Share

Bab 3 Pulang

Pria sialan!’ Bella menggemeratakkan giginya dengan mengepalkan sebelah tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia memutuskan untuk kembali bergabung di tempat duduk sebelumnya, tepatnya di meja bar dan di sebelah Emma.

Suasana canggung karena kedatangan Glenn seketika terasa dan membuat semua menghentikan permainan. Apa yang baru saja terjadi merupakan sebuah pemandangan mengejutkan yang tidak pernah mereka lihat dari sosok Glenn sebelumnya. Sebagian wanita yang juga merupakan aktris yang terpilih membintangi film kini menatap kagum pada sosok Glenn.

Lain halnya dengan para wanita itu, Bella justru menatap Glenn dengan sorot mata tajam penuh kekesalan. Gadis itu menenggak wine dengan kasar, masih dengan tatapan membunuh yang tidak lepas dari lelaki itu.

"Hei hentikan! Apa kau ingin bunuh diri dengan minum sebanyak itu?" bisik Emma lirih pada sahabatnya.

"Diamlah kau, Emma! Aku ingin mencuci mulutku dari kotoran kecoak mesum yang tiba-tiba hinggap di mulutku," gumam Bella yang membuat semua yang duduk di meja seketika mendelik ke arahnya, kaget dengan pernyataan Bella yang begitu berani.

Emma kebingungan dan tersenyum kikuk, "Sepertinya dia sudah sangat mabuk. Aku akan segera mengantarnya pulang,” pamit Emma seraya membantu Bella berdiri dan segera undur diri.

Malam semakin pekat. Suhu yang mencapai minus tiga derajat celcius memberikan sensasi menusuk pada tulang mereka yang berada di luar rumah. Taksi yang sebelumnya membawa Bella dan Emma baru saja pergi lantaran jalanan menuju rumah Bella terlalu sempit dan hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.

Sembari berjalan, Emma harus merangkul bahu Bella yang tengah mabuk berat. Gadis itu begitu berusaha keras karena tubuhnya yang kecil membopong tubuh Bella yang lebih tinggi darinya.

Dengan jalan sempoyongan, Bella bergumam sendiri sambil terus memaki Glenn tiada henti. Tanpa sungkan, Bella terus mengatakan bagaimana Glenn merupakan seekor kecoak mesum yang menjijikkan. “Karena kecoak itu bibirku sudah tidak suci lagi. Bagaimana dengan nasib pangeran berkuda putihku?! Kesucianku tak berhasil kupertahankan," Bella mulai merengek. Lalu, ekspresinya kembali terlihat marah. "Lihat saja, Glenn Lucas! Akan kupastikan untuk membalasmu!"

Emma menggeram rendah, merasa tubuh Bella sangat berat. "Ayolah, yang kau sebut kecoak adalah lelaki yang digilai para gadis di kota ini. Aku tidak yakin apa yang akan dilakukan para penggemarnya jika mendengarmu menyamakan idola mereka dengan seekor kecoak mesum. Apa kau tidak tahu bagaimana gilanya fans fanatik dari seorang Glenn Lucas?" Dia tak lagi tahan diam saja ketika mendengar celotehan Bella.

Mata Bella membesar, lalu memicing ke arah Emma. "Kenapa kau malah membela kecoak mesum itu? Apa kau lupa tentang pangeran berkuda putihku? Aku telah berjanji padanya! Namun, sekarang aku malah mengingkari janjinya.” Bella menghentikan kalimatnya sejenak sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Emma. “Dan, ini semua terjadi karenamu, Emma!"

Emma memutar bola matanya jengah. "Itu hanya mimpi Bella, apa yang bisa seorang pria dalam mimpi lakukan untukmu?” Dia melanjutkan, “Hadapi kenyataan! Sampai kapan kau akan terus menghindar dari seorang pria? Aku tidak ingin kau menjadi perawan tua dan tidak pernah berkencan selamanya.” Walau Emma tahu sahabatnya itu mungkin tak akan ingat ucapannya di esok hari, tapi di saat itu, yang dia inginkan adalah menasihati Bella.

Karena yang Bella lakukan setelah itu adalah menegur dirinya, Emma malas untuk melanjutkan percakapan lain. Tak akan ada yang beres ketika berhadapan dengan seorang mabuk.

Tak lama, Emma—dengan Bella dalam pelukannya—tiba di depan pekarangan rumah sederhana, tempat itu merupakan tempat tinggal Bella. Sudah lebih dari tiga kali Emma menekan tombol bel rumah seraya berdiri tepat di depan pagar. Namun, masih belum juga terdengar suara atau tanda-tanda dibukanya pagar oleh sang empu rumah yang berada di dalam.

Beberapa menit berselang, keluarlah seorang wanita bertubuh pendek, sedikit tambun, dan berambut keriting berwarna pirang. Wajah wanita itu mencerminkan usianya yang hampir mencapai setengah abad. Ia membuka pagar rumahnya sembari menautkan kedua alis kala menatap dua gadis yang sudah menggangu tidurnya dengan suara bel.

