Share

100. Akbar: Kesempatan Kedua

Aku terbangun di atas sajadah dengan selimut menutupi badan. Sepertinya aku tertidur setelah salat subuh dan entah siapa menyelimutiku. Cahaya matahari pagi masuk melalui kaca jendela, menyilaukan mata. Kualihkan pandang ke kolong meja yang gelap. Sinar matahari menghangatkan kuping yang terasa beku. 

Aku malas bangun. Andai boleh memilih, aku tidak ingin menjalani hari ini.

Ayah pasti akan memarahiku kalau bermalas-malasan seperti ini, tetapi dia sendiri ....

Argh! Kenapa sulit sekali menerimanya? Baiklah, dia pernah bersalah, tetapi selama dia menjadi ayah, dia telah melakukan segala yang terbaik. Apa itu tidak cukup untuk menerimanya?

Kenapa meributkan satu orang pacar Ayah, tetapi memaklumi sepuluh mantan Alisha?

Ya,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status