dia membuat tubuh Vienza terhimpit oleh dinding kamar dan dirinya.

Vienza masih tak berbicara meski matanya menyiratkan kemarahan sekarang.

"Maafkan aku, aku tidak bisa berbicara dengan mu jika ada pangeran Akhtar disini."

"Apa mau mu? Kau tidak bisa menemuiku seperti ini, dan semuanya sudah berakhir Ghafur, kau yang menginginkan ini."

"Aku... Aku... Aku masih sangat mencintaimu. Aku terlalu kecewa saat itu, aku terlalu kesal karena kau tidak jujur kepadaku. Tapi percayalah aku masih sangat mencintaimu Viza, aku tidak bisa melihatmu dengan pria lain. Aku ingin kita pergi bersama-sama sekarang. Kita akan hidup bahagia berdua. Sebelum Pangeran Akhtar kembali kita harus melarikan diri."

Plak....

Tamparan mendarat dipipi Ghafur.

"Semudah itu kau mengatakan kita kabur bersama ha?! Kau mau aku mempermalukan keluargaku, mempermalukan nama Kerajaanku ! Aku tidak mengerti jalan pikiranmu Ghafur. Semua alasan kebohonganku sudah kutuliskan disurat itu, aku meminta mu menemuiku agar pernikahanku dibatalkan dan kita bisa bersama. Tapi kau terlalu memikirkan egomu sendiri. Aku sudah menyuruh Ayahanda ku membatalkan pernikahanku dan dia melakukannya demi kebahagianku. Tapi kau menghancurkan semuanya. Hanya karena sedikit kebohonganku kau mengambil pemikiranmu sendiri, dan sekarang memintaku lari denganmu. Aku sudah menikah Ghafur dan terima saja itu."

Ghafur memeluk Vienza tapi Vienza menolaknya sekuat tenaga.

"Aku tahu kau masih mencintaiku Viza. Aku tahu kita masih saling mencintai. Aku tahu Pangeran Akhtar tidak serius menikah denganmu dia hanya melakukan semua ini demi kebahagian Raja__ ayahnya".

"Lalu apa jika aku masih mencintaimu ha? Aku harus kabur dengan mu begitu, apa kau tidak tahu aku sudah menikah. Dan kerajaan ini akan segera memenggal kau Ghafur. Mereka tidak akan menghukumku karena aku seorang Putri. Kaulah yang akan disalahkan, dan kedua orang tua ku akan mendapatkan penghinaan atas kelakuanku."

"Lalu apa kau mau menjalani hidup dengan orang yang tidak kau cintai? Apa kau tahu pangeran Akhtar suka bermain di club bersama teman-teman dan para wanita yang menemaninya. Kau hanya membodohi dirimu saja Viza, dia mengatakan kau tak lebih dari barang pribadinya. Dia akan datang saat dia mau dan meninggalkanmu begitu saja."

Vienza menunduk dan membuka jubah yang dia pakai. Wajah Ghafur tak percaya melihat Viza serapuh ini sekarang, senyuman nya saat ini seperti tusukan pedang yang menghujam dirinya sendiri.

"Kau lihat ini. Aku sudah menerima semua nya Ghafur, dan aku adalah miliknya sekarang. Aku sudah menjadi istrinya."

Ghafur terdiam melihat sisa percintaan Akhtar dan Vienza yang diperlihatkan oleh wanita itu.

Vienza bergetar menahan tangisnya, Ghafur lalu melihat pergelangan tangan Viza terdapat memar bekas cengkraman tangan seseorang. Dia tahu pasti itu bekas cengkraman tangan Akhtar. Akhtar pasti memaksakan kehendaknya kepada Viza.

"Pikirkanlah ucapanku Viza, kau tahu pasti perasaanku padamu." Ghafur dengan berat hati meninggalkan Vienza yang berdiri ingin menangis. Sebelum pergi dia mencium kening Vienza dan mengusap pipi wanita yang dicintainya itu.

Pintu tertutup dan Vienza merosot perlahan kelantai terduduk dengan tangan yang menutup wajahnya. Tangisannya pun mulai terdengar. Mungkin dia harus mengorbankan kebahagiaanya dan terkurung dengan pernikahan bodoh ini.

Vienza bangkit dan membuka semua pakaiannya dia masuk kedalam kamar mandi bermaksud untuk berendam dan menenangkan pikirannya.

*****

Akhtar berjalan gagah ke kamarnya dan pelayan sibuk membawakan pakian ganti juga beberapa buah-buahan serta minuman.

"Bagaimana keadaan istriku Ghafur? Apa dia melakukan kesalahan lagi."

Akhtar bertanya kepada Ghafur dan yang ditanya malah terkejut.

"Tuan Putri tidak pernah melakukan kesalahan Pangeran."

"Baiklah terimakasih sudah mengurus semuanya dengan baik Ghafur. Aku punya berita baik untukmu. Mulai besok kau bisa menjabat sebagai salah satu anggota dewan di Istana. Aku sudah membicarakan hal ini kepada ayahku dan dia setuju melihat cara kerjamu yang bagus. Dia juga meminta mu untuk menjadi orang kepercayaannya, dua pilihan itu kau bisa menentukannya yang mana yang kau inginkan."

