แชร์

Bab 4 Pangeran Berkuda Putih

ผู้เขียน: Lullaby
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-06-11 22:38:21

Seorang pria yang dipanggil Bella dengan sebutan Pangeran itu menghentikan kuda putihnya tepat di samping Bella. Dengan jubah hitam dan penutup kepala yang menutupi sebagian wajahnya, aura misterius terpancar dari pria tersebut.

Sebelah tangan pria itu kemudian terulur dan menarik tubuh Bella agar bisa menaiki kuda yang ditungganginya. Bibir Bella melengkung membentuk senyuman. Ini adalah hari yang cukup lama ia tunggu-tunggu.

Dengan cepat pria itu pun memacu kuda hingga berlari menjauh dari kediaman Bella. Sementara para dayang yang masih mengejar, sontak berhenti saat melihat Lady mereka tidak mungkin bisa dikejar lagi.

"Apa kau senang?" bisik pria yang berada di belakang Bella. Jarak tubuh keduanya kini begitu dekat.

"Tentu saja, Pangeran. Anda sudah berjanji akan membawa saya ke tempat yang menyenangkan bukan?" Bella tersenyum seraya menoleh ke belakang.

Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, senyuman cerah terus terbit dari wajah cantik Bella. Sebuah perasaan nyaman yang begitu dalam seketika masuk ke dalam relung hatinya. Bahkan, jika putaran waktu bisa dihentikan, Bella bersedia melakukannya. Seolah raga yang dihanyutkan oleh sebuah mimpi. 

Ya, itu memang sebuah mimpi. Sedikit dari semua kepingan mimpi Bella tentang Pangeran berkuda putih. Anehnya, mimpi itu seringkali berputar layaknya kaset dan terus menghampiri alam bawah sadar Bella ketika memejamkan mata.