Hening, wanita itu tidak membuka suara. Sebaliknya, wanita paruh baya itu hanya menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya menampilkan raut wajah tidak suka.

"Selamat malam, Miss Dorothy," sapa Emma dengan menelan ludah susah payah.

"Ck, bawa dia masuk dan cepatlah pergi!" decak Miss Dorothy dengan wajah tidak acuh kemudian membalik tubuh dan melenggang pergi.

Ya, wanita itu dikenal dengan panggilan “Miss Dorothy”, bibi dari Bella. Akibat kecelakaan yang menyebabkan kematian kedua orang tuanya, sejak berusia sepuluh tahun Bella tinggal bersama Miss Dorothy dan sepupunya yang bernama Barbara. Walau mereka memiliki hubungan darah, tapi Bella tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari bibinya itu. Ia selalu diperlakukan tidak adil layaknya pembantu. Bahkan, ia juga harus menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari uang yang harus diberikan pada Miss Dorothy.

Menakjubkan bagaimana gadis itu masih bisa tumbuh dengan senyum ceria yang terus menempel di wajahnya.

Sesampainya di ruang tamu yang ada di dalam rumah, tampak seorang gadis cantik berambut hitam panjang dan sedikit bergelombang, memiliki tahi lalat kecil di atas bibir. Ia adalah Barbara, sepupu Bella. Terlihat gadis itu sedang bersantai sembari berbaring di atas sofa sambil memainkan telepon genggam miliknya.

Menyadari kedatangan Bella dan Emma, gadis itu mengalihkan pandangannya sejenak hanya untuk melemparkan tatapan sinis pada keduanya. Tatapannya sama persis dengan tatapan yang diperlihatkan Miss Dorothy sebelumnya, yaitu tatapan tidak suka.

Namun, Emma tidak menanggapi dan hanya mengembuskan napas panjang. Ia hanya ingin segera merebahkan tubuh Bella yang semakin lama semakin terasa berat di tubuhnya yang mungil. Emma sudah benar-benar merasa kelelahan.

Sesampainya di kamar berukuran kecil dan sederhana milik Bella, Emma segera merebahkan tubuh sahabatnya itu di kasur. "Apa berat badanmu bertambah? Kau harus menjaga berat badanmu sebagai seorang artis. Apa kau ingin terlihat seperti seekor piggie di layar televisi?" cecar Emma setelah berhasil merebahkan tubuh Bella.

Untuk membalas cecaran Emma, Bella hanya bisa meracau tidak jelas. “Aku seksi! Itu alasannya pangeran berkuda putih menyukaiku!” Matanya terpejam selagi tubuhnya telah memeluk guling kesayangannya.

Emma menggelengkan kepalanya, tahu bahwa setengah roh temannya itu telah tenggelam ke dunia mimpi. "Aku pulang dulu," ujar Emma seraya meraih tasnya dan berjalan ke arah pintu.

Masih dengan mata terpenjam, Bella membalas Emma, "Bye-bye, Emma. I love you, bestie!"

Emma yang sedang menggenggam kenop pintu tersenyum. Sebagai teman baik Bella, Emma tahu bagaimana gadis itu sangat menyayanginya. Sebaliknya, Emma juga demikian. Bella merupakan sahabat baik dan juga salah satu orang terpenting bagi Emma.

“Sampai berjumpa besok, Bestie.”

~~~

"Lady Bella! Tolong jangan berlari seperti itu! Anda bisa terjatuh!" teriak beberapa wanita yang tengah mengejar seorang gadis.

Beberapa wanita itu mengenakan pakaian serupa dayang-dayang dalam film kerajaan Eropa zaman dahulu. Di sisi lain, gadis yang sedang dikejar para pelayan tersebut mengenakan gaun mewah yang begitu cantik.

Mendengar teriakan pengejarnya, gadis bernama Bella itu menoleh ke belakang. Tunggu, wajah itu … bukankah itu Bella Marlene?!

Bella tidak menghentikan langkah kakinya seraya berteriak, “Tenanglah! Kalian pergi saja! Ayah tidak akan menghukumku karena aku berjanji tidak akan membuat masalah lagi!"

Tak peduli apa ucapan majikan muda mereka, para dayang tidak bersedia menyerah untuk mengejar Bella. Hingga akhirnya, gadis itu sampai pada jalan tembusan keluar kecil dari kediamannya. Pandangan mata Bella mengedar dengan kepala cecelingukan.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara tapak kuda yang menggema dari arah hutan. Seorang pria yang wajahnya tidak seberapa jelas terlihat tengah menunggang kuda berwarna putih dan menghampiri Bella. Pria itu terbalut dengan jubah berwarna hitam dengan penutup kepala.

Melihat pria itu, Bella tersenyum lebar. “Pangeran!”

~~~

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Bella ini reinkarnasi ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status