Akhtar tersenyum kepada Ghafur yang masih terkejut. Pangeran Akhtar sebenarnya pria yang baik hanya saja sepertinya dia memiliki sesuatu yang tidak ingin orang lain tahu.

"Ghafur kau bisa pergi sekarang, aku ingin beristirahat. Kita bertemu besok diruang dewan."

Baru saja Ghafur akan pergi seorang pengawal kepercayaan Akhtar terburu-buru masuk kekamar sang Pangeran.

"Maaf Pangeran. Putri Mahkota ditemukan tak sadarkan diri didalam bak mandinya. Dan sekrang Dokter sedang memeriksa keadaan beliau."

Akhtar mengeram kesal dengan berita ini, sedangkan Ghafur merasakan waktu berhenti dan dia tak dapat bernafas.

Saat dia sadar Akhtar sudah berjalan dengan terburu-buru menuju kamar Vienza. Anak tangga tak membuatnya lelah untuk segera sampai dikamar Vienza. Begitu juga Ghafur yang berada dibelakangnya.

Akhtar sampai dikamar itu melihat Ibunda nya, Mahira serta Baginda Raja sedang menatap khawatir Vienza.

"Apa yang terjadi ayah?" Raja menatap anak lelakinya itu iba.

"Mahira tadi bermaksud mengajak Vienza berjalan-jalan bersamanya ditaman Istana. Dan dia terkejut melihat Vienza berada didalam bak mandi dengan wajah pucat dan bak mandi yang sudah bercampur warna darah."

Akhtar semakin merapatkan rahang dan berjalan kekamar mandi sang Putri.

Dilihatnya pelayan sedang membersihkan sisa-sisa darah di pinggiran bak mandi itu.

Apa Vienza bermaksud bunuh diri pikirnya. Tapi apa penyebab wanita ini melakukan hal itu, apa ada yang tak dia ketahui dari sang Putri.

Tentu saja banyak hal yang tak dia tahu karena dia tidak pernah berusaha mencari tahu atau sekedar bertanya kepada Vienza.

Baginda Raja mendekatinya,

"Ayah ingin kita bicara"

Dan sekarang disinilah Akhtar berada diruang kerja sang Raja yang selalu membuat Akhtar takjub dengan ruangan ini.

"Akhtar apa kau menyakiti Vienza?"

"Apa maksud Ayah?"

"Saat Dokter memeriksa Vienza tadi, ibumu melihat ada memar ditangan dan paha Vienza. Apa kau terlalu kasar kepadanya Akhtar?"

Akhtar memutar ingatannya seingatnya dia tidak pernah memukul Vienza, meski dia tak perduli dengan wanita itu, tapi dia tidak pernah memukul Vienza.

Dan dia ingat saat malam terakhir mereka bercinta, dia memang terlalu kuat menggenggam tangan Vienza karena wanita itu sempat berontak untuk melayaninya.

Ya... Dia memang memaksa untuk waktu itu.

"Maafkan aku ayah. Aku tidak bermaksud menyakitinya."

"Akhtar kau seharusnya meminta maaf kepada istrimu, ayah tahu mungkin kalian belum saling menyukai. Ayah tahu hal itu, tapi ayah mohon kau bisa lebih mengenal istrimu."

Akhtar mengangguk mengerti dan pergi dari ruangan itu.

Perasaan bersalah sekarang menghampirinya, apa memang Vienza tak menikmati percintaan mereka selama ini. Apa wanita itu selalu terpaksa melakukannya. Tapi kenapa? Dia tidak menolak saat Akhtar mulai mencumbunya.

Dia harus berbicara dengan wanita aneh itu pikirnya.

*****

Semalaman Akhtar menunggui Vienza dikamarnya. Dokter memasangkan nya infus karena kondisi tubuh Vienza yang lemah. Vienza membuka matanya saat matahari masuk mengintip dari balik tirai mengusik tidurnya.

Perlahan dia membuka mata dan mengamati ruangan sekitarnya.

Lalu pandangannya berhenti melihat Akhtar yang duduk sambil menyilangkan kaki dan menatap tajam Vienza.

"Selamat pagi istriku, bagaimana keadaanmu sekarang?"

Vienza hanya diam tak menjawab dan mengalihkan pandangannya.

Akhtar bangkit dari duduknya dan mengambil posisi tidur disebelah Vienza. Lalu dia memiringkan tubunya menatap Vienza. Vienza menahan nafas dan Akhtar tertawa.

"Apa aku semenakutkan itu, hingga kau mau bunuh diri?" Vienza tak menjawab dan masih membeku.

"Vienza apa ada hal yang kau sembunyikan dariku. Apa kau merasa terpaksa menikah denganku. Jika memang begitu aku bisa mengembalikanmu ke Fortania"

Kalimat terakhir Akhtar membuat Vienza menggenggam tangan Akhtar.

Akhtar merasakan hatinya menghangat saat tangannya digenggam oleh Vienza.

Sepasang mata indah itu memohon kepadanya.

"Maafkan aku, aku akan menceritakan hal yang sebenarnya."

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status