Namun, bayangan menyenangkan itu justru mampu memberikan secercah kebahagiaan dalam gelap dan penatnya kehidupan Bella saat ini. Semua itu karena sang Pangeran berkuda putih.

~~~

Di dalam sebuah kamar sempit berukuran sekitar 2x2 meter dengan atap berbentuk miring. Tidak ada jendela dan ventilasi cahaya di dalam kamar itu. Namun, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi hingga deringan alarm tiba-tiba terdengar memekakkan telinga.

Tak lama sebuah pijakan kaki bagai gempa membuat benda-benda kecil di sekitar kamar ikut bergetar. Bahkan, reruntuhan debu yang berjatuhan dari atap kayu berbentuk miring juga ikut andil meramaikan suasana. Sebab kamar itu berada persis di bawah tangga.

Barbara yang sedang menapaki anak tangga untuk turun dari lantai dua kamarnya memang sengaja menghentakkan kaki dengan keras. Tujuannya agar Bella yang berada di kamar bawah tangga kebisingan dan dijatuhi oleh debu.

Suasana pagi hari yang tidak biasa bukan? Namun suasana seperti itu sudah lumrah terjadi sejak Bella tinggal di rumah Miss Dorothy. Nasib Bella saat ini hampir sama dengan pemeran utama dalam serial Harry Potter. Namun sayang, Bella tidak seberuntung Harry yang bisa merapalkan sihir Wingardium Leviosa untuk keluar dari rumah yang terasa seperti di neraka menggunakan sapu terbang.

Padahal, sebenarnya Bella juga memiliki uang asuransi dari orang tuanya. Namun uang itu telah digunakan oleh Miss Dorothy untuk membangun minimarket kecil yang ada di pertigaan jalan San Marine. Karena itulah sejak awal Miss Dorothy sengaja mengadopsi Bella ketika berusia sepuluh tahun.

Di sisi lain, keadaan juga memaksa wanita paruh baya itu. Dia harus menjadi orang tua tunggal bagi Barbara sejak suaminya pergi bersama wanita lain. Namun, Bella tidak pernah mempermasalahkan semua yang dilakukan Miss Dorothy padanya.

Lupakan perihal semua itu terlebih dahulu! Sebab gadis yang berada di kamar bawah tangga itu masih saja terlelap dan kini sedang melenguh dalam tidurnya. Suara alarm, pijakan kaki, serta reruntuhan debu yang membuat suasana di dalam kamar yang bagaikan gempa bumi, tidak lantas membuatnya segera terbangun dari tidur.

Tiba-tiba terdengar suara nada dering dari telepon genggam Bella yang bergetar di atas nakas. Jemari lentiknya perlahan terulur untuk mengambil telepon genggam itu dan segera menempelkannya ke daun telinga dengan kedua mata yang masih terpejam, enggan untuk bangun.

"Ya, siapa?" lirihnya dengan suara serak bangun tidur.

"Apa kau lupa jadwal kita hari ini? Mengapa kau belum juga datang di kantor? Apa kau ingin melepaskan semua mimpimu untuk menjadi seorang aktris agar tidak perlu lagi memusingkan masalah biaya hidupmu? Bangunlah, Bella Marlene!" cecar Emma panjang lebar yang membuat Bella seketika membuka matanya lebar-lebar.

Menutup panggilan telepon, Bella segera mendudukkan tubuhnya dengan kedua kaki menyila di atas kasur. Keningnya mengernyit dengan mata menyipit. Ia memijit keningnya yang tiba-tiba terasa sakit. Bella merasa pengar. Bau alkohol yang menguar di seisi kamar baru saja ia sadari.

Tentu saja itu semua karena semalam Bella mabuk berat. Namun di detik berikutnya, kedua bola mata gadis itu membulat sempurna. Tubuhnya memaku. Bagaimana tidak? Semua ingatan buruk tentang kejadian sebelum ia mabuk kembali berputar layaknya kaset.

Bella teringat jelas bagaimana Glenn menciumnya tadi malam. Bibir lembut dan hangat Glenn menempel dan menyesap bibirnya tanpa ampun. Bahkan ia masih bisa membayangkan bagaimana aroma mint dari bibir Glenn. Tentu saja ia mengingat semuanya. Sebab itu adalah ciuman pertamanya.

Namun bukan wajah merona yang saat ini Bella perlihatkan. Gadis itu justru merasa kesal. Baru saja ia memimpikan tentang Pangeran berkuda putihnya. Namun setelah bangun ia justru mengingat kejadian yang membuatnya meradang di pagi hari.

"Oh shit!" umpatnya dengan wajah kusut dan segera beranjak bangkit untuk menuju ke kamar mandi. Ia harus segera membersihkan tubuh dan bersiap-siap menuju kantor perusahaan entertainment meskipun kepalanya masih terasa pengar.

"Apa kau tidak ingin sarapan?" tanya Miss Dorothy beberapa jam kemudian kala Bella selesai bersiap. Kini wanita paruh baya itu terduduk di meja makan bersama Barbara.

"Tidak, aku sudah sangat terlambat," jawab Bella singkat seraya sedikit membungkuk karena sibuk mengenakan sepatu boots wanita miliknya sambil menoleh ke belakang, melihat ke arah Miss Dorothy.

Dengan balutan kaos casual berwarna putih yang senada dengan warna kulitnya yang putih bersih, jaket mantel yang tebal, celana jeans panjang, sepatu boots hitam, serta penutup kepala yang menutupi ujung rambut cokelatnya yang tergerai, Bella sedang terburu-buru untuk menuju perusahaan entertainment yang menaunginya.

Sementara Barbara yang sedang mengunyah sandwich hanya menatap sinis ke arah Bella, "Bukan makanan yang mencari mulut, tetapi mulut yang mencari makanan, Mom. Kau tidak perlu repot-repot menawarinya makan," desis Barbara tidak acuh masih dengan mengunyah sandwich.

"Segera habiskan makananmu, Barbara! Dan kau Bella, jangan lupa nanti malam adalah waktumu menjaga minimarket. Karena akhir-akhir ini kau yang selalu sibuk, aku jadi harus bekerja dua kali menjaga minimarket dan juga menambah biaya karyawan. Pengeluaran kita jadi semakin banyak," cecar Miss Dorothy pada Bella.

Gadis berambut cokelat yang telah selesai mengenakan sepatunya menatap Miss Dorothy sambil menghela napas panjang, "Baiklah, nanti malam aku akan menjaga minimarket untukmu. Namun, sepertinya hari-hari berikutnya akan sulit. Waktu untuk syuting tidaklah sedikit. Tapi tenang saja, jika aku sudah mendapatkan upah aku akan membantumu dan mengganti uang yang kau gunakan untuk menggaji karyawan," papar Bella dengan wajah datar.

Barbara mendecih, "Astaga! Apa saat ini kau sedang menyombongkan diri? Jangan berpikir hanya karena mendapat peran dalam sebuah film, maka kau bisa melakukan segalanya. Ayolah, itu hanya sebuah film pendek, Bella."

Barbara menjeda kalimatnya sesaat untuk menenggak segelas air putih. "Meskipun kuakui kau sangat beruntung bisa bermain dengan aktor papan atas seperti Glenn Lucas, tetapi itu tidak akan merubah segalanya. Lihatlah penampilanmu! Kau terlihat seperti seorang petani dari pedesaan. Memalukan." Ejekan bernada iri hati keluar dari mulut Barbara yang kembali mengunyah makanan.

Setiap hari, tiada hentinya Barbara mengganggu dan menghina Bella. Setelah lulus dari kuliah, Barbara masih belum mendapatkan pekerjaan. Gadis itu tidak ingin menjadi karyawan biasa. Ia hanya ingin menjadi seorang sekretaris di dalam perusahaan bergengsi. Bukankah harga diri seorang Barbara terlalu tinggi?

Meskipun begitu, berbekal dengan wajahnya yang cukup cantik dan tubuhnya yang seksi bak gitar spanyol, beruntung Barbara mampu mendapatkan kekasih yang lumayan kaya meskipun berwajah pas-pasan. Lelaki kaya berwajah pas-pasan itu bernama Max.

Mendengar hinaan dari Barbara, Bella hanya melirik sekilas dan memalingkan wajah kemudian melenggang pergi tanpa sepatah kata. Gadis itu menanggapi Barbara hanya dengan seraut wajah datar, tanpa ekspresi. Pasalnya, sudah seringkali Bella mendengar hal tidak penting dari mulut wanita itu. 

Barbara memicingkan mata dan menjadi semakin geram dibuatnya. Gadis itu terus menggerutu sembari mengunyah makanan. "Ck, dasar perempuan tidak tahu diri! Uhuk-uhuk! Barbara tiba-tiba tersedak makanannya sendiri.

~~~

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ini Bella dibilang cinderella bukan, harry Potter bukan, upik abu kali yaa
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Gairah Cinta Berselimut Takdir   Pengumuman

    Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe

  • Gairah Cinta Berselimut Takdir   Epilog

    Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu

  • Gairah Cinta Berselimut Takdir   Bab 189 Puzzle 102

    Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan

  • Gairah Cinta Berselimut Takdir   Bab 188 Puzzle 101

    ✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad

  • Gairah Cinta Berselimut Takdir   Bab 187 Puzzle 100

    Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat

  • Gairah Cinta Berselimut Takdir   Bab 186 Puzzle 99

    Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status